Lindungi Anak dari Kekerasan Seksual: Pentingnya Edukasi Kesehatan Reproduksi Sejak Dini
D'On, Padang – Kasus kekerasan seksual terhadap anak semakin mengkhawatirkan, mendorong urgensi edukasi kesehatan reproduksi sejak dini. Ketua Harian Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Padang, Ermiati, menekankan pentingnya pendidikan seksual yang terstruktur dan dapat dipahami oleh anak-anak. Ia mengajak masyarakat untuk memecah tabu seputar pembicaraan seksualitas dan pendidikan reproduksi, khususnya bagi anak dan remaja.
“Kita perlu menormalisasi upaya pendidikan terkait seksualitas dengan bahasa yang mudah dipahami, sehingga memecah tabu di masyarakat. Edukasi ini harus menjadi bagian dari percakapan sehari-hari, bukan sesuatu yang dianggap memalukan atau terlalu dini,” ujar Ermiati dalam wawancara pada Jumat (13/9/2024).
Ermiati juga menyampaikan keprihatinannya atas maraknya kasus pelecehan seksual, yang sering kali dilakukan oleh orang terdekat. Kondisi ini menunjukkan betapa rentannya anak-anak dalam lingkungan yang seharusnya menjadi tempat paling aman bagi mereka.
“Untuk melindungi anak dari pelecehan seksual, langkah pencegahan bisa dimulai sejak dini. Misalnya, ketika anak memasuki usia tiga tahun, kamar tidur mereka sebaiknya dipisah. Hal ini untuk mencegah anak tidak sengaja menyaksikan hal-hal yang seharusnya tidak mereka lihat, termasuk aktivitas orang tua,” jelas Ermiati.
Selain itu, ia menegaskan pentingnya komunikasi terbuka antara orang tua dan anak terkait batasan fisik. Anak perlu diberitahu tentang bagian tubuh mana yang boleh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain, demi melindungi mereka dari potensi pelecehan. “Anak perlu tahu bahwa hanya dirinya dan ibunya yang boleh menyentuh tubuhnya, selebihnya tidak boleh. Ajarkan pula anak untuk menutup aurat dan mengenakan pakaian di ruang tertutup,” imbuhnya.
Ermiati juga menyoroti perlunya pengawasan ketat terhadap tontonan dan akses informasi yang diterima anak-anak. Menurutnya, anak-anak sangat rentan terpapar informasi yang tidak sesuai dari lingkungan sekitar, teman sebaya, atau internet. Ia menegaskan bahwa orang tua harus proaktif dalam mengawasi konten yang diakses anak mereka.
“Pengawasan ini penting baik untuk anak laki-laki maupun perempuan. Jangan sampai mereka menerima informasi dari sumber yang tidak dapat dipercaya. Orang tua juga harus memastikan anak tidak terbiasa mengenakan pakaian di ruang terbuka, terutama di tempat umum. Kebiasaan ini, meskipun tampak sepele, bisa berdampak buruk jika dibiarkan hingga dewasa,” kata Ermiati.
Ia menambahkan, pendidikan seksual harus dimulai dari rumah dengan pendekatan yang sesuai usia anak. Memberikan informasi yang jelas dan tepat waktu bisa membantu anak mengenali dan melindungi diri dari situasi berbahaya. Edukasi ini juga menjadi salah satu cara untuk memberdayakan anak, memberikan mereka kepercayaan diri untuk berkata tidak dan melaporkan jika terjadi sesuatu yang tidak nyaman.
“Penting bagi orang tua untuk menjadi sumber informasi utama bagi anak-anak mereka. Jangan biarkan anak mencari jawaban di tempat lain yang belum tentu aman atau benar. Mari kita ciptakan lingkungan yang terbuka dan mendukung, di mana anak-anak merasa aman untuk bertanya dan berbicara tentang apapun, termasuk hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas,” pungkasnya.
Melalui pendidikan yang tepat dan pengawasan yang konsisten, diharapkan kasus kekerasan seksual terhadap anak dapat diminimalisir. Peran orang tua dan masyarakat sangat krusial dalam memastikan setiap anak tumbuh di lingkungan yang aman dan mendukung, serta memiliki pemahaman yang benar mengenai kesehatan reproduksi sejak dini.
(Mond)
#Edukasi #Padang