Breaking News

Momen Biarawati dari Padang Bertemu Paus Fransiskus: “Tangannya Lembut Seperti Mochi

Paus Fransiskus menyapa jemaat saat tiba di Gereja Katedral, Jakarta, Rabu (4/9/2024). Foto: Guglielmo Mangiapane/REUTERS.

D'On, Jakarta -
Suster Putri Veronica, seorang biarawati muda dari Padang, Sumatera Barat, tak kuasa menahan kegembiraannya setelah berjabat tangan dengan Paus Fransiskus dalam audiensi umum di Gereja Katedral, Jakarta. Momen singkat itu telah meninggalkan kesan mendalam bagi Veronica, yang tak pernah membayangkan akan memiliki kesempatan istimewa seperti itu. Dengan suara yang ceria dan semangat yang terpancar dari wajahnya, ia berbagi pengalaman yang tak terlupakan ini.

"Sebenarnya, tidak menyangka bahwa saya bisa mendapatkan kesempatan ini," ujarnya, matanya berbinar-binar saat mengenang momen berharga tersebut. "Awalnya saya tidak berharap dapat duduk di sini, apalagi sampai bertemu langsung dengan Paus," lanjut Veronica dengan nada yang masih dipenuhi rasa tak percaya. “Rasanya sangat bahagia karena saya bisa memegang tangan Paus, meskipun hanya sebentar.”

Yang membuat momen itu semakin istimewa bagi Veronica adalah kesan fisik yang ia dapatkan dari sentuhan singkat tersebut. "Tangannya lembut, lembab, empuk, dan seperti mochi," ujarnya sambil terkekeh kecil, menggambarkan tekstur tangan pemimpin tertinggi Gereja Katolik yang justru sangat membumi. 

Namun, bagi Veronica, jabat tangan ini lebih dari sekadar kontak fisik. Ia menemukan makna mendalam dalam interaksi itu, sebuah pengingat bahwa Paus, meski dipandang sebagai sosok suci oleh jutaan umat Katolik, tetaplah seorang manusia. “Ternyata tangan Paus sama seperti tangan manusia biasa. Saya kira tangan Paus akan seperti santo-santa, seperti tangan orang-orang kudus,” ucapnya sambil tersenyum haru.  

Veronica adalah salah satu suster dari ordo Santa Ursula yang terpilih untuk mewakili dialog rohaniwan Indonesia dalam pertemuan dengan Paus Fransiskus. Ia mengakui bahwa dirinya sempat ragu dan tak percaya saat mengetahui ia memenangkan undian untuk bertemu Paus. “Ada rasa senang dan juga gugup bercampur aduk. Saya merasa sedikit sedih karena Paus Fransiskus sudah tua, tapi tetap mengorbankan dirinya untuk bertemu dengan umat yang datang dari jauh, dari Indonesia,” tuturnya dengan nada lembut, menggambarkan empati dan rasa hormatnya yang mendalam.

Di usianya yang masih 24 tahun, Veronica menganggap pertemuannya dengan Paus sebagai salah satu momen paling berharga dalam hidupnya. Ia merasa terinspirasi oleh kesederhanaan dan ketulusan Paus Fransiskus, sifat-sifat yang ia anggap patut diteladani oleh siapa pun. “Sifat Paus Fransiskus yang sungguh-sungguh perlu kita teladani adalah kesederhanaan dan ketulusan,” tutupnya dengan keyakinan.

Momen berharga ini bukan hanya tentang berjabat tangan, tetapi lebih dari itu, sebuah pengingat bagi Veronica dan banyak orang lainnya bahwa di balik setiap sosok besar, terdapat kehangatan dan kelembutan manusia yang bisa menyentuh hati siapa pun yang bertemu dengannya.

(Kmp)

#PausFransiskus #Agama