Breaking News

Pejabat Tak Lagi Takut Korupsi: Indonesia di Persimpangan Jalan

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Alexander Marwata menila

D'On, Bogor -
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Alexander Marwata, mengungkapkan fenomena yang mengkhawatirkan di kalangan pejabat Indonesia: korupsi tak lagi dipandang sebagai ancaman yang menakutkan. Pernyataan ini mencerminkan semakin meluasnya persepsi bahwa korupsi adalah tindakan berisiko rendah tetapi berpotensi menghasilkan keuntungan besar. Hal ini turut andil dalam menurunnya Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia.

“Saya banyak menerima informasi dan mendengar cerita dari para pejabat negara. Sekarang, orang enggak takut lagi korupsi,” ujar Alex kepada media dalam acara media gathering KPK di Hotel Kian Mas, Bogor, Kamis (12/9/2024). Pernyataan ini mengindikasikan bahwa keberanian untuk korupsi bukan sekadar dugaan, melainkan realitas yang berkembang di berbagai lini birokrasi.

Korupsi: Risiko Rendah, Keuntungan Besar

Alex menjelaskan, korupsi di Indonesia mirip dengan investasi berisiko rendah yang menawarkan imbal hasil besar, berbeda dengan investasi konvensional yang berprinsip "high risk, high return." Bagi para koruptor, risiko tertangkap atau dihukum dinilai sangat kecil dibandingkan dengan keuntungan yang bisa diraih.

“Korupsi di Indonesia itu risikonya rendah. Berbeda dengan investasi yang high risk. Korupsi itu risiko rendah, kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan yang besar,” tambahnya.

Alex menyebutkan bahwa kondisi ini menjadi cerminan dari lemahnya penegakan hukum dan kurangnya komitmen serius dari para pemimpin negara untuk benar-benar memberantas korupsi. “Kita belum melihat adanya tindakan yang benar-benar tegas dan menyeluruh dari pemerintah pusat hingga daerah untuk memerangi korupsi.”

Belajar dari Negara Lain

Dalam pembicaraannya, Alex menyoroti bagaimana negara-negara seperti Singapura dan Hong Kong pernah berada dalam situasi yang serupa namun berhasil keluar dari jerat korupsi melalui kebijakan yang tegas dan komitmen dari pemimpin tertinggi negara. Negara-negara tersebut, menurutnya, mampu membangun sistem yang tidak memberi celah bagi korupsi untuk tumbuh subur.

“Di Indonesia kita belum mendapatkan momentum seperti itu. Belum ada pimpinan negara yang berani men-declare zero tolerance terhadap korupsi. Dengan kekuasaan memerintahkan seluruh aparat untuk memerangi korupsi, kita belum pernah punya pimpinan seperti itu,” tegas Alex.

Menanti Pemimpin dengan Keberanian

Kata-kata Alex Marwata menjadi seruan yang menggugah kesadaran akan perlunya figur pemimpin dengan keberanian dan integritas untuk mencanangkan sikap tegas terhadap korupsi. Menurutnya, pemberantasan korupsi bukan hanya soal menegakkan hukum, tetapi juga soal membangun budaya dan sistem yang tidak toleran terhadap perilaku koruptif di semua lapisan.

Indonesia saat ini berada di persimpangan jalan, dan nasibnya dalam pemberantasan korupsi sangat bergantung pada pilihan pemimpin yang berani dan siap mengubah lanskap birokrasi menjadi lebih bersih dan transparan. Dengan melihat contoh sukses negara lain, Alex berharap Indonesia juga dapat menemukan titik balik untuk keluar dari belenggu korupsi yang sudah merajalela.

Pernyataan dari Wakil Ketua KPK ini bukan sekadar peringatan, melainkan tantangan yang harus dijawab oleh semua elemen bangsa. Apakah Indonesia mampu menghadirkan pemimpin yang benar-benar berkomitmen memberantas korupsi, atau tetap terjebak dalam lingkaran setan korupsi yang terus menggerogoti sendi-sendi kehidupan bernegara? Jawabannya akan sangat menentukan masa depan Indonesia.

(Mond)

#KPK #Korupsi #Nasional