Breaking News

Pria Berseragam Loreng Acungkan Senpi dan Ancam Warga di Makassar

Sekelompok pria berseragam loreng mengancam warga dengan senjata api di komplek perumahan Bangkala, Makassar, Sulawesi Selatan, pada 4 September 2024. Aksi tersebut terekam kamera CCTV.

D'On, Makassar -
Sebuah aksi koboi yang melibatkan sekelompok pria berseragam loreng terekam CCTV dan menimbulkan ketakutan di kalangan warga di Kompleks Perumahan Bangkala, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, pada Rabu (4/9/2024). Aksi ini menampilkan adegan yang mengejutkan, di mana pria-pria berseragam tersebut mengacungkan senjata api (senpi) dan mengancam warga dengan sikap yang intimidatif.

Kronologi Kejadian: Kekerasan dan Intimidasi di Depan Mata Warga

Dalam rekaman CCTV yang beredar, tampak sekelompok pria berseragam loreng mendatangi rumah seorang warga bernama Reni. Kedatangan mereka sontak menarik perhatian warga sekitar, terutama karena salah satu dari mereka dengan terang-terangan mengacungkan senjata api ke arah warga. Di antara saksi mata kejadian, terlihat beberapa anak kecil yang tampak ketakutan menyaksikan aksi brutal ini.

Reni, pemilik rumah yang menjadi sasaran kelompok ini, mengungkapkan bahwa dirinya bersama anak-anaknya mengalami trauma mendalam akibat insiden tersebut. "Saya sangat trauma, anak-anak juga sangat ketakutan. Tiba-tiba ada sekelompok pria berseragam masuk ke rumah kami," ujar Reni dengan suara gemetar, mengingat kejadian yang baru saja dialaminya.

Aksi Brutal: Penyerangan Tanpa Sebab Jelas

Menurut penuturan Reni, ia dan keluarganya tidak memiliki masalah dengan siapa pun sebelum insiden ini terjadi. Namun, sekitar sepuluh pria, tiga di antaranya berpakaian sipil, mendatangi rumahnya dan membuka paksa pagar rumah mereka. "Tadi saya dikabari oleh tetangga, katanya ada banyak tentara di depan rumah. Saya dan suami tidak punya masalah dengan siapa pun, baru kali ini mengalami kejadian seperti ini," tutur Reni.

Reni juga menambahkan, kelompok berseragam loreng itu dengan brutal merusak gembok pagar rumahnya sebelum masuk ke area teras. "Mereka buka paksa pagar, merusak kunci gembok, lalu masuk ke teras sambil membawa pistol," lanjutnya.

Ancaman Mengerikan dan Tindakan Vandalisme

Istri dari Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerindra Sulsel ini juga menegaskan bahwa para pria berseragam itu mengeluarkan ancaman serius, bahkan secara terang-terangan mengungkapkan niat untuk membunuh suaminya. Salah satu dari mereka mengacungkan pistol ke arah warga sekitar dan mengancam akan menembak plafon rumah jika suaminya tidak ditemukan.

Di tengah ketegangan tersebut, Reni menceritakan bagaimana anak-anaknya yang berusia delapan dan tujuh tahun dibiarkan tanpa pendamping, sementara ia terpaksa meninggalkan rumah untuk menjemput anak sulungnya. Saat kembali, Reni mendengar dari para tetangga bahwa kelompok pria tersebut menggunakan bahasa kasar dan ancaman kekerasan. "Mereka bilang akan memecahkan kepala suami saya, bahkan mengatakan 'saya mau bunuh'," ungkap Reni dengan rasa ketakutan yang masih membekas.

Tidak hanya melakukan intimidasi, kelompok tersebut juga mematikan meteran listrik rumah Reni, meninggalkan anak-anaknya dalam kegelapan. Tindakan ini semakin memperparah trauma yang dialami keluarga Reni, terutama bagi kedua anaknya yang menyaksikan langsung aksi intimidasi tersebut.

Langkah Hukum: Mencari Keadilan di Tengah Ketakutan

Setelah insiden menegangkan tersebut, Reni mengaku tidak langsung melaporkan kejadian ini kepada pihak berwajib. Ia terlebih dahulu menghubungi suaminya, yang kemudian bergerak cepat melaporkan insiden ini ke Detasemen Polisi Militer (Denpom). "Suami saya saat ini sedang berada di Denpom untuk melapor," tegas Reni.

Kasus ini meninggalkan luka psikologis yang mendalam bagi keluarga Reni dan mengundang kecaman dari berbagai pihak. Aksi koboi yang dilakukan sekelompok pria berseragam ini tidak hanya menebar ketakutan, tetapi juga mempertanyakan keamanan dan kenyamanan warga di lingkungan tempat tinggal mereka. Warga sekitar berharap pihak berwenang dapat segera menangani insiden ini dengan serius dan memberikan perlindungan yang layak bagi mereka yang menjadi korban tindakan intimidatif ini. 

Insiden ini menjadi pengingat bahwa aksi kekerasan dan intimidasi tidak hanya melukai fisik, tetapi juga meninggalkan dampak psikologis yang mendalam, terutama bagi mereka yang menyaksikan langsung kejadian tersebut, seperti anak-anak yang masih sangat rentan terhadap trauma.

(Mond)

#AksiKoboi #Peristiwa #Senpi