Tanda-tanda Matinya Hati dan Jauh dari Hidayah Allah
Ilustrasi
Dirgantaraonline - Hati adalah pusat kendali spiritual dan moral bagi manusia. Dalam Islam, kondisi hati menjadi penentu apakah seseorang mendekat atau menjauh dari Allah SWT. Hati yang "hidup" akan selalu terhubung dengan kebaikan, sedangkan hati yang "mati" cenderung tenggelam dalam dosa, menjauh dari cahaya hidayah. Seorang muslim wajib menjaga hatinya agar tidak "mati," karena hati yang mati bisa membuat seseorang tertutup dari rahmat dan petunjuk Allah.
Dalam kitab Hikam karya Ibnu Atha’illah as-Sakandari, yang diterjemahkan oleh Salim Bahreisy, terdapat sebuah pembahasan mendalam mengenai tanda-tanda hati yang mati. Salah satu ciri utamanya adalah ketika seseorang tidak merasa sedih karena meninggalkan kebaikan atau kewajiban, serta tidak menyesal ketika berbuat dosa. Ini adalah kondisi di mana hati kehilangan sensitivitas terhadap baik dan buruk, sehingga tidak lagi merasakan penyesalan atas perbuatan salah.
Hal ini selaras dengan sabda Rasulullah SAW, “Siapa yang merasa senang karena amal kebaikannya, dan merasa sedih/menyesal atas perbuatan dosanya, maka ia seorang mukmin (beriman).” Hadits ini menegaskan bahwa iman seseorang tercermin dari perasaan hatinya terhadap kebaikan dan dosa. Jika perasaan ini hilang, hati mulai mati.
Riwayat tentang Tanda Dicintai atau Dimurkai Allah
Ada sebuah kisah menarik yang diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud RA. Suatu ketika, Rasulullah SAW sedang duduk bersama para sahabat, lalu datang seorang pria yang tampak kelelahan setelah menempuh perjalanan panjang. Pria itu turun dari tunggangannya dan mendekati Nabi SAW.
Dengan penuh kegelisahan, pria itu berkata, "Ya Rasulullah, saya telah melelahkan kendaraanku selama sembilan hari. Saya terus berjalan selama enam hari, tanpa tidur di malam hari dan berpuasa di siang hari, hingga kelelahan melanda tungganganku. Saya datang kepadamu untuk menanyakan dua hal yang sangat merisaukan hatiku hingga tidak bisa tidur."
Nabi SAW lalu menanyakan namanya. Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Zaidul-Khoir. Rasulullah SAW memberi kesempatan kepada Zaid untuk mengutarakan pertanyaannya. Zaid berkata, “Saya ingin bertanya kepadamu tentang tanda-tanda orang yang dicintai Allah dan orang yang dimurkai Allah.”
Rasulullah SAW menjawab dengan penuh kebijaksanaan, "Beruntunglah engkau, bagaimana keadaanmu saat ini, Zaid?"
Zaid menjawab dengan jujur, "Saya menyukai amal kebaikan dan mencintai orang-orang yang melakukan kebaikan. Bahkan saya merasa bahagia jika kebaikan tersebar di tengah manusia. Bila saya tertinggal dalam melakukan kebaikan, saya merasa menyesal dan rindu akan kesempatan tersebut. Ketika saya melakukan kebaikan, meski sedikit, saya tetap yakin bahwa Allah akan memberiku pahala."
Rasulullah SAW kemudian menjawab, "Itulah tanda-tanda orang yang dicintai Allah. Jika Allah tidak menyukaimu, engkau tidak akan diberi kecenderungan untuk mencintai kebaikan. Jika Allah murka padamu, engkau akan dibiarkan dalam kesesatan tanpa peduli di mana engkau akan berakhir."
Amalan agar Dicintai oleh Allah
Untuk meraih cinta Allah SWT, ada beberapa amalan yang bisa dilakukan. Dalam buku Kaifa Yuhibbuna Allah karya Muh. Akram Abdurrahim Al-Hashini, yang diterjemahkan oleh Abdul Rosyad Siddiq, dijelaskan bahwa Allah mencintai hamba yang beriman, miskin, dan menjaga diri dari meminta-minta. Hamba yang demikian hanya menerima apa yang Allah berikan, tanpa memohon kepada manusia atau mencari rezeki dengan cara haram. Mereka tunduk sepenuhnya pada kehendak Allah.
Berikut beberapa amalan yang bisa dilakukan untuk mendapatkan cinta Allah SWT:
1. Menjalankan ibadah sunnah – selain wajib, ibadah sunnah seperti salat tahajud dan puasa sunnah mendekatkan diri pada Allah.
2. Tekun membaca Al-Qur’an – membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Qur’an menjadi bukti kecintaan hamba kepada kalam Allah.
3. Berdzikir kepada Allah SWT – terus mengingat Allah dalam setiap keadaan, membuat hati selalu hidup dan terjaga.
4. Mengikuti petunjuk Nabi Muhammad SAW – meneladani akhlak dan tindakan Nabi SAW dalam kehidupan sehari-hari.
5. Bersikap lemah lembut kepada sesama mukmin, keras terhadap musyrik – memiliki sikap yang tegas dalam mempertahankan iman, namun lembut dalam kebaikan kepada sesama muslim.
6. Jihad di jalan Allah – berjuang, baik dengan harta, ilmu, maupun tenaga, untuk membela agama Allah.
7. Bertawakal sepenuhnya kepada Allah – menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah berusaha sebaik mungkin
8. Zuhud di dunia – hidup sederhana, tidak terikat dengan gemerlap dunia, dan fokus pada akhirat.
9. Takwa dan tidak mengharapkan bantuan manusia – bertaqwa dalam setiap situasi tanpa berharap pamrih dari manusia.
10. Membantu sesama – menolong orang lain dengan niat ikhlas karena Allah.
11. Berbuat baik – menyebarkan kebaikan dalam bentuk apa pun.
12. Saling mencintai karena Allah – membangun hubungan yang dilandasi kecintaan kepada Allah, bukan karena kepentingan dunia.
13. Menjaga kesucian dan kebersihan – baik fisik maupun hati.
14. Bersedekah – berbagi rezeki untuk membantu yang membutuhkan.
15. Berlaku adil – menegakkan keadilan dalam setiap keputusan.
16. Memenuhi janji – berpegang teguh pada janji, tanda integritas seorang mukmin.
17. Sabar – menghadapi cobaan dengan penuh ketabahan dan keyakinan akan pertolongan Allah.
Dengan mengamalkan hal-hal ini, seorang hamba akan semakin dekat dengan cinta Allah SWT. Wallahu a’lam.
(Rini)
#Islami #Religi