Breaking News

3 Hukuman dan Derita bagi Pecinta Dunia: Sebuah Renungan Mendalam

Ilustrasi klub malam

Dirgantaraonline -
Dunia ini hanyalah tempat yang sementara, sedangkan akhirat adalah abadi. Sebagai Muslim, kita diingatkan bahwa tujuan sejati kehidupan bukanlah mengejar gemerlap dunia, melainkan mempersiapkan diri menuju akhirat yang kekal. Surga adalah puncak dari segala cita-cita seorang Muslim. Orang yang beriman dan berakal akan memandang dunia ini dengan bijak, sadar bahwa segala yang ada di sini hanyalah sementara dan bukan tujuan akhir.

Namun, tak jarang kita mendapati orang-orang yang seakan terperangkap dalam gemerlap duniawi, tampak seolah-olah mereka sedang meraih kebahagiaan. Padahal, jika kita melihat lebih dalam, yang mereka kumpulkan bukanlah kebahagiaan sejati, melainkan kegelisahan, keletihan, dan kerugian yang akan terus menghantui mereka.

Cinta kepada dunia yang berlebihan adalah sumber dari banyak keburukan dalam kehidupan. Ketika seseorang menjadikan dunia sebagai satu-satunya tujuan, ambisi yang menguasai dirinya, maka Allah SWT akan memberikan tiga hukuman yang disegerakan baginya:

1. Hidup yang Tercerai-berai

Orang yang mencintai dunia secara berlebihan akan selalu dilanda kekacauan hati dan pikiran. Mereka cemas terhadap setiap urusan duniawi, sekalipun hal-hal yang sepele. Segala hal, baik itu harta, keluarga, maupun tanggungan-tanggungan hidup, membuat mereka merasa terpisah dan tersisih, meskipun semuanya berada di depan mata. Rasa gelisah ini muncul karena hati mereka hanya terpaut pada hal-hal duniawi. Padahal, semakin besar cinta pada dunia, semakin besar pula perpecahan yang terjadi dalam hidupnya.

Hidup yang tercerai-berai ini bukan hanya soal fisik, tapi juga mental. Pikiran yang kalut, kekhawatiran yang terus-menerus, hingga kegelisahan yang tak kunjung usai menjadi bagian dari kesehariannya. Orang seperti ini tidak akan pernah merasa tenang, karena segala yang dicintainya bisa lenyap kapan saja.

2. Dilanda Kefakiran

Pecinta dunia sering kali terjebak dalam lingkaran tak berujung: mereka tak pernah merasa puas dengan apa yang mereka miliki. Selalu ada keinginan untuk lebih, selalu ada rasa kurang, sehingga mereka terus menerus mencari kebahagiaan yang sebenarnya tak pernah bisa ditemukan dalam materi. Akibatnya, mereka kelelahan dalam mengejar kesenangan duniawi yang semu, dan menjadi boros dalam pengeluaran untuk hal-hal yang tidak berguna. Ironisnya, mereka justru kikir dalam hal bersedekah atau berbuat kebajikan.

Ketidakpuasan ini adalah bentuk kefakiran yang paling menyiksa. Bukan hanya kekurangan materi, tapi kekurangan dalam batin yang membuat mereka selalu merasa "haus" akan dunia. Mereka tidak sadar bahwa kebahagiaan sejati terletak pada ketenangan hati dan rasa syukur.

3. Dunia Menjauhinya

Meski berusaha sekuat tenaga mengejar dunia, dunia justru semakin menjauh dari mereka. Seperti seseorang yang berusaha menimba air dari lautan untuk diminum, semakin banyak diminum, semakin besar rasa haus yang dirasakan. Cinta dunia hanya menambah kekosongan dalam hati mereka. Utsman bin ‘Affan RA pernah berkata, "Ambisi dunia adalah kegelapan di hati, sedangkan ambisi akhirat adalah cahaya di hati."

Dunia seakan menjadi fatamorgana bagi mereka yang mengejarnya, menjanjikan kebahagiaan namun hanya meninggalkan kesengsaraan. Setiap langkah yang diambil menuju dunia hanya membuat mereka semakin jauh dari kedamaian yang dicari.

Derita Pecinta Dunia: Kesedihan, Keletihan, dan Kerugian

Tak hanya hukuman, pecinta dunia juga akan mengumpulkan derita yang terus melekat pada dirinya. Ibnul Qayyim dalam kitab Mawâridul Amân al-Muntaqa min Ighâtsatil Lahafân menjelaskan bahwa pecinta dunia tidak akan pernah terlepas dari tiga derita besar dalam hidupnya:

Kesedihan yang Terus-menerus: Pecinta dunia akan selalu merasakan kegelisahan dan kekhawatiran. Apa yang mereka kejar, apa yang mereka capai, tidak pernah benar-benar memuaskan hati. Mereka selalu merasa ada yang kurang, sehingga kesedihan dan rasa tidak puas menjadi teman yang setia.

Keletihan yang Berkelanjutan: Mencari kebahagiaan di dunia membutuhkan usaha yang tiada henti. Setiap keinginan duniawi selalu membawa beban baru, dan orang yang mencintai dunia akan merasa lelah secara fisik maupun mental, karena apa yang dikejarnya tak pernah memberikan hasil yang diharapkan.

Kerugian yang Tak Pernah Berhenti: Pecinta dunia akan selalu merasa dirugikan. Setiap kali mereka mendapatkan sesuatu, hal tersebut tidak memberi kepuasan yang diinginkan. Kehidupan mereka menjadi seperti ladang kerugian, di mana apa yang mereka tanam tak pernah benar-benar menghasilkan buah yang bermanfaat.

Derita-derita ini muncul karena rusaknya iman dan akal. Pecinta dunia kehilangan pandangan akan kehidupan yang sebenarnya. Mereka terjebak dalam siklus keinginan duniawi yang tak pernah habis, sementara akhirat yang kekal justru diabaikan.

Jalan Menuju Kebahagiaan Sejati

Akhirnya, kita diingatkan bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada dunia yang fana, melainkan pada kedekatan dengan Allah SWT dan persiapan menuju akhirat. Dunia hanyalah tempat persinggahan, sementara tujuan akhir kita adalah surga yang abadi. Bagi mereka yang memahami hal ini, hidup di dunia akan diisi dengan ketenangan hati, kesederhanaan, dan kebahagiaan yang datang dari rasa syukur dan iman yang teguh.

(Rini)

#Islami #Religi