4 Langkah Efektif untuk Mengatasi Trauma Anak Setelah Melihat Orang Tua Bertengkar
Ilustrasi
Dirgantaraonline - Konflik dalam rumah tangga adalah fenomena yang tak terhindarkan bagi banyak pasangan. Bahkan, dalam beberapa kasus, emosi yang tak terkontrol membuat orang tua secara tidak sengaja memperlihatkan amarahnya di depan anak-anak. Namun, bagi anak-anak, terutama yang masih dalam masa perkembangan emosional, momen-momen seperti ini bisa menjadi sumber trauma mendalam yang memengaruhi kesejahteraan mental mereka di kemudian hari.
Studi menunjukkan bahwa konflik antara orang tua dapat memengaruhi anak secara psikologis. Ahli seperti Cummings dan Patrick Davies dalam bukunya "Marital Conflict and Children: An Emotional Security Perspective", menekankan bahwa perselisihan orang tua dapat menimbulkan rasa tidak aman dan ketakutan pada anak-anak. Beberapa bentuk agresi verbal, seperti cacian, hinaan, atau ancaman, serta agresi fisik seperti memukul, mendorong, atau bahkan mendiamkan, semuanya bisa menimbulkan dampak negatif yang mendalam pada anak.
Situasi ini tentunya tidak diinginkan oleh orang tua mana pun. Oleh karena itu, penting untuk memahami cara mengatasi dan menghilangkan trauma pada anak yang disebabkan oleh pertengkaran orang tua. Berikut ini adalah beberapa langkah mendetail yang bisa Anda lakukan untuk membantu memulihkan anak dari trauma tersebut.
1. Memberikan Penjelasan yang Jujur dan Terbuka
Saat anak menyaksikan pertengkaran orang tua, mereka sering kali merasa bingung, ketakutan, atau bahkan merasa bersalah. Oleh karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan orang tua adalah memberikan penjelasan yang jelas, meski tidak perlu mendetail. Pertemuan keluarga bisa menjadi momen yang tepat untuk memberikan pengertian kepada anak tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Ketika berbicara dengan anak, sampaikan dengan lembut dan jujur bahwa pertengkaran tersebut tidak seharusnya terjadi. Anda bisa mengatakan, “Ayah dan ibu kemarin bertengkar karena ada hal penting yang membuat kami tidak sepakat. Tapi itu bukan hal yang baik, dan kami menyesal melakukannya di depan kamu. Maafkan kami, ya.” Dengan memberikan pengertian seperti ini, anak akan memahami bahwa konflik memang bagian dari kehidupan, tetapi tidak perlu membuat mereka khawatir secara berlebihan.
2. Yakinkan Anak bahwa Hubungan Tetap Kuat
Salah satu ketakutan terbesar anak ketika melihat orang tuanya bertengkar adalah ketidakpastian mengenai masa depan keluarga. Mereka mungkin khawatir bahwa pertengkaran tersebut akan mengarah pada perpisahan atau perceraian. Oleh karena itu, penting untuk meyakinkan anak bahwa meski terjadi pertengkaran, hubungan keluarga tetap kuat.
Menurut ahli di laman Parents, menekankan bahwa meskipun ada perselisihan, cinta antara orang tua tetap utuh adalah hal yang sangat penting. Yakinkan anak bahwa pertengkaran tidak selalu berarti ada masalah besar yang mengancam keutuhan keluarga. Katakan kepada anak bahwa meski berbeda pendapat, orang tua masih saling mencintai dan tidak akan berpisah hanya karena pertengkaran tersebut. Ini akan memberikan rasa aman yang sangat diperlukan oleh anak-anak dalam situasi seperti ini.
3. Tunjukkan Penyelesaian Masalah yang Sehat
Setelah memberikan pemahaman dan meyakinkan anak, langkah selanjutnya adalah menunjukkan bahwa masalah yang ada telah diselesaikan dengan baik. Hal ini sangat penting agar anak memahami bahwa konflik bukanlah sesuatu yang akan terus berlangsung tanpa akhir.
Orang tua dapat menunjukkan kepada anak bahwa meski ada perbedaan pendapat, cinta dan rasa hormat di antara keduanya tetap ada. Penting bagi anak untuk melihat bahwa meskipun ada ketidaksepakatan, orang tua mereka bisa berdamai dan menemukan solusi yang baik. Dengan cara ini, anak akan belajar bahwa konflik bukanlah sesuatu yang harus dihindari, tetapi bisa diatasi dengan cara yang positif dan membangun.
4. Berkomitmen untuk Bertengkar dengan Lebih Bijak
Langkah terakhir, yang mungkin paling krusial, adalah berkomitmen untuk mengubah cara bertengkar di masa depan. Ini berarti, setiap kali konflik muncul, orang tua perlu lebih bijak dalam menyampaikan ketidaksetujuan. Penting untuk tidak hanya menghormati pendapat satu sama lain, tetapi juga menyampaikan kritik dengan cara yang konstruktif.
Mengutip Developmental Science, para ahli menyarankan agar setiap ketidaksepakatan disampaikan dengan bahasa yang baik dan penuh penghormatan. Hindari kata-kata yang merendahkan atau bersifat menghancurkan, dan fokuslah pada penyelesaian masalah, bukan pada memperburuk situasi.
(Rini)
#Parenting #Trauma #Gayahidup #Lifestyle