Breaking News

Bahaya Skincare Etiket Biru yang Viral di Media Sosial: Kesehatan Kulit yang Terancam

Ilustrasi Jerawat Batu 

Dirgantaraonline -
Baru-baru ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memutuskan untuk menghentikan sementara produksi sebuah pabrik skincare di Bandung. Pabrik ini diduga berperan sebagai "mafia" yang mendistribusikan produk skincare dengan etiket biru secara ilegal. Produk-produk ini disinyalir tidak memenuhi standar keamanan yang ditetapkan, bahkan mengandung bahan berbahaya yang tidak sesuai dengan klaim di kemasannya. Skandal ini mencuat setelah seorang pengguna TikTok yang dikenal sebagai Dokter Detektif atau DokTif, bersama dengan dr. Oky Pratama, mengungkap praktik distribusi skincare etiket biru tersebut. Tak lama setelahnya, peredaran produk skincare ini viral di media sosial, menarik perhatian banyak masyarakat yang sebelumnya telah menggunakannya secara luas.

Namun, di balik popularitas produk ini, tersembunyi ancaman serius terhadap kesehatan kulit para penggunanya.

Apa Itu Skincare Etiket Biru?

Menurut dr. Fitria Agustina, seorang dokter spesialis kulit dan kelamin, skincare dengan etiket biru merujuk pada produk perawatan kulit yang mengandung bahan-bahan aktif yang seharusnya digunakan sebagai obat. Produk ini pada dasarnya adalah racikan khusus yang dirancang berdasarkan kebutuhan individual pasien setelah berkonsultasi dengan dokter. Karena bersifat sangat spesifik dan personal, penggunaannya memerlukan pengawasan medis yang ketat.

Produk racikan ini dibuat berdasarkan diagnosis dokter yang memahami kondisi kulit pasien. Misalnya, dalam kasus tertentu, dokter mungkin akan meresepkan bahan aktif yang kuat seperti hidrokuinon atau kortikosteroid untuk mengatasi masalah kulit yang spesifik, seperti hiperpigmentasi atau peradangan. Namun, ketika produk-produk ini beredar bebas tanpa pengawasan dan digunakan secara sembarangan oleh orang yang tidak memiliki kondisi tersebut, efek samping yang ditimbulkan bisa sangat berbahaya.

Bahaya di Balik Kandungan Skincare Etiket Biru

Salah satu bahan yang sering ditemukan dalam skincare etiket biru adalah hidrokuinon, yang dikenal sebagai agen pencerah kulit yang kuat. Meski bahan ini efektif dalam mengatasi masalah hiperpigmentasi, penggunaan tanpa kontrol dokter dapat berujung pada kondisi yang jauh lebih parah, seperti okronosis eksogen, sebuah penyakit kulit yang ditandai dengan munculnya noda kebiruan pada wajah. Kondisi ini sulit diatasi dan sering kali permanen, sehingga pengguna harus menghadapi masalah kulit yang lebih besar daripada sebelumnya.

Selain hidrokuinon, produk skincare ini juga kerap mengandung kortikosteroid. Kortikosteroid adalah senyawa yang sangat efektif dalam mengurangi peradangan, namun efek sampingnya bisa sangat merusak bila digunakan tanpa pengawasan. Penggunaan jangka panjang atau dosis yang tidak tepat dapat menyebabkan telangiektasis (pelebaran pembuluh darah kecil di bawah kulit yang membuat kulit tampak merah dan berbercak), atrofi kulit (penipisan kulit), dan hipopigmentasi (kehilangan warna alami kulit). Efek samping lain yang mungkin muncul adalah hirsutisme, yaitu tumbuhnya rambut halus di area wajah yang tidak diinginkan, terutama pada wanita.

Yang lebih mengkhawatirkan adalah penggunaan kortikosteroid pada masalah kulit yang salah diagnosis, misalnya mengobati infeksi jamur dengan produk ini. Bukannya menyembuhkan, penggunaan kortikosteroid dalam kondisi seperti ini justru bisa memperparah infeksi dan menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai tinea incognito, yaitu infeksi jamur yang tidak terdeteksi karena tertutup oleh efek peredaan kortikosteroid, membuat infeksi semakin menyebar tanpa disadari.

Retinoic Acid: Efek Samping yang Tak Boleh Diabaikan

Selain hidrokuinon dan kortikosteroid, skincare etiket biru juga sering mengandung asam retinoat (retinoic acid), sebuah bahan aktif yang umum digunakan dalam perawatan jerawat dan penuaan. Retinoic acid dikenal karena kemampuannya dalam mempercepat regenerasi sel kulit dan mengurangi jerawat. Namun, penggunaannya yang tidak terkontrol dapat menyebabkan iritasi parah, kemerahan, pengelupasan hebat, hingga rasa nyeri di kulit. Tanpa panduan yang tepat dari dokter, bahan ini bisa menimbulkan lebih banyak kerusakan dibandingkan manfaat, terutama bagi kulit sensitif.

Mengapa Produk Racikan Harus Diawasi?

Skincare etiket biru bukanlah produk yang dirancang untuk dijual bebas. Produk-produk ini dibuat khusus sesuai resep dokter, setelah dilakukan diagnosis mendalam terhadap kondisi kulit pasien. Ketika produk-produk ini digunakan tanpa pemeriksaan medis yang memadai, risikonya sangat tinggi. Tak hanya memperburuk kondisi kulit yang ada, namun juga memicu masalah baru yang lebih sulit diatasi.

Viralnya produk skincare etiket biru di media sosial menjadi pengingat bahwa popularitas suatu produk tidak selalu sejalan dengan keamanannya. Meskipun banyak produk skincare yang menjanjikan hasil instan, kenyataannya tidak ada jalan pintas untuk mendapatkan kulit yang sehat. Perawatan kulit yang aman harus selalu didasarkan pada konsultasi dengan profesional medis yang berpengalaman.

Sebagai konsumen, penting untuk selalu skeptis terhadap produk skincare yang viral dan mengklaim memberikan hasil instan. Jangan pernah tergoda untuk mencoba produk-produk yang tidak jelas sumbernya, apalagi tanpa pengawasan dokter. Kesehatan kulit adalah investasi jangka panjang, dan salah langkah dalam perawatannya bisa menyebabkan kerusakan yang tak terbayangkan.

Jadi, sebelum Anda memutuskan untuk mencoba produk skincare baru, pastikan Anda telah melakukan konsultasi dengan dokter dan memilih produk yang aman serta sesuai dengan kondisi kulit Anda. Skincare etiket biru mungkin tampak menarik dengan segala janji yang ditawarkan, namun bahaya yang tersembunyi di baliknya jauh lebih besar dari manfaat yang dijanjikan.

(Rini)

#Skincare #SkincareEtiketBiru #Kosmetik