Breaking News

Iran Mengirimkan 180 Rudal ke Israel: Serangan Balasan yang Memanaskan Konflik Timur Tengah

Iran mulai menyerang Israel dengan mengirimkan 180 roket. (AP/Abdel Kareem Hana)

D'On, Iran -
Pada Selasa malam, 1 Oktober 2024, kawasan Timur Tengah kembali menyaksikan eskalasi besar dalam konflik yang telah berlangsung bertahun-tahun antara Iran dan Israel. Suara sirene yang menggema di seluruh Israel mengumumkan serangan rudal besar-besaran yang diluncurkan Iran. Sedikitnya 180 rudal dilaporkan ditembakkan dari wilayah Iran, meluncur dengan kecepatan mengerikan menuju sasaran-sasaran di Israel, membuat langit malam bersinar dalam warna oranye menyala, memantulkan kilatan api dan ledakan.

Latar Belakang: Aksi Balas Dendam Iran

Serangan rudal ini adalah respons langsung Iran atas serangkaian operasi militer Israel yang telah menewaskan beberapa tokoh penting di kawasan tersebut. Salah satu target utama dari operasi Israel yang memicu kemarahan Iran adalah Hassan Nasrallah, pemimpin Hezbollah, yang tewas dalam serangan udara di Beirut minggu lalu. Nasrallah telah lama menjadi musuh bebuyutan Israel, memimpin kelompok bersenjata yang memiliki pengaruh kuat di Lebanon dan sering terlibat dalam konflik dengan negara Yahudi tersebut.

Selain Nasrallah, tokoh militer Iran lainnya yang juga menjadi korban serangan Israel adalah Jenderal Abbas Nilforushan, seorang petinggi Garda Revolusi Iran. Nilforushan dikenal memiliki peran penting dalam mendukung Hezbollah dan kelompok-kelompok milisi lain di kawasan. Kehilangan dua sosok ini menjadi pukulan besar bagi Iran dan sekutunya.

Lebih jauh, serangan itu juga diyakini sebagai balasan atas pembunuhan Ismail Haniyeh, seorang pemimpin senior Hamas, yang tewas dalam serangan misterius di Teheran pada Juli 2024. Meskipun belum ada konfirmasi resmi, banyak yang menuding Israel berada di balik serangan tersebut, memperdalam luka yang dirasakan Iran dan mempercepat tindakan balasan mereka.

Kekuatan Pertahanan Israel Diuji

Begitu rudal pertama diluncurkan, sistem pertahanan udara Israel segera aktif. Iron Dome—sistem pertahanan udara yang telah lama menjadi pelindung utama negara itu dari serangan misil—langsung beraksi, menembakkan rentetan roket pencegat ke langit yang dipenuhi ancaman. Walaupun banyak rudal berhasil dicegat, beberapa di antaranya masih sempat mendarat di wilayah Israel, khususnya di bagian tengah dan selatan negara itu.

Dampak langsung dari serangan ini relatif minim, setidaknya menurut pernyataan resmi dari militer Israel. Dua warga dilaporkan mengalami luka ringan akibat pecahan rudal, sementara kerusakan material terlokalisasi di beberapa tempat. Namun, skala serangan ini menandakan eskalasi serius yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam beberapa tahun terakhir.

Juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, dalam pernyataan resminya, menegaskan bahwa pertahanan udara Israel berhasil menahan mayoritas serangan, namun mengakui bahwa ini adalah salah satu serangan terbesar yang pernah dihadapi negara itu dalam satu dekade terakhir. Israel pun segera menyatakan niatnya untuk melakukan balasan atas serangan ini, menyebut Iran telah melewati garis merah.

Reaksi Internasional dan Ancaman Lebih Besar

Serangan besar-besaran ini segera memicu reaksi internasional. Di Washington, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, menyebut serangan Iran sebagai eskalasi serius dalam konflik regional yang telah berlangsung lama. Dalam pernyataannya, ia menegaskan bahwa Amerika Serikat, sekutu utama Israel, tidak akan tinggal diam. Sullivan menyebutkan bahwa sejumlah rudal yang ditembakkan ke Israel berhasil dihalau dengan bantuan teknologi militer dari AS, dan menekankan pentingnya stabilitas di kawasan tersebut.

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, langsung mengadakan rapat darurat dengan para penasihat militernya. Dalam sebuah pernyataan resmi, Biden menegaskan dukungan penuh AS terhadap Israel, sambil menyatakan bahwa pemerintahannya sedang mendiskusikan langkah-langkah lebih lanjut untuk merespons tindakan agresi Iran ini. Pernyataan Biden menggambarkan tekad AS untuk terus mendukung Israel dalam menghadapi ancaman-ancaman regional, namun juga menyiratkan kekhawatiran bahwa konflik ini bisa berkembang menjadi lebih luas jika tidak segera dikendalikan.

Menanti Balasan Israel dan Dampak Jangka Panjang

Dengan situasi yang semakin memanas, dunia kini menunggu bagaimana Israel akan merespons. Sejarah menunjukkan bahwa Israel jarang membiarkan serangan besar seperti ini berlalu tanpa pembalasan. Banyak analis memperkirakan bahwa serangan balasan Israel kemungkinan besar akan lebih besar dan terarah pada infrastruktur militer Iran di Suriah atau di dalam wilayah Iran sendiri.

Di luar itu, serangan rudal ini juga menggarisbawahi fakta bahwa konflik antara Israel dan Iran bukan lagi sekadar perang bayangan yang dilakukan melalui perantara seperti Hezbollah atau Hamas. Kini, kedua negara semakin sering terlibat dalam bentrokan langsung, meskipun sebagian besar masih dilakukan melalui serangan udara dan serangan jarak jauh.

Bagi Israel, ini adalah tantangan terhadap kemampuan pertahanan mereka yang selama ini dianggap paling canggih di kawasan. Bagi Iran, serangan ini menunjukkan keseriusan mereka untuk membalas setiap tindakan yang dianggap sebagai ancaman terhadap kepentingan mereka di Timur Tengah.

Menuju Konflik yang Lebih Besar?

Meskipun saat ini kedua belah pihak tampaknya masih berusaha menahan diri dari bentrokan berskala penuh, ketegangan yang terus meningkat membuka peluang bagi terjadinya perang regional yang lebih luas. Keterlibatan kekuatan besar seperti Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di kawasan Teluk Persia hanya akan memperkeruh situasi.

Dengan serangan rudal ini, Iran tampaknya mengirimkan pesan bahwa mereka tidak akan mundur dalam menghadapi tekanan dari Israel dan sekutu-sekutunya. Namun, apakah kedua negara akan mampu menghindari perang yang lebih luas atau justru terseret lebih dalam ke dalam konflik, hanya waktu yang bisa menjawab.

(Mond)

#Internasional #Perang #Iran #Israel