Kebakaran Hebat di Makassar: 33 Rumah Hangus Dilalap Api Akibat Perselingkuhan
D'On, Makassar – Suasana permukiman padat penduduk di Jalan Laiya, Kelurahan La'dong, Kecamatan Bontoala, berubah mencekam saat api berkobar hebat pada Senin dini hari. Dalam hitungan jam, 33 rumah semipermanen hangus terbakar, memaksa puluhan keluarga kehilangan tempat tinggal. Ironisnya, kebakaran yang menghanguskan satu blok permukiman ini bermula dari tragedi pribadi: perselingkuhan.
Penyelidikan yang dilakukan pihak kepolisian mengungkapkan bahwa kebakaran tersebut bermula dari tindakan nekat seorang pria bernama Muhammad Rijal, 36 tahun. Di tengah rasa cemburu yang meluap, ia membakar rumah mertuanya sebagai bentuk luapan amarah akibat perselingkuhan sang istri.
Kecemburuan yang Berujung Malapetaka
Kronologi kejadian ini bermula ketika Rijal, yang telah mengetahui hubungan gelap istrinya dengan seorang rekan kerja, memutuskan untuk mendatangi rumah mertuanya pada Senin malam. Di rumah tersebut, ia berencana menemui anaknya yang dikabarkan sedang sakit. Namun, niat tersebut terhalang saat ia tidak diberi akses untuk bertemu sang anak.
Rijal yang sudah terbakar emosi semakin marah ketika ia melihat istrinya tidur bersama pria lain di rumah mertuanya. Insiden itu menjadi pemicu hilangnya kendali diri. Kombes Pol Djamaluddin Farti, Dirreskrimum Polda Sulawesi Selatan, dalam konferensi pers mengungkapkan, “Saat melihat istrinya bersama pria lain di rumah mertuanya, Rijal tidak bisa menahan amarah. Kejadian itu memicu tindakannya yang tragis.”
Tepat pukul tiga dini hari, dengan pikiran penuh dendam dan cemburu, Rijal kembali mendatangi rumah mertuanya. Kali ini, ia datang dengan tujuan berbeda—membalas perasaan sakit hatinya. Mengambil tindakan ekstrem, ia membakar sampah di dekat tangga kayu rumah tersebut, berharap api akan menyulut kebakaran yang lebih besar.
Menurut kesaksian saksi mata, Rijal tampak tenang saat menyalakan api, dan tanpa ragu ia meninggalkan tempat kejadian begitu asap mulai mengepul. Dalam sekejap, api yang mulanya kecil berubah menjadi kobaran besar, merambat dari satu rumah ke rumah lainnya. Kondisi rumah-rumah semipermanen yang terbuat dari bahan mudah terbakar mempercepat penyebaran api, sehingga pemadam kebakaran kesulitan mengendalikannya.
Kehancuran yang Mengguncang Masyarakat
Kebakaran ini tidak hanya memusnahkan 33 rumah, tetapi juga menghancurkan kehidupan banyak keluarga. Puluhan orang kini terpaksa mengungsi, kehilangan harta benda dan tempat tinggal. Jalan Laiya yang biasanya penuh dengan hiruk-pikuk aktivitas warga berubah menjadi pemandangan suram—puing-puing rumah yang terbakar, tangisan anak-anak, dan wajah-wajah penuh kepanikan.
Pihak berwenang membutuhkan waktu berjam-jam untuk memadamkan api. Puluhan petugas pemadam kebakaran dikerahkan untuk mengendalikan kobaran yang dengan cepat melalap habis kawasan padat tersebut. Meskipun tidak ada korban jiwa yang dilaporkan, kerugian materiil yang diakibatkan oleh kebakaran ini diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
“Ini adalah musibah besar bagi kami. Kami tidak pernah menyangka bahwa peristiwa pribadi seperti ini bisa menyebabkan kehancuran sedemikian rupa,” ujar seorang warga yang kehilangan rumahnya dalam kebakaran tersebut.
Pelaku Ditangkap dan Ditahan
Setelah kebakaran, Muhammad Rijal segera melarikan diri ke rumah orang tuanya di Jalan Muhammad Yamin, Kecamatan Makassar. Namun, upayanya untuk bersembunyi tidak berlangsung lama. Pada Selasa malam, polisi berhasil menangkap Rijal tanpa perlawanan. Di hadapan petugas di Posko Resmob Polda Sulsel, Rijal mengakui perbuatannya.
“Aksi tersebut dilakukan dalam keadaan emosi dan cemburu. Rijal tidak bermaksud membakar seluruh rumah, namun tindakannya menyebabkan kehancuran besar,” ujar Kombes Pol Djamaluddin Farti.
Rijal saat ini ditahan di Mapolsek Bontoala untuk penyelidikan lebih lanjut. Polisi masih mendalami apakah kebakaran tersebut dilakukan dengan sengaja atau hanya sebagai tindakan spontan akibat ledakan emosi. Namun, apa pun hasil penyelidikannya, tindakan nekat Rijal telah menyebabkan bencana yang berdampak luas bagi masyarakat di sekitarnya.
Refleksi dari Tragedi
Kebakaran besar yang disebabkan oleh amarah pribadi ini menyisakan banyak pertanyaan tentang betapa rapuhnya kehidupan manusia di tengah kondisi sosial yang semakin kompleks. Peristiwa ini tidak hanya mencerminkan kisah keluarga yang hancur, tetapi juga memperlihatkan bagaimana tindakan yang dipicu oleh perasaan dendam dan cemburu dapat berujung pada malapetaka yang jauh lebih besar dari sekadar persoalan pribadi.
Tragedi ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa emosi yang tidak terkendali dapat menimbulkan kehancuran yang tidak terduga. Masyarakat Makassar kini tidak hanya dihadapkan pada upaya untuk memulihkan fisik lingkungan mereka yang porak poranda, tetapi juga pada upaya untuk merajut kembali kehidupan sosial yang telah terpecah akibat insiden ini.
(Mond)
#Peristiwa #Kebakaran #Perselingkuhan