Kopi vs Teh: Studi Baru Menyingkap Risiko Stroke, Mana yang Lebih Berbahaya?
Ilustrasi
Dirgantaraonline - Dalam keseharian, teh dan kopi sering kali menjadi pilihan utama banyak orang untuk memulai hari. Keduanya dianggap memberikan manfaat seperti meningkatkan energi, mengurangi peradangan, bahkan menurunkan risiko penyakit jantung. Namun, sebuah studi terbaru dari International Journal of Stroke memberikan perspektif baru dan mengejutkan terkait dampak minuman ini terhadap risiko stroke. Ternyata, salah satu dari kedua minuman tersebut secara signifikan meningkatkan risiko stroke, sementara yang lain justru bisa memberikan perlindungan lebih baik.
Teh vs Kopi: Mana yang Lebih Aman?
Studi yang melibatkan lebih dari 26.950 peserta dari 32 negara ini mengungkapkan fakta yang mengejutkan: meminum kopi dalam jumlah yang berlebihan—lebih dari empat cangkir per hari—ternyata dapat meningkatkan risiko stroke hingga 40%. Sebaliknya, konsumsi teh dalam jumlah yang sama justru mampu menurunkan risiko stroke hampir 20%. Hasil ini membuka diskusi baru tentang seberapa besar peran kedua minuman tersebut dalam kesehatan kardiovaskular.
Para peserta studi berasal dari berbagai negara, termasuk Inggris, Kanada, dan sejumlah besar peserta dari Asia Timur dan Asia Selatan, wilayah di mana teh menjadi bagian penting dari budaya harian. Usia rata-rata peserta adalah 61 tahun, dengan mayoritas di antaranya pria yang pernah mengalami stroke. Selain itu, hampir setengah dari mereka memiliki masalah kelebihan berat badan, yang memang merupakan salah satu faktor utama risiko stroke.
Dalam penelitian ini, peserta diminta untuk memberikan informasi rinci mengenai kebiasaan hidup mereka, termasuk pola makan, aktivitas fisik, riwayat kesehatan, hingga konsumsi minuman seperti kopi dan teh—baik teh hitam, teh hijau, maupun jenis teh lainnya. Sekitar 20% peserta tidak meminum kopi maupun teh sama sekali, sementara hampir setengahnya hanya minum teh. 15% dari peserta mengonsumsi kopi saja, dan sekitar 20% mengonsumsi keduanya.
Kopi: Menambah Energi, Tapi Mengintai Risiko?
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mereka yang meminum lebih dari empat cangkir kopi per hari mengalami peningkatan risiko stroke sebesar 37%. Peneliti menduga bahwa tingginya kandungan kafein dalam kopi bisa menjadi salah satu faktor utamanya. Kafein dalam kopi berada di kisaran 80 hingga 100 miligram per cangkir, jauh lebih tinggi dibandingkan teh yang hanya mengandung sekitar 50 miligram per cangkir.
Kafein terbukti meningkatkan pelepasan adrenalin, yang pada gilirannya mempercepat detak jantung dan meningkatkan tekanan darah. Dalam jangka panjang, lonjakan tekanan darah yang terus-menerus ini dapat merusak pembuluh darah, khususnya di otak, meningkatkan risiko pembentukan gumpalan darah yang memicu stroke. Ini tentu menjadi perhatian serius bagi mereka yang gemar mengonsumsi kopi secara berlebihan, terutama bagi individu yang sudah memiliki riwayat tekanan darah tinggi atau masalah jantung.
Teh: Pelindung dari Stroke?
Di sisi lain, konsumsi teh dalam jumlah yang sama ternyata memberikan efek sebaliknya. Penelitian ini menemukan bahwa meminum empat cangkir teh per hari dapat menurunkan risiko stroke sebesar 19%. Teh hitam, seperti Earl Grey dan teh sarapan, menunjukkan penurunan risiko paling signifikan, yakni hingga 29%, sementara teh hijau mengurangi risiko sebesar 27%.
Efek perlindungan yang dimiliki teh ini diduga berasal dari kandungan antioksidannya yang tinggi. Antioksidan dalam teh telah terbukti membantu mengurangi peradangan yang berkontribusi terhadap pembentukan plak di pembuluh darah, yang pada akhirnya dapat menyebabkan stroke. Sayangnya, manfaat ini bisa hilang jika teh dicampur dengan susu. Para peneliti mencatat bahwa susu dapat menghambat efek positif antioksidan dalam teh. Hal ini mungkin disebabkan oleh protein dalam susu yang berinteraksi dengan antioksidan, mengurangi kemampuan tubuh untuk menyerapnya.
Adakah Efek dari Gula dan Bahan Tambahan?
Meskipun studi ini memberikan banyak wawasan tentang pengaruh teh dan kopi terhadap risiko stroke, para peneliti juga mengakui adanya keterbatasan. Salah satunya adalah kurangnya penelitian tentang efek bahan tambahan lain seperti gula, sirup, dan rempah-rempah yang sering ditambahkan pada teh atau kopi. Sementara susu terbukti mengurangi manfaat teh, dampak dari bahan tambahan lain masih belum sepenuhnya dipahami dalam konteks penelitian ini.
Selain itu, potensi bias ingatan dari para peserta yang baru saja mengalami stroke juga dapat memengaruhi hasil. Karena mereka baru saja melewati fase yang traumatis, ada kemungkinan beberapa jawaban terkait kebiasaan konsumsi mereka tidak sepenuhnya akurat. Selain itu, demografi peserta yang didominasi oleh orang-orang dari China dan Asia Selatan, di mana konsumsi teh jauh lebih populer daripada kopi, juga bisa memengaruhi hasil penelitian ini.
Apa Artinya Bagi Kita?
Penemuan dari studi ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana pilihan minuman sehari-hari dapat memengaruhi risiko kesehatan jangka panjang, khususnya risiko stroke. Meskipun teh dan kopi memiliki manfaat kesehatan yang tak terbantahkan, penting untuk diingat bahwa keseimbangan dalam konsumsi tetap menjadi kunci. Meminum kopi secara berlebihan bisa meningkatkan risiko stroke, terutama bagi mereka yang sudah memiliki faktor risiko seperti tekanan darah tinggi. Sebaliknya, teh bisa menjadi alternatif yang lebih sehat, dengan potensi melindungi tubuh dari ancaman stroke, asalkan tanpa tambahan susu.
Dengan kata lain, jika Anda menikmati teh atau kopi setiap hari, penting untuk memahami dampaknya pada kesehatan Anda. Secangkir teh mungkin tidak hanya memberikan ketenangan, tetapi juga melindungi Anda dari risiko stroke di masa depan.
(Rini)
#Teh #Kopi #Gayahidup #Lifestyle