Breaking News

Mendag Zulhas: Harga Pangan Terlalu Murah Picu Deflasi, Petani Terancam

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, didampingi Brigjen Pol Helfi Assegaf dari Bareskrim Polri, memberikan keterangan pers terkait temuan Satgas Impor Ilegal di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (19/8/2024).


D'On, Jakarta -
Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Zulkifli Hasan, mengemukakan pandangan kritis terkait dinamika harga pangan di Tanah Air yang menurutnya terlalu rendah, menjadi penyebab utama deflasi yang tengah dialami Indonesia. Dalam pernyataannya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jumat (4/10/2024), sosok yang akrab disapa Zulhas ini mengungkapkan bahwa harga bahan pokok seperti sayuran dan komoditas pangan lainnya kini terjun bebas, dan pemerintah masih mencari strategi yang tepat untuk mengatasi tantangan tersebut.

“Beberapa harga pangan memang terlalu murah. Sampai saat ini, kita belum memiliki skema bantuan atau intervensi yang efektif untuk menangani situasi ini,” ujar Zulhas dengan nada prihatin. Ia kemudian merinci kondisi harga sejumlah komoditas pangan yang saat ini jauh berada di bawah standar pemerintah, yang berpotensi menekan sektor pertanian lebih dalam.

Harga Pangan Jauh di Bawah Standar Pemerintah

Sebagai ilustrasi, Zulhas menyebutkan harga cabai yang seharusnya dipatok di angka Rp40 ribu per kilogram, namun di pasar harganya anjlok hingga Rp15 ribu per kilogram. Hal serupa terjadi pada telur ayam, yang kini dihargai Rp24 ribu per kilogram di pasar, jauh di bawah standar Rp28 ribu yang ditetapkan pemerintah. Menurut Zulhas, disparitas harga ini menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup para petani dan peternak kecil di Indonesia.

“Harga yang terlalu murah ini, dalam jangka panjang, bisa membunuh petani kita. Mereka tidak akan bisa menutup biaya produksi, apalagi mendapatkan keuntungan,” tegasnya.

Kondisi yang Rumit: Deflasi Lebih Sulit Diatasi Dibandingkan Inflasi

Dalam situasi yang kian genting ini, Zulhas tidak menampik bahwa masalah peralihan musim turut menjadi salah satu penyebab jatuhnya harga pangan. Ia menjelaskan bahwa musim hujan yang panjang menyebabkan melimpahnya pasokan komoditas seperti cabai dan bawang, yang pada akhirnya menekan harga pasar. Namun, ia juga mengakui bahwa faktor penurunan daya beli masyarakat harus diperiksa lebih jauh.

“Kita melihat pasokan yang berlimpah karena peralihan musim, tetapi ada juga kemungkinan daya beli masyarakat yang sedang melemah. Ini masih perlu kita pelajari lebih dalam,” tambahnya.

Zulhas mengakui, mengatasi deflasi merupakan tantangan yang lebih rumit dibandingkan mengendalikan inflasi. “Kalau inflasi, kita bisa atasi lebih cepat karena bisa melibatkan pemerintah daerah—ada bupati, wali kota, ada anggaran APBD, dan dana tak terduga yang bisa segera digunakan untuk menekan inflasi,” jelas Zulhas.

Sebaliknya, deflasi memerlukan pendekatan yang lebih hati-hati karena penurunan harga secara terus-menerus bisa berdampak buruk bagi ekonomi secara keseluruhan. Jika harga tetap rendah, petani dan produsen bisa kehilangan insentif untuk memproduksi, yang pada akhirnya bisa memicu kelangkaan barang di masa depan.

Indonesia Mengalami Deflasi Selama 5 Bulan Berturut-Turut

Fenomena deflasi yang kini melanda Indonesia tercermin dari laporan terbaru Badan Pusat Statistik (BPS). Pada September 2024, Indonesia mencatat inflasi tahunan (year-on-year/yoy) sebesar 1,84 persen, namun secara bulanan (month-on-month/mtm), terjadi deflasi sebesar 0,12 persen. Ini menandai deflasi selama lima bulan berturut-turut, sebuah kondisi yang jarang terjadi dan menuntut perhatian ekstra dari para pemangku kebijakan.

Bagi Zulhas, sinyal-sinyal deflasi ini harus segera ditangani sebelum dampaknya semakin meluas. Jika harga pangan terus berada di bawah standar, bukan hanya petani yang akan menderita, tetapi juga sektor lain yang bergantung pada stabilitas harga pangan.

“Kita harus segera menemukan solusi yang tepat agar petani kita tidak semakin terpuruk, dan agar deflasi ini tidak merusak perekonomian lebih jauh,” pungkas Zulhas.

Pernyataan ini menyoroti tantangan besar yang dihadapi pemerintah dalam menjaga stabilitas harga di tengah fluktuasi pasokan dan permintaan. Sebagai pemimpin sektor perdagangan, Zulhas kini berada di garis depan untuk mencari jalan keluar bagi para petani yang menjadi tulang punggung ketahanan pangan Indonesia.

(Mond)

#Ekonomi