Breaking News

Naim Qassem Terpilih sebagai Pemimpin Baru Hizbullah: Babak Baru dalam Konflik Lebanon-Israel

Naim Qassem, wakil sekretaris jenderal gerakan Syiah Hizbullah Lebanon, berbicara selama prosesi pemakaman Ibrahim Aqil, kepala pasukan elit Hizbullah, di pinggiran selatan Beirut pada 22 September 2024. Foto: AFP

D'On, Lebanon -
Naim Qassem resmi ditunjuk sebagai pemimpin baru Hizbullah pada Selasa, 29 Oktober 2024, menggantikan Hassan Nasrallah yang tewas dalam serangan udara Israel di pinggiran Beirut pada 27 September 2024. Peristiwa ini menandai momen krusial dalam sejarah Hizbullah, kelompok militan paling berpengaruh di Lebanon, yang selama lebih dari empat dekade menjadi aktor utama dalam konflik dengan Israel.

Qassem bukanlah sosok baru di lingkaran inti Hizbullah. Ia telah lama menjabat sebagai deputi kepala organisasi itu sejak 1991, ketika ia ditunjuk oleh Abbas al-Musawi, pemimpin Hizbullah kala itu, yang juga tewas dalam serangan Israel pada tahun 1992. Dalam kepemimpinan Nasrallah, Qassem tetap memegang peran penting sebagai tangan kanan dan juru bicara, menjalin hubungan erat dengan media lokal dan internasional, serta tampil sebagai figur kunci dalam menghadapi eskalasi konflik di wilayah tersebut.

Pemilihan Qassem sebagai Sekretaris Jenderal baru Hizbullah ditentukan oleh Majelis Syura, badan tertinggi yang memutuskan arah strategis organisasi ini. Dalam pernyataan resmi, Hizbullah menegaskan bahwa proses penunjukan ini telah melalui mekanisme internal yang ketat, mencerminkan stabilitas dan kontinuitas di dalam tubuh organisasi. Keputusan ini bukan sekadar pergantian pemimpin, tetapi sinyal penting bagi masa depan Hizbullah dalam menghadapi tantangan yang semakin besar di tengah meningkatnya tekanan militer Israel dan perubahan dinamika regional.

Nama Qassem tidak asing bagi pengamat konflik Timur Tengah. Ia telah menjadi sosok yang menonjol dalam narasi politik dan militer Hizbullah, terutama sejak pecahnya perang antara Israel dan Hizbullah yang kembali memanas sejak tahun lalu. Kehadirannya di berbagai media dan wawancara publik menunjukkan kemampuannya dalam menjaga citra Hizbullah di tengah pergolakan internasional, sekaligus memperkuat posisi kelompok tersebut di kancah politik domestik Lebanon.

Menariknya, sebelum penunjukan Qassem, Hashem Safieddine, seorang figur senior Hizbullah, sempat disebut-sebut sebagai calon kuat pengganti Nasrallah. Namun, Safieddine juga tewas dalam serangan udara Israel pada awal Oktober 2024, sebuah pukulan telak bagi Hizbullah yang pada saat itu tengah berjuang mempertahankan momentum di medan perang dan politik.

Dengan terpilihnya Qassem, Hizbullah kini memasuki babak baru dalam sejarahnya. Qassem dihadapkan pada tantangan besar, mulai dari terus membendung serangan Israel hingga menghadapi ketidakstabilan politik internal Lebanon yang semakin diperburuk oleh krisis ekonomi dan pengaruh kekuatan asing. Di bawah kepemimpinannya, Hizbullah diperkirakan akan terus memainkan peran sentral, baik sebagai kekuatan militer maupun aktor politik yang menentukan di Lebanon.

Bagaimana Qassem akan memimpin Hizbullah menghadapi tantangan-tantangan ini akan menjadi perhatian utama para pengamat dan pemimpin dunia. Sebagai sosok yang telah lama berada di jantung kekuatan Hizbullah, Qassem diperkirakan akan melanjutkan pendekatan garis keras yang dijalankan oleh Nasrallah, sekaligus mencoba mengadaptasi strategi baru untuk mempertahankan eksistensi Hizbullah di tengah tekanan global.

Tewasnya Nasrallah dan Safieddine dalam rentang waktu yang singkat menggarisbawahi intensitas konflik antara Israel dan Hizbullah, yang tampaknya jauh dari berakhir. Penunjukan Qassem mungkin saja menjadi titik balik dalam pertempuran yang terus berlangsung di Timur Tengah, di mana pertumpahan darah dan intrik geopolitik terus mempengaruhi stabilitas kawasan. Dunia kini menantikan bagaimana Naim Qassem akan mengarahkan kapal Hizbullah di tengah badai yang semakin dahsyat ini.

(Mond)

#Hizbullah #Internasional #NaimQassem