Breaking News

Prajurit TNI Terluka dalam Konflik Israel dan Hizbullah di Lebanon

Kapuspen TNI Mayjen Hariyanto di Lapangan Silang Monas, Jakarta Pusat, Kamis (3/10/2024).


D'On, Jakarta -
Ketegangan yang terus memanas di Timur Tengah kembali menyita perhatian dunia, ketika seorang prajurit TNI yang tergabung dalam Pasukan Perdamaian PBB (UNIFIL) di Lebanon mengalami luka ringan akibat baku tembak antara pasukan Israel dan kelompok militan Hizbullah. Insiden ini dikonfirmasi oleh Mayjen TNI Hariyanto, Kepala Pusat Penerangan TNI (Kapuspen TNI), yang menjelaskan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada Kamis, 10 Oktober 2024, sekitar pukul 05.05 waktu setempat di kawasan perbatasan Naqoura, Lebanon.

Baku tembak berlangsung di sekitar Tower Pengamatan 14 (OP 14), sebuah pos strategis yang digunakan oleh pasukan perdamaian untuk memantau gencatan senjata yang rapuh antara Israel dan Lebanon. Menurut penjelasan Kapuspen TNI, baku tembak secara tiba-tiba pecah antara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan pejuang Hizbullah, disertai ledakan-ledakan dari kedua pihak yang mengguncang kawasan tersebut. "Tank Merkava milik IDF terpantau bergerak di sekitar wilayah Green Hill seiring intensitas pertempuran yang meningkat," ujarnya. Sayangnya, di tengah baku tembak tersebut, sebuah peluru nyasar mengenai tower pengamatan, menyebabkan seorang prajurit TNI yang bertugas di sana mengalami luka.

Dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan UNIFIL tak lama setelah insiden tersebut, disebutkan bahwa tank Merkava IDF menembakkan peluru langsung ke arah tower pengamatan yang terletak di dekat markas UNIFIL di Naqoura. UNIFIL menegaskan bahwa tindakan tersebut melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1701, yang mengatur penghentian permusuhan di wilayah tersebut. "Kami sedang menindaklanjuti masalah ini dengan pihak IDF," kata UNIFIL dalam pernyataannya, menyampaikan keprihatinan mendalam atas pelanggaran ini.

UNIFIL juga tidak mengungkapkan kebangsaan dua prajurit perdamaian yang terluka dalam serangan tersebut, meskipun dipastikan bahwa cedera yang mereka alami tidak mengancam jiwa. "Dua prajurit perdamaian segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Luka-luka mereka tidak fatal, tetapi mereka masih dalam pengawasan medis," tambah UNIFIL.

Insiden tersebut juga meluas ke luar Naqoura, di mana pasukan IDF dilaporkan menargetkan pos UNIFIL lainnya di Pos Pengamatan UNP 1-31 di Labbouneh. Serangan tersebut menyebabkan kerusakan serius pada bunker yang digunakan oleh pasukan perdamaian sebagai tempat perlindungan, serta merusak kendaraan dan sistem komunikasi di lokasi tersebut. "Drone milik IDF juga terpantau terbang di atas pintu masuk bunker setelah serangan," kata UNIFIL dalam laporannya.

Serangan terhadap pasukan perdamaian PBB ini memunculkan kekhawatiran serius terkait keamanan pasukan internasional yang bertugas di salah satu wilayah paling sensitif secara politik dan militer di dunia. Gencatan senjata yang diawasi oleh UNIFIL sangat penting untuk menjaga perdamaian antara Israel dan Hizbullah, dan insiden semacam ini dapat menggoyahkan keseimbangan yang rapuh tersebut.

Lebih dari 1.000 prajurit TNI saat ini bertugas di berbagai wilayah di Lebanon sebagai bagian dari misi UNIFIL. Mereka sebagian besar bertugas di darat, dengan beberapa kontingen Indonesia memainkan peran penting dalam menjaga perdamaian dan stabilitas. Pasukan Indonesia terlibat dalam berbagai satuan UNIFIL, seperti Maritime Task Force (MTF), Satgas Batalyon Mekanis TNI (INDOBATT), dan sejumlah satgas khusus lainnya seperti Force Headquarters Support Unit (FHQSU), Indo Force Protection Company (FPC), Satgas Koordinasi Sipil-Militer (CIMIC), dan Military Community Outreach Unit (MCOU). Selain itu, tim medis TNI mengoperasikan Rumah Sakit Tingkat 2 untuk memberikan dukungan kesehatan kepada misi ini.

Kontingen Indonesia telah lama dikenal karena profesionalisme dan komitmennya dalam menjaga perdamaian di Lebanon, negara yang telah terkoyak oleh konflik dan intervensi asing selama puluhan tahun. Peran mereka dalam misi UNIFIL tidak hanya sebatas kehadiran militer, tetapi juga bantuan kemanusiaan, membangun hubungan antara penduduk lokal dan pasukan internasional.

Dengan ketegangan yang terus memuncak di kawasan tersebut, keamanan pasukan perdamaian menjadi prioritas utama bagi UNIFIL dan negara-negara penyumbang pasukan, termasuk Indonesia. Serangan terhadap tower pengamatan di Naqoura menjadi pengingat tajam akan risiko yang dihadapi oleh mereka yang bertugas di bawah bendera PBB di zona konflik. Bagi Indonesia, keselamatan dan kesejahteraan prajuritnya adalah yang paling penting, dan pemerintah kemungkinan besar akan meminta jaminan dari PBB dan Israel untuk mencegah insiden serupa di masa mendatang.

Meskipun cedera yang dialami oleh prajurit TNI tidak fatal, insiden ini tetap menjadi pengingat keras akan bahaya yang mengancam mereka yang bertugas di wilayah rawan konflik. Pemerintah Indonesia, bersama UNIFIL, akan terus memantau situasi ini dengan cermat, sembari mencari pertanggungjawaban dan jaminan bahwa serangan terhadap pasukan perdamaian tidak akan terulang.

Saat ketegangan di wilayah tersebut tetap tinggi, peran UNIFIL dan pasukan perdamaian semakin krusial dalam mencegah eskalasi kekerasan dan menjaga perdamaian yang rapuh, yang bagi banyak orang menjadi satu-satunya harapan stabilitas di kawasan yang telah lama dilanda perang.

(Mond)

#Peristiwa #TNI #Militer #AnggotaTNIKenaSeranganIsrael