Breaking News

Ricuh dan Penuh Tensi, Sultan Najamudin Terpilih Sebagai Ketua DPD RI Setelah 5 Jam Drama

Kedua paket telah menyerahkan berkas pendaftaran kepada pimpinan rapat DPD RI.


D'On, Jakarta -
Pemilihan Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI periode 2024-2029 berlangsung panas dan penuh drama. Proses yang seharusnya menjadi formalitas demokrasi berlangsung selama lebih dari lima jam di Gedung Nusantara V, Senayan, Jakarta, Selasa (1/10/2024). Setelah melewati perdebatan sengit dan berbagai insiden, Sultan Bachtiar Najamudin akhirnya terpilih sebagai Ketua DPD RI melalui mekanisme voting.

Sidang Panas Dipenuhi Interupsi

Sidang paripurna tersebut dipimpin oleh Ismeth Abdullah, seorang senator senior berusia 78 tahun, dan Larasati Moriska, yang merupakan anggota termuda di usia 22 tahun. Namun, begitu sidang dibuka, suasana langsung memanas. Para senator saling berebut kesempatan untuk melakukan interupsi, mempersoalkan berbagai aturan terkait syarat pencalonan pemimpin DPD.

Sorotan utama adalah mengenai surat dukungan yang menjadi salah satu syarat pendaftaran calon Ketua DPD RI. Senator dari Nusa Tenggara Timur, Angelius Wake Kako, yang akrab disapa Anjelo, menyuarakan pentingnya setiap calon menyertakan surat dukungan yang sah dan telah ditandatangani. "Surat dukungan ini wajib dilengkapi. Ini bukan sekadar formalitas, tapi bukti dukungan yang sah," tegasnya.

Ketegangan semakin meningkat ketika perdebatan meluas antara pendukung Sultan Bachtiar Najamudin dan La Nyalla Mattalitti, dua calon kuat dalam pemilihan tersebut. Adu argumentasi terjadi, bahkan pada satu titik Sultan terlihat menunjuk La Nyalla dengan penuh emosi. Untungnya, insiden ini tidak berlanjut menjadi fisik, karena segera dilerai oleh para senator lainnya.

Ambang Batas dan Polemik Validasi

Masalah terbesar yang memicu ketegangan adalah soal ambang batas dukungan. Berdasarkan aturan, setiap calon ketua DPD RI harus mendapatkan minimal 25 persen dukungan dari 38 wilayah, yang dibagi ke dalam dua kelompok, yakni Timur dan Barat. Namun, sejumlah senator memprotes aturan ini, menilai bahwa 38 wilayah tersebut tidak sepenuhnya mewakili total 152 anggota DPD RI.

Pimpinan sidang, Ismeth Abdullah, mencoba menjelaskan bahwa aturan tersebut hanya berfungsi sebagai syarat pencalonan dan validasi. "Ini untuk memastikan calon ketua mendapatkan dukungan yang merata dari seluruh wilayah," katanya. Namun, kelompok yang menentang tetap bersikeras agar validasi tidak lagi diperlukan dan meminta langsung menetapkan paket yang memperoleh dukungan terbanyak.

Sidang Diskors, Situasi Semakin Memanas

Suasana sidang sempat semakin memanas ketika pimpinan rapat memutuskan untuk menskors sidang selama 30 menit guna menenangkan situasi dan memverifikasi surat dukungan. Namun, keputusan ini memicu protes dari sejumlah senator yang merasa sidang seharusnya berjalan terus tanpa skorsing. "Cabut skors, pimpinan!" teriak beberapa senator dengan nada tinggi, mendesak agar rapat segera dilanjutkan.

Di tengah panasnya suasana, muncul momen yang sedikit mencairkan ketegangan. Kehadiran pelawak kondang Alfiansyah Bustami, yang lebih dikenal sebagai Komeng, di antara para senator berhasil mengundang tawa di tengah sidang yang tegang. Komeng, yang terpilih sebagai anggota DPD RI setelah memperoleh lebih dari 5 juta suara dalam Pemilu Legislatif 2024, sempat menjadi bahan lelucon para koleganya. "Mana Komeng?" seru beberapa senator yang bercanda mencari sang pelawak. Komeng pun menjawab dengan humor khasnya, "Mik saya mati," yang segera disambut tawa dari seluruh ruangan.

Proses Pemilihan Berjalan Ketat

Setelah suasana sedikit tenang, proses pemilihan dilanjutkan dengan perhitungan suara. Dua paket calon bersaing ketat. Paket pertama dipimpin oleh La Nyalla Mahmud Mattalitti, yang didampingi oleh Nono Sampono, Elviana, dan Andi Muhammad Ihsan sebagai calon wakil ketua. Sementara paket kedua dipimpin oleh Sultan Bachtiar Najamudin dengan dukungan Ratu Hemas, Yorrys Raweyai, dan Tamsil Linrung sebagai calon wakil ketua.

Perhitungan suara berjalan dengan intens. Setiap suara yang dibacakan diiringi dengan sorak-sorai dari para pendukung masing-masing kandidat. Namun, akhirnya hasilnya jelas: Sultan Bachtiar Najamudin dan timnya berhasil meraih 95 suara, unggul jauh dari La Nyalla yang hanya memperoleh 56 suara.

Larasati Moriska, yang memimpin jalannya pemungutan suara, segera mengumumkan hasil tersebut. "Dengan demikian, paket pimpinan DPD RI untuk periode 2024-2029 adalah Sultan Najamudin sebagai Ketua, didampingi oleh Ibu Ratu Hemas, Bapak Yorrys Raweyai, dan Bapak Tamsil Linrung sebagai Wakil Ketua," ujar Larasati.

Sultan Najamudin Resmi Menjadi Ketua DPD RI

Setelah drama panjang dan perdebatan sengit, akhirnya Sultan Bachtiar Najamudin resmi dinyatakan sebagai Ketua DPD RI. Pemilihannya mencerminkan dinamika politik yang kompleks di dalam tubuh DPD, di mana perdebatan terkait aturan, representasi wilayah, hingga ambang batas dukungan menjadi isu yang tak terhindarkan.

Meski pemilihan ini diwarnai ketegangan, pada akhirnya, mekanisme demokrasi berjalan sebagaimana mestinya, dan Sultan Najamudin akan memimpin DPD RI untuk periode 2024-2029. Dengan didampingi wakil-wakilnya yang berpengalaman, seperti Ratu Hemas dan Yorrys Raweyai, banyak yang berharap DPD RI akan mampu menjalankan fungsinya dengan lebih baik dalam memperjuangkan kepentingan daerah di tingkat nasional.

Sidang paripurna tersebut mungkin telah berakhir, namun tantangan besar bagi pimpinan DPD RI yang baru saja terpilih baru saja dimulai.

(Mond)

#DPD #Peristiwa #Parlemen #Rusuh