Ketika Nikmat yang Didapat Justru Membawa Murka Allah
Ilustrasi
Dirgantaraonline - Dalam kehidupan yang kita jalani, terkadang segala kebaikan dan kenikmatan yang kita terima bisa menjadi sumber ujian yang besar. Banyak orang lupa bahwa nikmat tersebut seharusnya menjadi alasan untuk lebih dekat kepada Sang Pencipta, namun sayangnya, sering kali terjadi justru sebaliknya. Mereka menggunakan karunia itu untuk melanggar aturan-aturan Allah, yang kemudian menuntun mereka pada kesengsaraan dan ketakutan.
Allah SWT telah memperingatkan umat manusia akan bahaya mengingkari nikmat-Nya melalui perumpamaan yang jelas dalam Al-Qur’an, surat An-Nahl ayat 112:
"Allah membuat suatu perumpamaan dengan sebuah negeri yang dahulunya aman dan tenteram, rezekinya datang melimpah dari segala tempat, tetapi penduduknya mengingkari nikmat-nikmat Allah, maka Allah menimpakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat." (QS. An-Nahl: 112)
Perumpamaan Negeri yang Lupa Bersyukur
Ayat ini menggambarkan sebuah negeri yang awalnya diberkahi dengan kedamaian dan kemakmuran. Penduduknya hidup tenteram, tak pernah khawatir akan pangan dan kebutuhan lainnya. Negeri ini dikelilingi oleh kekayaan alam yang melimpah; tanahnya subur, airnya melimpah, iklimnya mendukung pertanian dan perkebunan. Namun, apa yang terjadi kemudian? Penduduk negeri itu mulai lalai, melupakan Sang Pemberi nikmat. Mereka menganggap semua keberlimpahan itu adalah hasil usaha mereka semata, dan mulai memalingkan diri dari aturan Allah.
Alih-alih mensyukuri dan menggunakan nikmat tersebut untuk kebaikan, mereka justru memanfaatkannya untuk hal-hal yang tidak diridhai. Mereka terjerumus dalam perilaku-perilaku yang melanggar syariat, seperti berlaku zalim, mengambil keuntungan dengan cara-cara yang tidak halal, dan melupakan kewajiban mereka terhadap sesama. Ketika kekayaan dan kedamaian menjadi alat untuk memuaskan nafsu dan keserakahan, maka Allah menurunkan teguran yang keras berupa "pakaian kelaparan dan ketakutan".
Apa Itu "Pakaian Kelaparan dan Ketakutan"?
Ungkapan ini bukanlah sekadar metafora biasa, melainkan sebuah bentuk azab yang menyelimuti masyarakat tersebut. "Pakaian kelaparan" menggambarkan kondisi di mana kelaparan melanda secara menyeluruh, tidak hanya menimpa sebagian kecil, tetapi meluas ke seluruh negeri. Sumber daya yang sebelumnya melimpah berubah menjadi kelangkaan. Makanan yang dulunya mudah didapat kini menjadi barang yang langka. Para petani yang dahulu panen berlimpah kini gagal panen karena tanah yang mengering dan rusak.
Sementara itu, "pakaian ketakutan" menunjukkan situasi sosial yang penuh ketidakamanan dan kekhawatiran. Ketakutan merajalela karena meningkatnya kejahatan dan kekerasan. Mereka yang miskin dan lapar merasa terdesak hingga melakukan tindak kriminal demi bertahan hidup, sementara yang kaya hidup dalam ketakutan akan kehilangan harta dan nyawa. Negeri yang dulunya aman kini berubah menjadi tempat yang dipenuhi kecurigaan dan kekhawatiran.
Relevansi dengan Kondisi Kita Saat Ini
Apa yang digambarkan dalam ayat tersebut sebenarnya sangat relevan dengan kondisi yang kita lihat di berbagai negeri saat ini, termasuk negeri kita sendiri. Indonesia, misalnya, adalah negara yang dikenal kaya akan sumber daya alamnya. Dari hutan yang lebat, laut yang kaya akan ikan, hingga tanah yang subur; negeri ini pernah dijuluki sebagai zamrud khatulistiwa. Namun, seiring berjalannya waktu, eksploitasi tanpa batas dan ketamakan segelintir orang telah membuat alam ini rusak.
Kita saksikan bagaimana tanah yang dahulu subur kini menjadi tandus akibat penebangan liar dan pencemaran. Sungai-sungai yang dulu mengalir jernih sekarang dipenuhi sampah dan limbah industri. Kejahatan dan kekerasan pun semakin meningkat. Masyarakat hidup dalam rasa takut, bukan hanya terhadap kriminalitas, tetapi juga terhadap bencana alam yang sering terjadi sebagai akibat dari kerusakan lingkungan.
Mengapa ini bisa terjadi? Apakah mungkin semua ini adalah bentuk teguran dari Allah atas kelalaian kita dalam menjaga nikmat yang diberikan? Kita sering kali lupa bahwa segala yang kita miliki adalah amanah dari Allah. Ketika kita gagal mensyukurinya dan justru menggunakannya untuk melanggar aturan-aturan-Nya, maka sangat mungkin Allah menggantinya dengan cobaan berupa kesulitan dan ketakutan.
Evaluasi Diri dan Upaya Memperbaiki Keadaan
Melihat kenyataan ini, kita perlu mengevaluasi diri. Apakah kita sudah benar-benar mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah? Ataukah kita malah terjebak dalam keserakahan, mencari kekayaan dengan cara yang tidak halal, dan mengabaikan hak-hak orang lain? Mensyukuri nikmat bukan hanya dengan kata-kata, melainkan juga dengan perbuatan nyata, yakni menggunakan nikmat tersebut untuk hal-hal yang diridhai oleh Allah.
Kita perlu kembali kepada prinsip-prinsip agama, mengingatkan diri dan masyarakat sekitar untuk berbuat baik, menjaga amanah, serta berhenti melakukan kerusakan. Dalam skala yang lebih besar, pemerintah dan para pemimpin bangsa juga harus introspeksi. Mereka bertanggung jawab atas kebijakan yang diterapkan dalam mengelola sumber daya alam. Kebijakan yang hanya menguntungkan segelintir pihak dan mengabaikan kesejahteraan rakyat banyak adalah bentuk kezaliman yang bisa mendatangkan murka Allah.
Jika kita ingin kembali merasakan kedamaian dan kemakmuran seperti dulu, kita harus kembali kepada aturan Allah. Bukan hanya sekadar doa, tetapi juga aksi nyata. Mulailah dari diri sendiri, keluarga, kemudian masyarakat sekitar. Hindari perbuatan-perbuatan yang melanggar syariat dan gunakan nikmat yang Allah berikan untuk hal-hal yang baik dan bermanfaat. Jika penduduk suatu negeri benar-benar berusaha taat kepada Allah, maka Allah akan menurunkan keberkahan dari langit dan bumi. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-A’raf ayat 96:
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. Al-A’raf: 96)
Kisah dalam surat An-Nahl ayat 112 adalah pelajaran yang sangat berharga. Ketika nikmat yang kita dapat justru digunakan untuk melanggar aturan Allah, maka bersiaplah untuk merasakan akibatnya. Kelaparan, ketakutan, dan ketidakamanan adalah bentuk nyata dari azab di dunia. Namun, jika kita segera sadar, bertaubat, dan kembali kepada-Nya, maka insyaAllah negeri ini bisa kembali kepada kedamaian dan kemakmuran yang telah dijanjikan. Semoga kita semua senantiasa menjadi hamba yang pandai bersyukur dan menjaga nikmat Allah dengan sebaik-baiknya. Wallahu a’lam.
(Rini)
#Religi #Islami