Pemko Padang Upayakan Pelestarian Hidup Bernagari Demi Warisan Adat Minangkabau
D'On, Padang – Waktu yang terus berputar dan zaman yang kian berkembang tak pelak mempengaruhi kehidupan adat Minangkabau, terutama konsep hidup bernagari yang mulai mengalami erosi. Perubahan ini menjadi sorotan Pemerintah Kota (Pemko) Padang, yang menyadari pentingnya upaya pelestarian budaya dan nilai-nilai adat agar tidak punah seiring perkembangan zaman.
Menjawab tantangan ini, Pemko Padang menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan melibatkan para pemangku adat, yakni Ninik Mamak dan Bundo Kanduang, di Kelurahan Teluk Kabung, Kecamatan Bungus Teluk Kabung, pada Senin, 11 November 2024. Diskusi yang berlangsung di Kantor Kerapatan Adat Nagari (KAN) Teluk Kabung tersebut bertujuan untuk membahas strategi revitalisasi hidup bernagari agar nilai-nilai adat istiadat tetap lestari dan dapat diwariskan kepada generasi muda.
Menjaga Warisan Bernagari
Asisten I Sekretariat Daerah Kota (Setdako) Padang, Edi Hasymi, menegaskan pentingnya memastikan nilai-nilai hidup bernagari tersampaikan kepada generasi muda. Menurutnya, hidup bernagari yang selama ini menjadi jantung kehidupan sosial di Minangkabau mulai meredup di kalangan anak muda akibat pengaruh modernisasi dan globalisasi.
"Kita melihat, banyak nilai-nilai adat dalam hidup bernagari yang belum diteruskan kepada anak-anak kita. Untuk itu, kami ingin agar tradisi yang sudah berakar sejak dulu dapat terus diwariskan kepada generasi muda saat ini sehingga tetap lestari," tutur Edi Hasymi di hadapan para Ninik Mamak dan Bundo Kanduang.
Dalam kesempatan yang sama, Edi juga menyoroti persoalan sengketa adat yang masih kerap terjadi di tengah masyarakat. Ia berharap, dengan penguatan peran adat, sengketa adat dapat diminimalkan atau bahkan dihilangkan di masa mendatang. Menurutnya, keutuhan adat sangat bergantung pada keharmonisan hubungan antara masyarakat dan para pemangku adat, sehingga diperlukan upaya kolaboratif untuk menyelesaikan perselisihan yang mungkin timbul.
Degradasi Nilai Adat yang Memprihatinkan
Jasman, Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setdako Padang, mengungkapkan keprihatinannya terhadap merosotnya nilai-nilai adat dan budaya di Ranah Minang. Ia mencontohkan tradisi "Alek Bahambauan", sebuah ritual pengurusan jenazah yang dahulu menjadi ciri khas dan simbol kuat dari solidaritas sosial masyarakat Minang. Tradisi ini, yang pada masa lalu dilakukan dengan gotong royong tanpa pamrih, kini mulai memudar.
"Kini, saat ada yang meninggal dunia, kita sering melihat bahwa tidak ada yang siap untuk mengurus jenazah, sebuah hal yang sangat menyedihkan. Kebiasaan ini telah terdegradasi, dan ini menjadi tantangan besar bagi kita," ungkap Jasman dengan nada prihatin.
Ia mengajak Ninik Mamak dan Bundo Kanduang untuk merancang kegiatan yang dapat menghidupkan kembali tradisi dan adat istiadat yang mulai hilang. "Silakan buat dan bentuk kegiatannya. Kami dari pemerintah kota akan sepenuhnya mendukung," tambah Jasman, menunjukkan komitmen pemerintah dalam upaya pelestarian adat.
Peran Ibu dalam Masyarakat Minang
Camat Bungus Teluk Kabung, Harnoldi, turut menekankan pentingnya sistem matrilineal dalam budaya Minangkabau, di mana garis keturunan dan pewarisan adat diturunkan melalui pihak ibu. Ia menyatakan bahwa sistem ini memberikan perlindungan yang kuat bagi kaum perempuan di Minangkabau, menjadikannya salah satu bentuk kearifan lokal yang patut dipertahankan.
"Di Minangkabau, kita tidak pernah mendengar ada perempuan yang terlantar. Semua perempuan terlindungi dengan adanya peran dari keluarga besar, terutama Ninik Mamak yang menjaga dan mengayomi," ujar Harnoldi. Hal ini mencerminkan pentingnya menjaga hubungan dan peran keluarga besar dalam mempertahankan sistem sosial yang unik di Minangkabau.
Kembali ke Fungsi Hakiki Ninik Mamak
Suardi Z Datuak Garang, Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kota Padang, turut menyuarakan pandangannya mengenai peran Ninik Mamak dalam menjaga keharmonisan hidup bernagari. Ia menekankan bahwa Ninik Mamak harus berfungsi sesuai dengan posisinya sebagai pemimpin adat yang dihormati dan ditaati oleh anak kemenakan (keturunan).
"Kita ingin agar tidak ada lagi kemenakan yang melawan Ninik Mamak. Anak kemenakan harus patuh dan menghormati apa yang diperintahkan oleh Ninik Mamak, sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh leluhur kita," tegas Suardi. Ia berharap dengan adanya diskusi dan kegiatan seperti FGD ini, peran Ninik Mamak dapat lebih dikuatkan dan dihargai oleh generasi muda.
Menjaga Tradisi di Tengah Modernisasi
Kegiatan FGD ini menunjukkan keseriusan Pemko Padang dalam menghadapi tantangan pelestarian budaya di tengah gempuran modernisasi. Tradisi hidup bernagari yang kian tergerus diharapkan dapat direvitalisasi melalui kolaborasi antara pemerintah, pemangku adat, dan masyarakat. Upaya ini menjadi langkah awal untuk menjaga kelestarian adat Minangkabau, sehingga warisan leluhur yang kaya akan nilai dan kearifan lokal dapat terus hidup dan berkembang di masa depan.
Dengan dukungan penuh dari pemerintah dan semangat kolaboratif para pemangku adat, diharapkan hidup bernagari tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang menjadi sebuah fondasi kuat yang menguatkan identitas budaya masyarakat Minangkabau di tengah era globalisasi.
(Mond)
#Padang #Budaya