Pilkada Puncak Jaya Ricuh: Api, Luka, dan Kotak Suara yang Hilang
Ilustrasi Kotak Suara
D'On, Puncak Jaya — Suasana pesta demokrasi di Kabupaten Puncak Jaya, Papua Tengah, berubah menjadi medan kekacauan pada Rabu (27/11). Harapan akan pilkada damai berganti dengan ketegangan yang memuncak ketika pertikaian antar pendukung pasangan calon kepala daerah memicu pembakaran puluhan rumah dan melukai hampir seratus orang.
Menurut laporan yang diterima dari Kapolda Papua, Irjen Pol Patrige Renwarin, total 40 rumah dilalap api dalam insiden tersebut. Selain itu, 94 orang mengalami luka-luka, dengan tiga di antaranya harus dievakuasi ke Jayapura untuk mendapatkan perawatan medis lanjutan. "Syukurlah tidak ada korban jiwa," ujar Patrige dalam pernyataannya pada Kamis (28/11).
Ketegangan yang Terus Berkembang
Kekacauan ini, kata Patrige, bukanlah hal yang datang tiba-tiba. Pertikaian antar pendukung pasangan calon sebenarnya telah tercium sejak tahapan pengambilan nomor urut yang diadakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Puncak Jaya. Namun, puncaknya terjadi pada hari Rabu pagi, ketika situasi memanas akibat tindakan salah satu pendukung calon bupati dan wakil bupati yang membawa kabur kotak suara.
Kotak suara yang diambil itu disebut berasal dari beberapa wilayah, termasuk Kampung Birak Ambut, Wuyukwi, Pepera, Towogi, dan Wuyuneri, serta dua kelurahan, Pagaleme dan Wuyukwi. Insiden tersebut memicu aksi balasan yang semakin memperkeruh suasana, dengan massa saling serang di berbagai lokasi.
Rumah Dibakar, Penduduk Ketakutan
Akibat kericuhan itu, kobaran api melahap puluhan rumah warga. Warga yang menjadi korban kebakaran kini kehilangan tempat tinggal, sementara mereka yang terluka dirawat seadanya di fasilitas kesehatan setempat. Di tengah ketidakpastian, ketakutan melanda masyarakat Puncak Jaya yang khawatir situasi akan terus memburuk.
"Kami khawatir konflik ini tidak akan segera selesai. Situasi seperti ini sering terjadi saat pilkada," ujar seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Upaya Meredam Konflik
Saat ini, pihak kepolisian bersama KPU dan Bawaslu berusaha menjalin komunikasi dengan kedua pasangan calon untuk meredakan ketegangan. Langkah-langkah persuasif sedang ditempuh untuk mencegah konflik meluas lebih jauh.
"Kami terus berupaya agar aksi saling serang ini dapat dihentikan. Fokus utama kami adalah mencegah korban jiwa dan memastikan situasi kembali kondusif," kata Patrige.
Namun, dengan kondisi saat ini, tantangan yang dihadapi aparat keamanan tidaklah mudah. Pendekatan yang melibatkan tokoh masyarakat dan pemimpin adat menjadi salah satu kunci untuk memulihkan keamanan.
Refleksi Pesta Demokrasi di Tengah Konflik
Pilkada seharusnya menjadi momen bagi masyarakat untuk mengekspresikan hak demokrasi mereka secara damai. Namun, di Puncak Jaya, pesta demokrasi ini berubah menjadi ajang pertumpahan emosi yang mengorbankan harta benda dan kesejahteraan masyarakat.
Kekacauan seperti ini bukanlah kali pertama terjadi di Papua, wilayah yang memiliki dinamika sosial dan politik yang kompleks. Dengan peristiwa ini, kembali muncul pertanyaan besar: bagaimana menciptakan mekanisme pilkada yang aman, adil, dan damai di tengah rentannya konflik horizontal?
Kondisi di Puncak Jaya menjadi pengingat bahwa demokrasi sejati membutuhkan stabilitas, rasa hormat antar pihak, dan ketegasan dalam menegakkan aturan. Di tengah puing-puing rumah yang terbakar dan luka yang masih dirawat, harapan untuk perdamaian tetap menyala, meskipun dengan nyala yang redup.
(Mond)
#Peristiwa #Pilkada2024 #PapuaTengah #Kerusuhan