Breaking News

Serangan Udara Israel Menghantam Beirut, Juru Bicara Hizbullah Mohammed Afif Tewas

Asap mengepul setelah serangan Israel menghantam sebuah gedung di Tayouneh, Beirut, Lebanon, pada Jumat (15/11/2024). Foto: Mohammed Yassin/REUTERS


D'On, Beirut, Lebanon –
Serangan udara Israel kembali mengguncang pusat Kota Beirut pada Minggu malam (17/11), menewaskan salah satu tokoh penting Hizbullah, Mohammed Afif. Kabar duka ini dikonfirmasi oleh sumber keamanan Lebanon yang enggan disebutkan namanya. Afif, yang dikenal sebagai juru bicara dan pejabat hubungan media kelompok milisi Hizbullah, meregang nyawa setelah serangan tersebut menghantam kantor cabang partai Baath yang berada di wilayah Ras al-Nabaa, salah satu distrik strategis di ibu kota Lebanon.

Detik-Detik Serangan Maut di Ras al-Nabaa

Pada malam yang tenang, suara gemuruh pesawat tempur Israel tiba-tiba memecah kesunyian, diikuti oleh dentuman keras yang mengguncang jantung Beirut. Serangan ini dilaporkan menargetkan kantor cabang partai Baath di Lebanon, sebuah gedung yang dikenal sebagai tempat berkumpulnya tokoh-tokoh politik dan anggota Hizbullah. Mohammed Afif, yang saat itu tengah berada di lokasi, tewas seketika dalam serangan yang disinyalir sebagai bagian dari operasi militer Israel untuk melemahkan jaringan Hizbullah di kawasan tersebut.

Ali Hijazi, Sekretaris Jenderal cabang partai Baath di Lebanon, mengonfirmasi kematian Afif kepada media lokal. Menurut Hijazi, serangan tersebut menghancurkan sebagian besar bangunan dan menimbulkan kepanikan di antara penduduk sekitar. "Ini adalah serangan yang jelas-jelas ditujukan untuk menghabisi tokoh-tokoh penting kami," ujar Hijazi dengan nada marah dan berduka dalam wawancara singkatnya.

Hizbullah: Pukulan Telak bagi Media dan Propaganda

Kematian Mohammed Afif merupakan pukulan besar bagi Hizbullah. Selama bertahun-tahun, Afif menjadi wajah yang dikenal publik, berperan sebagai juru bicara yang aktif dalam mengoordinasikan informasi dan propaganda organisasi milisi ini. Perannya sebagai pejabat hubungan media membuatnya menjadi sosok kunci dalam mengendalikan narasi Hizbullah di mata publik dan media internasional.

Sejak konflik Israel dengan kelompok Hizbullah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, serangan udara terhadap sasaran yang diduga sebagai pusat kekuatan dan komunikasi milisi semakin sering terjadi. Pengamat menyebut serangan ini sebagai strategi militer Israel untuk mengganggu operasi komunikasi dan propaganda Hizbullah, yang dikenal sangat efektif dalam memobilisasi dukungan di kalangan masyarakat Lebanon dan komunitas internasional.

Kondisi Kota Beirut Setelah Serangan

Pasca serangan yang terjadi pada Minggu malam, asap tebal membubung tinggi dari kawasan Ras al-Nabaa, menyelimuti langit kota dengan aroma mesiu yang menyengat. Kantor Berita Nasional Lebanon (NNA) melaporkan setidaknya tujuh ledakan mengguncang daerah tersebut. Rekaman yang diperoleh dari AFPTV menunjukkan adegan yang mencekam, dengan puing-puing bangunan berserakan dan warga berlarian mencari perlindungan. Ambulans dan petugas medis segera dikerahkan ke lokasi kejadian untuk mengevakuasi korban yang terluka dan melakukan upaya penyelamatan.

Seorang saksi mata menggambarkan situasi yang kacau saat serangan terjadi. "Saya mendengar suara pesawat terbang sangat rendah, lalu ledakan besar mengguncang bangunan di sekitar saya. Orang-orang berteriak, beberapa terluka terkena pecahan kaca," ujar seorang warga yang tidak mau disebutkan namanya.

Israel Bungkam, Ketegangan Meningkat di Perbatasan Lebanon

Hingga saat ini, pihak militer Israel menolak memberikan komentar resmi terkait serangan yang menewaskan Mohammed Afif. Namun, sumber militer yang tidak disebutkan namanya mengungkapkan bahwa operasi tersebut merupakan bagian dari kampanye yang lebih luas untuk menargetkan fasilitas dan tokoh-tokoh penting Hizbullah yang diduga memiliki peran dalam persiapan serangan balasan ke wilayah Israel.

Ketegangan antara Israel dan Hizbullah kembali meningkat setelah serangkaian insiden saling serang yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir di sepanjang perbatasan Lebanon. Militer Israel telah memperingatkan bahwa mereka tidak akan ragu untuk menargetkan infrastruktur dan tokoh-tokoh penting Hizbullah jika ancaman dari kelompok milisi tersebut terus meningkat.

Di sisi lain, Hizbullah menanggapi dengan ancaman keras, berjanji akan membalas setiap serangan yang dilakukan Israel. Pemimpin tertinggi Hizbullah, Hassan Nasrallah, dalam pidatonya beberapa waktu lalu, menyatakan bahwa kelompoknya tidak akan tinggal diam menghadapi agresi yang dilakukan oleh Israel. "Darah para syuhada kami tidak akan sia-sia. Kami akan membalas dengan keras," tegas Nasrallah.

Reaksi Internasional dan Situasi Politik Lebanon

Serangan Israel yang menewaskan tokoh penting Hizbullah ini kembali memicu reaksi dari komunitas internasional. Beberapa negara Arab mengutuk serangan tersebut sebagai tindakan agresi yang tidak berdasar dan melanggar kedaulatan Lebanon. Namun, negara-negara pendukung Israel seperti Amerika Serikat tetap mempertahankan pandangan bahwa serangan tersebut merupakan bagian dari upaya mempertahankan diri terhadap ancaman kelompok milisi bersenjata yang dianggap sebagai teroris.

Di tengah situasi politik Lebanon yang sudah rapuh akibat krisis ekonomi berkepanjangan, serangan ini semakin memperburuk kondisi keamanan di negara tersebut. Ketegangan politik dalam negeri juga meningkat, dengan pihak oposisi menyalahkan pemerintah yang dianggap tidak mampu melindungi warganya dari ancaman serangan luar.

Konflik yang Tak Kunjung Usai

Kematian Mohammed Afif di tengah konflik berkepanjangan antara Israel dan Hizbullah menjadi sinyal bahwa eskalasi kekerasan masih jauh dari kata usai. Dengan kedua belah pihak yang tampaknya semakin keras dalam posisi mereka, konflik ini berpotensi memasuki fase baru yang lebih brutal. Warga Beirut kini kembali menghadapi ketidakpastian, di mana ketakutan akan serangan berikutnya menghantui kehidupan sehari-hari mereka.

Dalam beberapa hari ke depan, dunia akan melihat bagaimana respons dari kedua pihak, dan apakah serangan ini akan memicu gelombang kekerasan yang lebih besar atau justru membuka jalan untuk negosiasi yang ditunggu-tunggu. Bagi warga Lebanon, khususnya mereka yang berada di pusat konflik, ketenangan masih menjadi sebuah impian yang sulit digapai di tengah bayang-bayang perang yang terus berlarut.

(AFP)

#Internasional #AgresiIsrael #Perang