Tren Positif, Keluarga Berisiko Stunting di Kota Padang Terus Menurun: Capaian Nyata Upaya Bersama
D'On, Padang - Kota Padang berhasil mencatat penurunan signifikan dalam jumlah keluarga berisiko stunting selama empat tahun terakhir, menunjukkan tren positif yang konsisten dari tahun ke tahun. Berdasarkan data terbaru yang dirilis hingga September 2024, kini terdapat 17.863 keluarga berisiko stunting di Kota Padang, atau sekitar 17,29 persen dari total keluarga sasaran.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Padang, Eri Sendjaya, memaparkan capaian ini dalam rapat koordinasi optimalisasi peran Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) pada Selasa (5/11/2024). Dalam pertemuan tersebut, Eri menjelaskan bahwa dari total sasaran 103.339 keluarga pada tahun 2024, sebanyak 17.863 keluarga dinyatakan berisiko mengalami stunting.
“Penurunan ini bukan hanya sekadar angka, tetapi hasil dari kerja keras berbagai pihak dalam menekan angka stunting di Kota Padang. Koordinasi yang solid di berbagai lapisan masyarakat dan pemerintahan menjadi faktor kunci yang membuat pencapaian ini mungkin. Namun, masih ada pekerjaan yang harus dilanjutkan agar angka ini terus menurun,” ungkap Eri.
Penurunan yang Konsisten dari Tahun ke Tahun
Data dari DP3AP2KB menunjukkan bahwa penurunan jumlah keluarga berisiko stunting di Kota Padang bukanlah hasil instan, melainkan hasil konsistensi kebijakan dan program yang diterapkan secara berkesinambungan. Pada tahun 2021, jumlah keluarga berisiko stunting di Kota Padang mencapai angka 60.012 keluarga, atau sekitar 59,44 persen dari sasaran. Pada tahun 2022, jumlah itu turun menjadi 37.223 keluarga (37,45 persen), kemudian menjadi 25.248 keluarga (25,67 persen) pada tahun 2023, dan kini di tahun 2024 turun lagi menjadi 17.863 keluarga atau 17,29 persen.
Angka-angka ini memperlihatkan tren penurunan yang jelas, menandai keberhasilan program intervensi dan kebijakan stunting yang lebih tepat sasaran. “Penurunan yang konsisten ini menunjukkan bahwa kami berada di jalur yang benar, dan kami akan terus memperkuat koordinasi serta sinergi di semua lini agar hasil yang lebih baik bisa tercapai,” tambah Eri.
Distribusi Sebaran Keluarga Berisiko Stunting di Setiap Kecamatan
Selain menunjukkan tren penurunan secara keseluruhan, data tersebut juga mengungkapkan distribusi risiko stunting di sebelas kecamatan di Kota Padang. Tiap kecamatan memiliki tingkat risiko yang berbeda, yang dapat mencerminkan berbagai faktor sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kondisi kesehatan dan kesejahteraan keluarga di daerah tersebut.
Di Kecamatan Padang Utara, dari 4.854 keluarga sasaran, terdapat 544 keluarga atau sekitar 11,21 persen yang berisiko mengalami stunting. Di Padang Timur, dari 9.175 keluarga sasaran, terdapat 1.063 keluarga berisiko (11,59 persen), dan di Kecamatan Nanggalo, terdapat 803 keluarga dari total 6.118 sasaran yang juga berisiko (13,13 persen).
Kecamatan Koto Tangah yang memiliki jumlah sasaran terbanyak, yaitu 20.096 keluarga, tercatat memiliki 3.338 keluarga yang berisiko stunting atau 16,61 persen. Kecamatan Kuranji, dengan 18.229 keluarga sasaran, memiliki 3.080 keluarga berisiko (16,90 persen). Kecamatan Lubuk Begalung tercatat memiliki 2.652 keluarga berisiko dari total 15.548 keluarga sasaran atau sekitar 17,06 persen.
Namun, risiko tertinggi tercatat di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, di mana 26,61 persen dari 3.656 keluarga sasaran atau sebanyak 973 keluarga dinyatakan berisiko stunting. Diikuti Kecamatan Lubuk Kilangan dengan 22,52 persen atau 1.658 keluarga dari 7.362 sasaran dan Kecamatan Pauh dengan 21,84 persen atau 1.679 keluarga dari 7.689 sasaran.
Peran TPPS dan Kebijakan Pemerintah dalam Menurunkan Angka Stunting
Kesuksesan penurunan angka keluarga berisiko stunting ini tidak lepas dari kerja kolaboratif antara pemerintah kota, TPPS, tenaga kesehatan, serta komunitas di setiap kecamatan dan kelurahan. TPPS sendiri telah menjalankan berbagai program, mulai dari sosialisasi, edukasi gizi, hingga pengawasan langsung kepada keluarga dengan risiko stunting yang lebih tinggi.
Eri menyatakan, upaya ini melibatkan berbagai strategi seperti peningkatan akses layanan kesehatan, dukungan terhadap ibu hamil dan anak di bawah usia lima tahun, serta pemenuhan gizi yang lebih baik bagi keluarga prasejahtera. “Kami tidak hanya ingin menurunkan angka stunting, tetapi memastikan seluruh keluarga di Kota Padang mendapatkan akses ke layanan kesehatan yang memadai,” ujar Eri.
Tantangan ke Depan dan Harapan
Walaupun tren penurunan ini merupakan pencapaian yang patut diapresiasi, tantangan untuk mengatasi stunting masih jauh dari selesai. Menurunkan angka stunting hingga titik terendah memerlukan kesinambungan dari berbagai program serta dukungan dari seluruh elemen masyarakat. Selain itu, daerah dengan angka risiko yang masih tinggi, seperti Kecamatan Bungus Teluk Kabung dan Lubuk Kilangan, membutuhkan perhatian ekstra dan solusi yang lebih spesifik untuk memperbaiki kualitas kesehatan keluarga di wilayah tersebut.
Dengan penurunan yang terus berlanjut, Kota Padang diharapkan dapat menjadi model dalam upaya penurunan stunting bagi daerah-daerah lain di Indonesia. Pemerintah Kota Padang pun menargetkan agar ke depannya jumlah keluarga berisiko stunting bisa ditekan lebih rendah lagi melalui peningkatan kualitas layanan, edukasi, dan kebijakan yang berpihak pada kesejahteraan anak dan keluarga.
(Mond)
#Stunting #Padang