216 Anak di Indonesia Terinfeksi Sifilis: Apa Itu Penyakit Sifilis dan Bagaimana Gejalanya?
Data kasus penyakit infeksi menular seksual di Indonesia. Foto: Kemenkes RI
D'On, Jakarta – Data terbaru dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkap fakta yang mengejutkan: sepanjang tahun 2024, sebanyak 216 anak di Indonesia yang berusia antara 0-15 tahun dilaporkan terjangkit sifilis, sebuah penyakit menular seksual (PMS) yang sering kali dianggap hanya menyerang orang dewasa. Temuan ini menjadi peringatan serius akan pentingnya upaya pencegahan dan penanganan dini terhadap infeksi menular seksual (IMS), terutama pada kelompok usia rentan seperti anak-anak.
Namun, apa sebenarnya sifilis? Bagaimana penyakit ini bisa menyebar, dan apa saja dampaknya jika tidak segera diobati? Artikel ini akan mengulas secara mendalam tentang sifilis, termasuk gejala, tahapan, dan upaya pencegahannya.
Apa Itu Sifilis?
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini biasanya ditularkan melalui kontak langsung dengan luka yang terinfeksi, baik melalui hubungan seksual vaginal, anal, maupun oral. Selain itu, sifilis juga dapat menular dari ibu yang terinfeksi kepada janinnya selama kehamilan, yang dikenal sebagai sifilis kongenital.
Infeksi sifilis tidak hanya menjadi ancaman bagi kesehatan seksual tetapi juga berdampak serius pada kesehatan umum. Tanpa penanganan yang tepat, penyakit ini dapat berkembang menjadi kondisi yang mengancam jiwa, termasuk kerusakan otak, jantung, dan organ lainnya.
Gejala dan Tahapan Sifilis
Sifilis dikenal sebagai "peniru ulung" karena gejalanya sering kali menyerupai penyakit lain. Penyakit ini berkembang dalam beberapa tahapan, masing-masing dengan karakteristik yang berbeda:
1. Sifilis Primer
Tahap awal sifilis biasanya muncul sekitar 21 hari setelah bakteri masuk ke tubuh. Gejala khasnya adalah luka kecil berbentuk bulat yang keras (disebut chancre). Luka ini biasanya tidak terasa sakit dan dapat muncul di area genital, anus, mulut, atau bagian tubuh lain yang terpapar bakteri.
Meski luka ini dapat sembuh sendiri dalam waktu 3-10 hari tanpa pengobatan, infeksi tetap berlangsung di dalam tubuh. Jika tidak diobati, sifilis primer dapat berkembang ke tahap berikutnya.
2. Sifilis Sekunder
Pada tahap ini, gejala menjadi lebih sistemik. Penderita biasanya mengalami ruam kulit yang tidak gatal, sering kali muncul di telapak tangan dan telapak kaki. Selain itu, lesi berwarna putih atau abu-abu juga dapat ditemukan di area tubuh yang hangat dan lembap, seperti sekitar alat kelamin atau anus.
Gejala lain meliputi demam, nyeri otot, sakit kepala, hingga pembengkakan kelenjar getah bening. Sama seperti pada tahap pertama, gejala ini dapat menghilang tanpa pengobatan, tetapi penyakit tetap berlanjut.
3. Sifilis Laten
Tahap ini disebut "laten" karena penderita tidak menunjukkan gejala apa pun. Meskipun tampaknya sembuh, bakteri tetap aktif di dalam tubuh. Pada beberapa kasus, sifilis laten bisa berlangsung selama bertahun-tahun tanpa gejala apa pun, tetapi berpotensi berkembang menjadi sifilis tersier.
4. Sifilis Tersier
Ini adalah tahap terakhir yang sangat serius dan dapat terjadi bertahun-tahun setelah infeksi awal jika tidak diobati. Pada tahap ini, sifilis dapat merusak organ tubuh secara permanen, termasuk otak, jantung, pembuluh darah, serta sistem saraf. Komplikasi serius yang dapat terjadi meliputi kebutaan, gangguan mental, kelumpuhan, hingga kematian.
Dampak Sifilis pada Anak
Kasus sifilis pada anak-anak, terutama yang berusia 0-15 tahun, sebagian besar disebabkan oleh penularan dari ibu selama kehamilan. Sifilis kongenital adalah bentuk infeksi sifilis yang diturunkan dari ibu ke bayi. Dampaknya sangat berat, termasuk:
Kelahiran prematur
Lahir mati
Kematian bayi baru lahir
Gangguan perkembangan fisik dan mental pada anak
Pencegahan dan Diagnosis
Sifilis adalah penyakit yang dapat dicegah dan diobati. Pencegahan utama dilakukan melalui:
1. Penggunaan kondom yang benar dan konsisten saat berhubungan seksual.
2. Skrining rutin untuk IMS, terutama pada ibu hamil, untuk mencegah sifilis kongenital.
3. Edukasi tentang hubungan seksual yang aman dan pentingnya deteksi dini.
Diagnosis sifilis memerlukan pemeriksaan yang komprehensif, meliputi:
Riwayat klinis dan seksual pasien
Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda khas sifilis
Tes laboratorium, seperti tes darah atau mikroskopi untuk mendeteksi bakteri
Terkadang, pemeriksaan radiologi untuk mengidentifikasi komplikasi lanjut
Penanganan dan Harapan
Sifilis dapat disembuhkan sepenuhnya jika didiagnosis dan diobati pada tahap awal. Pengobatan biasanya menggunakan antibiotik, seperti penisilin, yang sangat efektif melawan bakteri penyebab sifilis.
Namun, jika sudah mencapai tahap tersier, kerusakan yang terjadi sering kali tidak dapat diperbaiki, meskipun infeksi bakteri dapat dihentikan. Oleh karena itu, deteksi dini dan pengobatan segera sangat penting untuk mencegah komplikasi serius.
Kasus sifilis pada anak-anak di Indonesia menjadi alarm penting bagi semua pihak, baik pemerintah, tenaga medis, maupun masyarakat umum, untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya IMS. Dengan langkah pencegahan yang tepat, edukasi yang lebih luas, serta akses mudah terhadap layanan kesehatan, infeksi sifilis dapat dicegah dan dampaknya diminimalkan.
Mencegah sifilis bukan hanya soal melindungi diri sendiri, tetapi juga generasi masa depan. Jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan jika merasa berisiko. Sifilis bukan hanya masalah individu, tetapi juga masalah masyarakat yang memerlukan perhatian serius.
(Rini)
#Kesehatan #Sifilis #KementerianKesehatan #Nasional