Bahlil Lahadalia Bongkar Isu Tiga Periode: Jangan Salahkan Jokowi, Itu Ide Saya
Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar), Bahlil Lahadalia
D'On, Jakarta – Isu panas soal perpanjangan masa jabatan presiden menjadi tiga periode kembali mencuat. Namun, Ketua Umum Partai Golkar sekaligus mantan Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia, menegaskan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak pernah meminta jabatan tersebut diperpanjang. Menurut Bahlil, isu yang terus menyerang Jokowi soal tiga periode hanyalah bentuk pengulangan tuduhan tak berdasar, seperti “memutar kaset rusak” yang tidak memberi manfaat bagi bangsa.
"Jadi nggak ada yang minta tiga periode. Itu omongan saya, coba buka file lama itu. Jangan memutar kaset kotor, kaset rusak itu loh. Pemimpin negara itu harus otaknya bersih," tegas Bahlil dalam acara Refleksi Akhir Tahun Partai Golkar di kantor DPP Golkar, Selasa (31/12/2024).
Pernyataan ini dilontarkan Bahlil untuk menjernihkan polemik yang terus menyeret nama Jokowi ke dalam wacana tersebut. Bahlil bahkan dengan berani menantang siapa saja yang merasa keberatan dengan gagasan tiga periode untuk menuntut dirinya, bukan Presiden Jokowi.
Awal Mula Wacana Tiga Periode
Bahlil membeberkan bahwa ide perpanjangan masa jabatan presiden pertama kali ia lontarkan saat menjadi Menteri Investasi. Kala itu, Indonesia tengah menghadapi ketidakpastian besar akibat pandemi Covid-19 yang melumpuhkan sektor ekonomi dan mengancam stabilitas politik.
"Jadi, yang harusnya dituntut itu saya. Waktu itu saya sebagai Menteri Investasi yang pertama kali mengusulkan penundaan Pilpres. Saya sudah ngomong berkali-kali," ujar Bahlil dengan nada penuh keyakinan.
Ia pun mengisahkan bagaimana gagasan itu muncul di sebuah forum diskusi politik bersama Burhanuddin Muhtadi, Direktur Eksekutif Indikator Politik. Wacana tersebut, katanya, lahir dari keprihatinan mendalam terhadap kondisi bangsa yang kala itu sulit bangkit dari bayang-bayang pandemi.
"Sebelum saya jadi Ketua Umum Golkar, ide pertama untuk menunda Pilpres itu adalah ide saya. Tujuannya adalah agar ada ruang untuk memulihkan ekonomi bangsa. Kalau ada yang salah, mari diskusikan dengan kepala dingin," tambahnya.
Sindiran Tajam Bahlil
Dalam pernyataannya, Bahlil tidak hanya menjelaskan asal-usul wacana ini, tetapi juga melontarkan kritik tajam terhadap pihak-pihak yang terus menyudutkan Jokowi. Ia menyamakan mereka seperti seseorang yang “gatal di kepala tetapi menggaruk kaki,” sebuah metafora yang menggambarkan ketidaktepatan sasaran dalam kritik mereka.
"Kalau sakitnya di kepala, jangan garuk di kaki. Jokowi nggak pernah minta tiga periode. Kenapa malah beliau yang terus disalahkan? Ini seperti menyerang sesuatu yang salah alamat," sindirnya.
Menggugah Kajian Hukum dan Politik
Bahlil menjelaskan bahwa usulan tersebut tidak dilontarkan tanpa dasar. Ia berharap wacana itu bisa memicu kajian akademis dan diskusi mendalam dari para pakar hukum dan politik. Menurutnya, gagasan perpanjangan masa jabatan haruslah berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional.
"Kalau memang dapat dipertimbangkan dan secara aturan memungkinkan, kenapa tidak? Tetapi tentu saja, ini semua harus melalui kajian yang matang," ungkapnya.
Menutup Polemik, Fokus pada Ekonomi
Di akhir pernyataannya, Bahlil menegaskan bahwa dirinya bertanggung jawab penuh atas gagasan tersebut. Ia juga meminta semua pihak untuk berhenti menggoreng isu ini dan fokus pada persoalan yang lebih mendesak, yaitu memulihkan ekonomi bangsa.
"Penting untuk menyelesaikan masalah bangsa dengan cara yang benar. Kita tidak bisa terus mengulang isu yang tidak produktif," katanya.
Dengan penjelasan ini, Bahlil berharap polemik seputar tiga periode dapat segera mereda, memberikan ruang bagi pemerintah dan masyarakat untuk bersama-sama menghadapi tantangan ekonomi dan politik ke depan.
(Mond)
#BahlilLahadalia #Golkar #Politik #Nasional