Cara Mendisiplinkan Anak dalam Islam: Antara Kasih Sayang dan Ketegasan, Bolehkah dengan Pukulan?
Ilustrasi ayah dan anak
Dirgantaraonline - Dalam mendidik anak, setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik. Namun, tak jarang prosesnya menemui tantangan yang memerlukan sikap tegas, termasuk mendisiplinkan anak. Bagaimana Islam memandang hal ini? Apakah pukulan bisa menjadi solusi terakhir? Mari kita bahas secara mendalam.
Islam, Agama Kasih Sayang dan Kelembutan
Islam adalah agama yang menjunjung tinggi kasih sayang, terutama dalam hubungan keluarga. Nabi Muhammad SAW selalu mencontohkan sikap lembut kepada siapa saja, termasuk anak-anak. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah bersabda:
“Hendaklah engkau lemah lembut dan jauhilah kekerasan dan kekejian.” (HR. Bukhari)
Ajakan untuk bersikap lembut ini menjadi pedoman utama dalam mendidik anak. Orang tua dianjurkan untuk lebih mengutamakan nasihat dan pendekatan emosional sebelum mengambil langkah tegas. Tetapi bagaimana jika anak tetap sulit dinasihati?
Ketegasan dalam Islam: Pukulan sebagai Pilihan Terakhir
Mendisiplinkan anak memang diperbolehkan dalam Islam, tetapi hanya dalam situasi tertentu dan harus memenuhi syarat-syarat tertentu pula. Dalam buku Ajari Anakmu Tentang Akhirat Agar Dia Menolongmu di Akhirat karya Syaikh Abu Usamah bin Ahmad Al-Jahdari, dijelaskan bahwa pukulan hanya boleh dilakukan sebagai upaya terakhir setelah berbagai cara lain tidak membuahkan hasil.
Dalil tentang hal ini tercantum dalam hadis Rasulullah SAW:
“Perintahkanlah anakmu salat pada usia tujuh tahun dan pukullah dia karena (meninggalkan)nya pada usia 10 tahun serta pisahkan tempat tidur mereka.” (HR. Abu Daud)
Namun, Islam memberikan batasan ketat terhadap tindakan ini. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan sabda Nabi Muhammad SAW:
“Salah seorang di antara kalian tidak boleh memukul lebih dari sepuluh cambukan, kecuali dalam kasus yang berkaitan dengan salah satu sanksi pidana Allah.”
Batasan dan Etika dalam Mendisiplinkan Anak
Meskipun Islam membolehkan pukulan, penerapannya harus sangat hati-hati. Pukulan tidak boleh mencederai, dan dianjurkan tidak melebihi tiga kali, sebagaimana pendapat ulama seperti Ibnu Abi Dzi'b dari Ibnu Abu Yahya. Selain itu, Rasulullah SAW sendiri dikenal sebagai teladan kasih sayang yang tidak pernah memukul anak-anak ataupun perempuan.
Sebagai contoh, dalam riwayat Imam Muslim, Nabi hanya pernah menepuk lembut pundak seorang anak, bukan sebagai hukuman, melainkan sebagai bentuk perhatian. Peristiwa ini diceritakan oleh Ibnu Abbas:
"Pada suatu ketika, saya sedang bermain bersama anak-anak. Tiba-tiba Rasulullah datang dan saya langsung bersembunyi di balik pintu. Kemudian beliau mendekat seraya menepuk pundak saya dari belakang dan bersabda, ‘Pergilah dan panggilkan Mu’awiyah kemari!’.”
Dampak Kekerasan pada Anak: Pelajaran dari Ibnu Khaldun
Sejumlah ulama dan pemikir Islam, seperti Ibnu Khaldun, juga mengingatkan bahaya kekerasan dalam mendidik anak. Dalam Muqaddimah-nya, Ibnu Khaldun menjelaskan:
“Jika orang yang mendidik anak suka bersikap keras dan memaksa, maka sikap keras dan paksaan ini akan menekan jiwanya, sehingga menghilangkan semangatnya, mendorongnya bersikap malas, suka berdusta, dan berkilah, karena dia takut tamparan tangan yang dijatuhkan kepadanya.”
Hal ini menunjukkan bahwa kekerasan fisik tidak hanya berpotensi merusak hubungan orang tua dengan anak, tetapi juga dapat memengaruhi karakter anak di masa depan.
Nasihat Sebagai Langkah Utama
Ketika anak melakukan kesalahan, Islam lebih menganjurkan orang tua untuk memberikan nasihat dengan kasih sayang. Teguran yang dilakukan di depan umum dapat melukai harga diri anak, sehingga lebih baik menegur secara pribadi. Ini membantu anak merasa dihargai dan lebih terbuka menerima koreksi.
Pendekatan seperti ini sejalan dengan semangat Islam yang memprioritaskan kelembutan dalam mendidik. Meskipun pukulan diperbolehkan sebagai jalan terakhir, orang tua sebaiknya lebih meneladani sikap Rasulullah SAW yang selalu mengedepankan cinta dan pengertian dalam setiap tindakan.
Mendisiplinkan anak adalah tanggung jawab besar yang memerlukan kebijaksanaan. Dalam Islam, pukulan hanyalah solusi terakhir dengan syarat ketat yang bertujuan mendidik, bukan menyakiti. Namun, metode ini tetap harus dihindari sebisa mungkin, mengingat dampaknya terhadap perkembangan jiwa anak. Sebagai orang tua, meneladani kelembutan Rasulullah SAW adalah kunci utama dalam membimbing anak menuju akhlak yang mulia.
Selalu ingat, anak-anak adalah amanah Allah yang harus kita jaga dengan penuh cinta dan kesabaran. Dengan pendekatan yang tepat, disiplin tidak perlu lagi diwarnai dengan kekerasan.
(Rini)
#Parenting #Islami #Religi