Breaking News

Diduga Perwira Polisi Pukul Wartawan TV Nasional saat Meliput Demo Ricuh di Gorontalo

Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) Badko Sulawesi Utara-Gorontalo menggelar demonstrasi untuk menyoroti maraknya peredaran rokok ilegal di Gorontalo.


D'On, Gorontalo -
Kekerasan terhadap jurnalis kembali mencoreng kebebasan pers di Indonesia. Kali ini, seorang wartawan televisi nasional, Ridha Yansa, menjadi korban dugaan penganiayaan yang dilakukan oleh seorang perwira polisi berpangkat Komisaris Besar (Kombes). Insiden yang memprihatinkan ini terjadi saat Ridha sedang menjalankan tugasnya meliput aksi demonstrasi mahasiswa di depan Markas Kepolisian Daerah (Mapolda) Gorontalo.

Aksi yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Badko Sulawesi Utara dan Gorontalo awalnya berlangsung damai. Para mahasiswa turun ke jalan untuk menyuarakan keresahan atas maraknya peredaran rokok ilegal yang dinilai merugikan masyarakat dan pemerintah. Namun, situasi mulai memanas ketika para demonstran membakar ban di depan gerbang Mapolda Gorontalo sebagai simbol perlawanan mereka.

Ketegangan meningkat saat aparat kepolisian berusaha memadamkan api dan membubarkan massa. Beberapa mahasiswa ditangkap di tengah suasana yang semakin kacau. Di tengah hiruk-pikuk itu, Ridha Yansa, yang mengenakan kartu identitas resmi sebagai jurnalis, berdiri di garis depan untuk mendokumentasikan momen penting tersebut.

Kronologi Kekerasan

Menurut pengakuan Ridha, insiden terjadi saat ia sedang merekam situasi menggunakan ponsel. Sebagai jurnalis, ia berupaya mengabadikan momen untuk memberikan laporan yang akurat kepada publik. Namun, di tengah situasi yang memanas, seorang perwira polisi berinisial TS tiba-tiba mendekatinya dan memukul tangannya hingga ponselnya terjatuh dan rusak.

"Saya sedang merekam aksi ini dengan ID card jurnalis yang jelas terlihat. Tapi tiba-tiba, seorang Kombes memukul tangan saya. Ponsel saya jatuh ke tanah dan rusak," ungkap Ridha dengan nada kecewa.

Ia menambahkan, meskipun situasi demonstrasi mulai tidak terkendali, ia tetap berupaya melaksanakan tugas jurnalistiknya sesuai dengan prosedur. "Saya berada di sana sebagai saksi, bukan bagian dari aksi. Tapi perlakuan yang saya terima ini sangat tidak pantas," lanjutnya.

Kebebasan Pers yang Ternodai

Insiden ini menjadi tamparan keras bagi kebebasan pers di Indonesia, terutama di tengah situasi yang seharusnya menghormati peran jurnalis sebagai penyampai informasi kepada masyarakat. Ridha mengaku kecewa karena tindakannya yang hanya bertugas meliput dianggap sebagai ancaman oleh aparat kepolisian.

"Saya hanya menjalankan tugas saya sebagai jurnalis. Tindakan ini tidak hanya melukai saya secara fisik, tetapi juga mencederai kebebasan pers yang dijamin undang-undang," tegas Ridha.

Hingga berita ini diturunkan, pihak kepolisian belum memberikan pernyataan resmi terkait dugaan kekerasan ini. Namun, sejumlah organisasi jurnalis di Gorontalo mulai menyuarakan keprihatinan mereka dan meminta agar kasus ini diusut tuntas.

Reaksi Publik dan Tuntutan Penyelidikan

Berita kekerasan terhadap jurnalis ini dengan cepat menyebar dan menuai kecaman dari berbagai pihak. Banyak yang menuntut transparansi dan akuntabilitas dari aparat kepolisian terkait insiden ini. Mereka menekankan pentingnya penegakan hukum yang adil, termasuk kepada aparat penegak hukum yang melanggar.

Komunitas jurnalis di Gorontalo menyatakan akan mengawal kasus ini hingga ada kejelasan dan keadilan bagi Ridha Yansa. "Ini bukan hanya tentang satu orang jurnalis, tetapi tentang kebebasan pers di negeri ini," ujar salah satu perwakilan organisasi wartawan.

Kasus ini juga menjadi pengingat bahwa tugas seorang jurnalis bukanlah pekerjaan yang bebas dari risiko. Mereka sering kali berada di garis depan, meliput situasi berbahaya demi memberikan informasi kepada masyarakat. Namun, tanpa perlindungan yang memadai, kebebasan pers akan terus berada di bawah ancaman.

Kini, publik menanti langkah nyata dari pihak berwenang untuk menuntaskan kasus ini. Apakah kebebasan pers benar-benar akan dijunjung tinggi, ataukah insiden ini akan menjadi satu lagi noda kelam dalam catatan sejarah demokrasi di Indonesia?

(Mond)

#Peristiwa #WartawanDipukulPolisi #Kekerasan #KekerasanTerhadapJurnalis