Breaking News

Eks Prajurit TNI Diculik dan Dianiaya: Misteri di Balik Kematian Tragis Andreas Sianipar

A Sianipar menunjukkan foto Andreas Sianipar warga Deli Serdang yang tewas usai diduga diculik dan dianiaya oknum TNI Serka H bersama 4 warga sipil. Foto: Dok. Istimewa

D'On, Medan –
Kasus tragis yang menimpa Andreas Sianipar (44), warga Kabupaten Deli Serdang, membuka tabir kelam yang menghubungkan kisah hidupnya dengan masa lalunya sebagai seorang prajurit TNI. Andreas, yang ditemukan tewas setelah diduga diculik dan dianiaya secara brutal, ternyata merupakan mantan anggota TNI yang pernah bertugas bersama salah satu pelaku, Serka H.

Masa Lalu yang Menghubungkan Pelaku dan Korban

Kisah ini mulai terkuak ketika A Sianipar, adik Andreas, mengungkap fakta mengejutkan. Andreas, yang sempat bertugas sebagai prajurit TNI dengan pangkat Sersan Kepala (Serka), ternyata memiliki sejarah kerja bersama Serka H.

“Sempat dulu satu batalyon sama dia (Serka H). Mereka kenal karena satu kesatuan di Raider/100 Binjai,” ungkap A Sianipar, Senin (23/12). Namun, Andreas harus meninggalkan karier militernya setelah dipecat pada 2013, meskipun alasan pemecatan tersebut hingga kini belum dirinci.

Kedekatan antara Andreas dan Serka H, yang dulunya rekan satu batalyon, tampaknya menjadi salah satu kunci dalam hubungan kompleks antara pelaku dan korban.

Rangkaian Tragis Malam Penculikan

Kejadian nahas ini bermula pada Minggu (8/12) dini hari. Andreas dilaporkan diculik dari sebuah gang di Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Ia kemudian dibawa ke rumah dinas Serka H di Asrama Abdul Hamid, di mana penyiksaan brutal dimulai.

Menurut laporan, Serka H tidak bertindak sendiri. Belasan orang lainnya turut terlibat dalam aksi penganiayaan ini. Keributan yang terjadi bahkan menarik perhatian warga sekitar. Untuk mengalihkan perhatian, Serka H sempat menuding Andreas sebagai anggota geng motor, sehingga memancing emosi massa. Namun, warga yang mendekat kemudian menyadari bahwa peristiwa tersebut berkaitan dengan urusan pribadi, terutama menyangkut masalah sebuah mobil yang diduga hilang.

Metode Penyiksaan yang Sadis

Penganiayaan terhadap Andreas berlangsung selama berjam-jam. Ia dipukul, ditebas, bahkan dijerat lehernya hingga hampir kehilangan nyawa. Penyiksaan ini berhenti sejenak sekitar pukul 03.00 WIB, namun dilanjutkan kembali beberapa jam kemudian hingga pukul 10.00 WIB.

Pada pukul 15.30 WIB, korban yang sudah dalam kondisi lemah diikat, lalu dibuang ke sebuah lokasi di Kabupaten Labuhanbatu Utara. Nyawa Andreas tak terselamatkan, dan ia ditemukan tewas dengan kondisi yang mengenaskan.

Motif yang Masih Abu-Abu

Dari hasil pertemuan A Sianipar dengan Serka H di Pomdam I/BB, insiden ini disebut-sebut dipicu oleh dugaan hilangnya mobil yang dipinjam Andreas dari Serka H. Namun, A Sianipar menegaskan bahwa keterangan tersebut masih sepihak.

“Kami masih menunggu motif resmi dari pihak Kodam I/BB maupun Polrestabes Medan,” katanya.

Proses Hukum: Militer dan Sipil

Saat ini, pihak kepolisian telah menangkap tiga warga sipil yang terlibat, yakni CJS, MFIH, dan FA. Sementara itu, satu pelaku lainnya masih dalam pengejaran. Pihak militer juga telah menahan Serka H untuk penyelidikan lebih lanjut.

Kasus ini menyoroti tidak hanya sisi gelap kekerasan dalam hubungan personal, tetapi juga melibatkan unsur militer dan sipil yang memerlukan penanganan hukum secara transparan. Akankah keadilan terwujud dalam kasus ini? Semua mata kini tertuju pada penyelidikan Kodam I/BB dan Polrestabes Medan.

Kematian Andreas Sianipar menjadi pengingat bahwa kekerasan, siapa pun pelakunya, tidak pernah bisa dibenarkan. Terlebih lagi, ketika pelaku berasal dari institusi yang seharusnya menjaga kehormatan dan keamanan masyarakat.

(Mond)

#TNI #Penculikan #Kekerasan #Pembunuham #Kriminal