Breaking News

Hay'at Tahrir al-Sham: Kelompok Islamis Dominan di Suriah dengan Aksi dan Kontroversi

Pejuang dari Hayat Tahrir al-Sham (HTS) melaksanakan Salat Idul Adha 1445 H di stadion terbuka, Kota Idlib, Suriah, Minggu (16/6/2024). Foto: Ted ALJIBE / AFP.


D'On, Suriah -
Hay'at Tahrir al-Sham (HTS), yang juga dikenal dengan Tahrir al-Sham, adalah sebuah kelompok Islamis paramiliter yang memainkan peran kunci dalam konflik Suriah. Dibentuk pada 28 Januari 2017, HTS merupakan hasil penggabungan beberapa faksi oposisi, di antaranya adalah Jaysh al-Ahrar, Jabhat Fateh al-Sham (sebelumnya dikenal sebagai Front al-Nusra), Front Ansar al-Din, Jaysh al-Sunna, Liwa al-Haqq, dan Gerakan Nour al-Din al-Zenki. Pembentukan HTS dipimpin oleh Abu Jaber Shaykh, mantan Emir kedua dari Ahrar al-Sham, yang memimpin upaya untuk menyatukan berbagai kelompok oposisi di bawah satu payung dengan tujuan menggulingkan rezim Bashar al-Assad dan menggantinya dengan pemerintahan yang berbasis Islam.

Strategi HTS mencakup perluasan kendali teritorialnya di Suriah, terutama di Provinsi Idlib, serta membangun pemerintahan yang stabil dan terhubung dengan organisasi-organisasi kemanusiaan. Organisasi ini menjalankan program "Suriahisasi", yang fokus pada membentuk struktur sipil yang dapat menyediakan layanan publik kepada rakyat Suriah dan membangun koneksi dengan berbagai lembaga internasional. HTS juga memperkenalkan kurikulum pendidikan berbasis mazhab Syafi'iyah dan pentingnya empat mazhab Sunni klasik dalam yurisprudensi Islam.

Namun, HTS memiliki sejarah yang kontroversial. Mereka terlibat dalam konflik internal dengan sayap Al-Qaeda di Suriah, yaitu Hurras al-Deen, dan dianggap sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Uni Eropa, serta beberapa negara lainnya. Pada tahun 2022, diperkirakan HTS memiliki antara 6.000 hingga 15.000 anggota, yang sebagian besar terdiri dari pejuang Islamis yang terlatih dalam perang gerilya.

Kendati demikian, HTS telah mengambil langkah-langkah untuk memisahkan diri dari Al-Qaeda. Setelah pembunuhan sejumlah pendukung mereka, HTS merespons dengan melakukan tindakan keras terhadap loyalis Al-Qaeda, memperkuat posisi mereka di Idlib. HTS juga menerima pasukan Turki untuk patroli di Suriah Barat Laut sebagai bagian dari upaya gencatan senjata yang ditengahi oleh negosiasi Astana pada tahun 2017.

Organisasi ini, yang secara resmi menganut mazhab Salafi, dipimpin oleh Dewan Tinggi Fatwa Pemerintahan Keselamatan Suriah – sebuah badan yang mencakup ulama dari tradisi Asy'ariyah dan Sufi dalam bidang agama. Fokus utama HTS adalah membangun pemerintahan sipil yang stabil serta mendapatkan dukungan rakyat Suriah melalui penyediaan layanan publik. Meskipun mendapat dukungan di beberapa kalangan, HTS tetap merupakan organisasi yang sangat kontroversial dalam peta politik Suriah dan dianggap sebagai ancaman teroris oleh komunitas internasional.

(Mond)

#Hay'atTahrirAl-Sham #Internasional #Suriah