Hilangnya Bashar Al-Assad: Misteri di Balik Kejatuhan Rezim Suriah
Foto: Presiden Suriah Bashar al-Assad. (AP/Hassan Ammar)
D'On, Suriah - Sebuah drama politik dan tragedi misterius mengguncang Suriah pada Minggu malam, 8 Desember 2024. Presiden Bashar Al-Assad, pemimpin otoriter yang telah memerintah selama 23 tahun, dilaporkan hilang secara tiba-tiba setelah pesawat yang diyakini ditumpanginya lenyap dari radar. Insiden ini mengundang spekulasi luas, mulai dari kecelakaan pesawat hingga dugaan bahwa pesawat tersebut ditembak jatuh oleh kelompok pemberontak. Di tengah kabar hilangnya Assad, oposisi Suriah secara serentak mengklaim telah menggulingkan rezim yang telah berkuasa selama setengah abad.
Penerbangan yang Berakhir Misterius
Kronologi kejadian bermula dari bandara internasional Damaskus. Berdasarkan data dari situs pelacakan penerbangan Flight Radar, sebuah pesawat milik Syrian Air lepas landas pada Minggu malam, menuju wilayah pesisir Suriah yang dikenal sebagai benteng pertahanan sekte Alawite, kelompok minoritas yang menjadi basis kekuasaan keluarga Assad. Namun, sesuatu yang tak lazim terjadi. Pesawat yang awalnya bergerak menuju pantai tiba-tiba berbalik arah, terbang selama beberapa menit, dan kemudian menghilang tanpa jejak dari radar.
Sumber anonim dari Suriah menyebutkan bahwa hilangnya pesawat kemungkinan besar akibat transponder yang dimatikan. Namun, sumber lainnya menduga kuat bahwa pesawat tersebut ditembak jatuh.
“Saya yakin ini bukan kecelakaan. Pesawat itu hampir pasti ditembak jatuh oleh pihak pemberontak,” ujar seorang sumber yang dikutip oleh Reuters. Hingga kini, tidak ada konfirmasi pasti tentang siapa yang berada di dalam pesawat tersebut, namun dua sumber berbeda menyatakan kemungkinan besar Assad termasuk di dalamnya.
Rezim yang Runtuh
Sementara spekulasi tentang nasib Assad terus berkembang, kelompok pemberontak Suriah mengumumkan keberhasilan mereka menggulingkan rezim yang telah berkuasa selama lima dekade. Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan melalui media internasional, mereka mengklaim berakhirnya era kekuasaan Partai Baath dan keluarga Assad.
"Setelah 50 tahun penindasan di bawah pemerintahan Baath, 13 tahun kejahatan, tirani, serta pengungsian, dan setelah perjuangan panjang melawan segala bentuk kekuatan pendudukan, kami mengumumkan hari ini, 8 Desember 2024, berakhirnya era kelam itu dan dimulainya era baru bagi Suriah," demikian bunyi pernyataan resmi mereka.
Para pemberontak juga menginstruksikan seluruh komandan militer dan perwira tinggi untuk menghindari tindakan balas dendam dan memastikan stabilitas keamanan di tengah perayaan rakyat yang meluas. Ribuan orang dilaporkan turun ke jalan di pusat kota Damaskus, berkumpul di alun-alun utama sambil meneriakkan seruan kebebasan. Kembang api mewarnai langit malam sebagai simbol awal baru bagi bangsa yang telah hancur oleh perang selama lebih dari satu dekade.
Tantangan Masa Depan
Di tengah euforia rakyat, Perdana Menteri Mohammad Ghazi Al-Jalali mengingatkan bahwa transisi kekuasaan ini hanya awal dari perjalanan panjang untuk membangun Suriah yang baru. Dalam pernyataannya, ia menyerukan perlunya pemilu yang bebas dan adil guna memastikan rakyat dapat memilih pemimpin yang benar-benar mewakili kehendak mereka.
"Stabilitas tidak akan tercapai tanpa legitimasi. Rakyat Suriah harus diberi hak untuk menentukan masa depan mereka melalui proses demokrasi yang transparan," tegasnya.
Namun, tantangan di depan mata bukanlah hal yang kecil. Dengan Assad yang belum jelas nasibnya, dan warisan konflik sektarian yang mendalam, Suriah kini berada di persimpangan jalan. Keberhasilan pemberontak menggulingkan rezim Al-Assad mungkin menandai akhir dari sebuah era, tetapi juga membuka bab baru yang penuh ketidakpastian.
Akhir Era Al-Assad
Hilangnya Bashar Al-Assad dan pengumuman resmi kejatuhan rezimnya menandai berakhirnya kekuasaan dinasti keluarga Assad yang telah mendominasi Suriah selama 50 tahun. Dimulai dari Hafiz Al-Assad pada tahun 1971 hingga Bashar Al-Assad yang meneruskan tampuk kekuasaan pada tahun 2000, keluarga ini memerintah dengan tangan besi, menindas oposisi, dan memanfaatkan kekuatan militer untuk mempertahankan kendali.
Namun, era ini kini terlihat runtuh di bawah tekanan perang saudara, sanksi internasional, dan perlawanan internal yang terus membesar. Dengan lenyapnya Assad, dunia kini menantikan apa yang akan terjadi di negara yang telah lama menjadi medan pertempuran geopolitik global ini.
Apakah hilangnya Assad akan menjadi simbol kebangkitan demokrasi di Suriah, ataukah hanya memulai babak baru konflik yang lebih kompleks? Hanya waktu yang dapat menjawab.
(Mond)
#Internasional #Suriah #BasharAlAssad