Jokowi dan Golkar: Babak Baru di Panggung Politik Indonesia?
D'On, Jakarta – Presiden ke-7 Indonesia, Joko Widodo atau Jokowi, kembali menjadi pusat perhatian politik setelah pernyataan mengejutkan dari Sekretaris Bidang Organisasi DPP Partai Golkar, Derek Loupatty. Derek mengungkapkan bahwa Jokowi kini merupakan anggota kehormatan Partai Golkar. Namun, Jokowi sendiri menanggapi pernyataan ini dengan hati-hati, menegaskan bahwa hingga saat ini ia belum memutuskan apakah akan bergabung dengan partai berlambang pohon beringin tersebut.
“Ya, komunikasi ada, tapi belum (memutuskan menjadi anggota kehormatan Golkar),” ujar Jokowi di kediamannya di Solo pada Senin (9/12). Pernyataan ini disampaikan usai menerima kunjungan Cawagub Jabar, Erwan Setiawan, dan Manajer Persib Bandung, Umuh Muchtar.
Pernyataan Jokowi ini sekaligus memperjelas posisinya pasca-pecah kongsi dengan PDIP, partai yang selama bertahun-tahun menjadi rumah politiknya. Meskipun mengaku telah berkomunikasi dengan Golkar, Jokowi tetap menegaskan bahwa dirinya saat ini belum berafiliasi dengan partai politik mana pun.
Jokowi dan PDIP: Akhir Sebuah Perjalanan Panjang
Hubungan Jokowi dengan PDIP resmi berakhir setelah partai berlambang banteng tersebut menyatakan bahwa Jokowi dan keluarganya bukan lagi bagian dari PDIP. Menurut PDIP, keputusan ini didasarkan pada perbedaan prinsip dan pandangan politik yang kian mencolok.
Padahal, perjalanan politik Jokowi hingga mencapai kursi RI-1 tidak lepas dari dukungan PDIP. Partai inilah yang mengusungnya sejak ia menjabat sebagai Wali Kota Solo, kemudian Gubernur DKI Jakarta, hingga Presiden Republik Indonesia selama dua periode. Bahkan, PDIP juga menjadi motor penggerak pencalonan anaknya, Gibran Rakabuming Raka, sebagai Wali Kota Solo, serta menantunya, Bobby Nasution, sebagai Wali Kota Medan.
Namun, seiring berjalannya waktu, hubungan tersebut merenggang. Puncaknya, PDIP memutuskan untuk "memecat" Jokowi dari keanggotaan partai. Ketika ditanya apakah ia telah mengembalikan kartu tanda anggota (KTA) PDIP, Jokowi menjawab singkat, “Ya masih partai perorangan,” diikuti ucapan terima kasih yang seolah menutup pembahasan tersebut.
Anggota Kehormatan Golkar: Apa Artinya?
Pernyataan Derek Loupatty tentang status Jokowi sebagai anggota kehormatan Golkar menambah dimensi baru dalam diskusi politik ini. Menurut Derek, Golkar memberikan status anggota kehormatan kepada para tokoh negarawan, seperti presiden dan mantan presiden. “Keanggotaan partai itu ada dua: anggota biasa dan anggota kehormatan. Anggota kehormatan itu diberikan kepada para negarawan,” jelas Derek di Kantor DPP Golkar, Jakarta, Kamis (5/12).
Derek juga menambahkan bahwa status kehormatan ini tidak mengharuskan Jokowi memiliki kartu tanda anggota (KTA). Golkar, kata Derek, telah mendukung Jokowi sejak tahun 2016 hingga akhir masa jabatannya sebagai presiden pada 2024.
“Jika ada tokoh yang diakui sebagai negarawan, seperti Jokowi, mereka tidak perlu KTA,” tegasnya.
Mencermati Langkah Jokowi ke Depan
Langkah Jokowi berikutnya kini menjadi tanda tanya besar. Apakah ia benar-benar akan bergabung dengan Golkar, atau memilih untuk tetap menjadi tokoh independen yang tidak terikat oleh partai mana pun? Dalam dunia politik yang dinamis seperti Indonesia, keputusan Jokowi tentu akan membawa dampak signifikan, baik bagi dirinya maupun lanskap politik nasional secara keseluruhan.
Sebagai salah satu figur politik paling berpengaruh di Indonesia, setiap langkah Jokowi akan terus menjadi sorotan. Jika benar ia bergabung dengan Golkar, maka ini akan menjadi babak baru yang menarik dalam perjalanan politiknya, sekaligus menambah dinamika dalam persaingan politik menuju Pemilu 2024.
Untuk saat ini, Jokowi tampaknya memilih untuk mengambil waktu, menjaga komunikasi dengan berbagai pihak, dan mempertimbangkan langkah terbaik untuk masa depannya. Apakah pohon beringin akan menjadi tempat berteduh barunya? Hanya waktu yang akan menjawab.
(Mond)
#Jokowi #Politik #Nasional #Golkar