Murka di Balik Jeruji: Serangan Brutal terhadap Predator Seksual Reynhard Sinaga di Penjara Inggris
Narapidana kasus pemerkosaan berantai di Inggris, Reynhard Sinaga/ (YouTube.com/bbc news)
D'On, Inggris - Pada sebuah Minggu yang kelam, 15 Desember 2024, di dalam tembok tebal HM Wakefield, salah satu penjara paling ketat di Inggris, terjadi insiden yang menggemparkan. Reynhard Sinaga, pria asal Indonesia yang mendapat predikat sebagai predator seksual paling keji dalam sejarah Inggris, diserang dengan brutal oleh sesama narapidana. Serangan ini hampir saja merenggut nyawanya.
Main Hakim Sendiri di Penjara
Pelaku serangan itu, Jack McRae, bukanlah sosok asing di dunia kriminal. Ia dikenal karena sejarah kekerasan yang mengerikan terhadap sesama narapidana, khususnya pelaku kejahatan seksual. Sebelumnya, McRae pernah menyerang Wilbert Dyce, seorang pelaku pemerkosaan dan pembunuhan anak, dengan cara yang kejam. Setelah insiden dengan Reynhard, McRae segera dipindahkan ke penjara lain di Kota Durham, menambah daftar panjang pelanggarannya di balik jeruji.
Seorang sumber dalam penjara mengungkapkan bahwa Reynhard adalah sosok yang dibenci hampir semua orang di HM Wakefield. “Dia sombong, arogan, dan tidak menunjukkan penyesalan. Semua orang di sini ingin melihatnya menderita,” ujar sumber tersebut. Kebencian mendalam itu berpadu dengan represi emosional di lingkungan penjara, menciptakan situasi yang hampir mematikan bagi Reynhard. Untungnya, intervensi cepat sipir penjara berhasil menghentikan serangan tersebut tepat pada waktunya.
Sosok yang Menimbulkan Kebencian Mendalam
Reynhard Sinaga tidak hanya dikenal sebagai narapidana biasa, tetapi sebagai simbol kejahatan seksual yang menghancurkan. Pada Januari 2020, pria kelahiran Jambi ini dinyatakan bersalah atas 159 kasus pemerkosaan dan serangan seksual terhadap 48 korban, yang dilakukan dalam rentang waktu 2,5 tahun. Modus operandi Reynhard begitu licik, namun penuh perhitungan. Dengan wajah ramah dan sifat yang tampak tidak berbahaya, ia mendekati para korban—sebagian besar pria muda heteroseksual yang sedang mabuk dan terpisah dari teman-temannya—di sekitar klub malam di Manchester.
Dia mengundang mereka ke apartemennya di Montana House dengan alasan menawarkan tempat istirahat. Namun, di sana, Reynhard mencampur alkohol mereka dengan GHB (gamma hydroxybutyrate), sebuah obat bius yang dikenal mampu membuat korban tak sadarkan diri. Saat korban terlelap, Reynhard melakukan aksinya, merekam setiap detail kejahatan menggunakan dua ponsel—satu untuk jarak dekat, satu untuk jarak jauh.
Lebih dari itu, Reynhard menyimpan barang-barang pribadi milik para korban seperti jam tangan dan kartu identitas sebagai “trofi” atas dominasinya. Barang-barang ini ditemukan bersama 3 terabyte video pemerkosaan, yang oleh kepolisian digambarkan seperti “menonton 1.500 film horor”.
Terbongkarnya Kejahatan yang Menggemparkan Dunia
Kejahatan Reynhard terungkap pada Juni 2017 secara tidak terduga. Salah satu korbannya, seorang pemain rugby berusia 18 tahun, sadar dari pengaruh GHB saat sedang dilecehkan. Dengan keberanian luar biasa, korban melawan dan memukul Reynhard hingga pingsan. Saat polisi datang, awalnya mereka mengira sang korbanlah pelaku penyerangan. Namun, pemeriksaan pada ponsel Reynhard mengubah segalanya.
Video-video yang ditemukan bukan hanya bukti kejahatan, melainkan juga catatan visual dari kekejian yang tak terbayangkan. Petugas Kepolisian Manchester, Mabs Hussain, menggambarkan pengalaman menyaksikan video-video itu sebagai salah satu hal paling mencengangkan dalam kariernya. Lebih dari 190 korban diperkirakan telah menjadi target Reynhard, meski hanya sebagian yang teridentifikasi.
Dari Jambi ke Jeruji
Reynhard Tambos Maruli Tua Sinaga lahir pada 19 Februari 1983 di Jambi, Indonesia. Ia tumbuh besar di Depok, Jawa Barat, dan dikenal sebagai sosok yang cerdas. Setelah meraih gelar sarjana dari Universitas Indonesia pada 2006, Reynhard melanjutkan studi ke Inggris. Di sana, ia berhasil mendapatkan dua gelar master dari Universitas Manchester dan memulai program doktoralnya di Universitas Leeds. Kehidupannya di Inggris didukung sepenuhnya oleh ayahnya, seorang pengusaha kaya.
Namun, di balik latar belakang pendidikannya yang mengesankan, Reynhard menyembunyikan sisi gelap yang menghancurkan banyak kehidupan. Kejahatannya bukan hanya menghancurkan para korban tetapi juga merusak reputasi komunitas imigran Asia di Inggris.
Simbol Kejahatan yang Tidak Terlupakan
Kisah Reynhard Sinaga adalah pengingat kelam tentang sisi gelap manusia. Kejahatan seksual yang dilakukannya telah mengubah kehidupan para korban secara permanen dan meninggalkan luka dalam bagi keluarga mereka. Di penjara, ia mungkin harus menghadapi konsekuensi tambahan atas tindakannya, bukan hanya melalui hukuman formal tetapi juga dari sesama narapidana yang memiliki dendam tersendiri.
Serangan terhadap Reynhard menunjukkan bahwa bahkan di balik tembok penjara, keadilan yang keras dan tanpa belas kasihan tetap ada, meski dilakukan dengan cara yang penuh kekerasan. Ini adalah bab lain dalam kehidupan seorang predator, di mana setiap perbuatannya kini kembali menghantui dirinya.
Akankah Reynhard bertahan dari lingkungan yang penuh kebencian ini? Atau, pada akhirnya, ia akan menjadi korban dari kekerasan yang selama ini dia lakukan ? Hanya waktu yang akan menjawab.
(Sun)
#PredatorSeks #ReynhardSinaga #Hukum #Inggris