Pembantaian Berdarah 180 Jiwa oleh Geng Wharf Jeremie Akibat Tuduhan Santet
D'On, Haiti - Haiti kembali diguncang tragedi berdarah. Geng kriminal Wharf Jeremie, yang dipimpin oleh Monel "Mikano" Felix, menciptakan mimpi buruk di wilayah Cite Soleil. Pembantaian massal ini tidak hanya meninggalkan duka mendalam tetapi juga mengungkap kondisi genting negara itu, di mana kekerasan dan keputusasaan terus mendominasi.
Tragedi Akhir Pekan: Nyawa Melayang di Cite Soleil
Pada akhir pekan lalu, Cite Soleil—daerah kumuh paling padat di Port-au-Prince—berubah menjadi lautan darah. Sebanyak 180 orang, mayoritas berusia lanjut, menjadi korban pembantaian yang dipicu oleh tuduhan ilmu santet. Monel "Mikano" Felix, pemimpin geng Wharf Jeremie, dilaporkan memerintahkan pembantaian setelah mendengar ramalan pendeta voodoo bahwa penyakit anaknya disebabkan oleh "santet" yang dilakukan para manula di lingkungan tersebut.
Tragedi ini dimulai ketika anak Felix jatuh sakit beberapa hari sebelumnya. Dalam usaha mencari jawaban, Felix mendatangi seorang pendeta voodoo, yang menyebut bahwa penyakit tersebut adalah akibat sihir gelap yang dilakukan oleh para lansia di komunitas tersebut. Ketika anaknya akhirnya meninggal pada Sabtu sore, kemarahan Felix meledak. Ia mengerahkan pasukannya untuk "menghukum" mereka yang dituduh bertanggung jawab.
Laporan dari National Human Rights Defense Network (RNDDH) mengungkapkan bahwa para korban dibantai dengan brutal. Saksi mata melaporkan mayat-mayat yang dimutilasi dibakar di jalan-jalan. Sebagian besar korban tidak memiliki kesempatan untuk melarikan diri, sementara mereka yang mencoba menyelamatkan orang lain justru ikut terbunuh.
Sekilas Tentang Cite Soleil: Daerah Tanpa Hukum
Cite Soleil, yang sering digambarkan sebagai "dunia dalam kegelapan", adalah simbol kemiskinan dan ketidakstabilan Haiti. Sebagai salah satu daerah termiskin di negara itu, wilayah ini dihuni oleh ribuan penduduk yang hidup dalam kondisi memprihatinkan. Keberadaan geng seperti Wharf Jeremie telah membuat kehidupan di sana semakin tertekan.
Geng-geng bersenjata di wilayah ini tidak hanya mengontrol aktivitas ekonomi, tetapi juga membatasi komunikasi warga. Penggunaan telepon seluler, misalnya, diawasi ketat, sehingga menyulitkan penduduk untuk menyampaikan kabar tentang tragedi ini ke luar wilayah.
Respon Pemerintah dan Komunitas Internasional
Kantor Perdana Menteri Haiti memberikan pernyataan keras, menyebut bahwa "garis merah telah dilanggar." Mereka berjanji akan memobilisasi seluruh kekuatan untuk melumpuhkan geng Wharf Jeremie, terutama pemimpinnya, Felix. Namun, banyak pihak skeptis, mengingat lemahnya kapasitas pemerintah yang terus diguncang konflik politik internal.
Sekretaris Jenderal PBB, melalui juru bicaranya, Stephane Dujarric, mengutuk pembantaian tersebut dan menyerukan bantuan internasional. “Kami mendesak negara-negara anggota untuk menyediakan dukungan finansial dan logistik guna membantu Kepolisian Nasional Haiti memulihkan keamanan,” ujarnya.
Namun, suara skeptisisme juga terdengar. Pengamat menilai, tanpa solusi menyeluruh terhadap akar permasalahan seperti kemiskinan, ketimpangan sosial, dan sistem hukum yang lemah, tragedi seperti ini akan terus berulang.
Kekerasan yang Menghantui Haiti
Pembantaian di Cite Soleil hanyalah puncak dari gunung es. Kekerasan geng telah menjadi fenomena harian di Haiti. Bulan Oktober lalu, geng Gran Grif mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan 115 orang di Pont-Sonde, wilayah Artibonite, dalam aksi balas dendam terhadap penduduk yang membantu kelompok bela diri menghalangi operasi mereka.
Kekacauan ini tidak hanya menyebabkan hilangnya nyawa, tetapi juga menciptakan krisis kemanusiaan yang meluas. Ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal, mengalami trauma, dan menghadapi kelaparan akibat kontrol geng yang melumpuhkan rantai pasokan makanan.
Panggilan Kemanusiaan: Apa Selanjutnya?
Kisah tentang pembantaian 180 jiwa di Cite Soleil ini adalah potret nyata betapa mencekamnya kehidupan di Haiti saat ini. Negara ini membutuhkan lebih dari sekadar janji-janji pemerintah atau kecaman dari komunitas internasional. Dibutuhkan aksi nyata untuk membongkar jaringan kekerasan yang telah mencengkeram negara itu selama bertahun-tahun.
Akankah dunia mendengar jeritan rakyat Haiti? Atau tragedi seperti ini akan berlalu tanpa perubahan berarti? Waktu yang akan menjawab, sementara penduduk Cite Soleil hanya bisa berharap bahwa kedamaian, suatu saat nanti, akan kembali mengisi kehidupan mereka.
(Reuters)
#Haiti #Internasional #Pembantaian #Santet