Rizieq Shihab Soroti Tragedi KM 50 di Reuni 212: "Bau Anyir Masih Terasa di Kabinet Baru"
D'On, Jakarta – Sorotan tajam kembali dilontarkan Muhammad Rizieq Shihab dalam aksi Reuni 212 yang berlangsung di kawasan Monumen Nasional (Monas) pada Senin (2/12/2024). Di hadapan ribuan jamaah, tokoh sentral ini menyinggung kasus tewasnya enam anggota Front Pembela Islam (FPI) yang disebut sebagai "syuhada KM 50". Insiden tragis yang terjadi di Tol Jakarta-Cikampek pada 7 Desember 2020 itu, menurut Rizieq, hingga kini belum menemui keadilan yang memuaskan.
Dalam sambutannya, Rizieq mengumumkan rencana haul atau peringatan tragedi tersebut yang akan digelar pada Kamis (5/12/2024) di Pesantren Markas Syareat, Megamendung, Bogor. Acara ini, katanya, akan menjadi momen untuk mengenang para korban sekaligus mengingatkan publik bahwa kasus ini belum terselesaikan secara hukum.
"Hari Kamis besok, insyaallah, di Pesantren Markas Syareat Megamendung mulai pukul 8 pagi hingga Zuhur, kami akan mengadakan haul syuhada, enam santri FPI yang dibunuh di KM 50," ujar Rizieq dengan suara lantang. "Bukan hanya untuk mendoakan mereka yang telah berpulang, tetapi juga untuk terus mengingatkan bahwa keadilan belum ditegakkan."
Tragedi Berdarah yang Masih Membekas
Kasus KM 50 menyisakan luka mendalam bagi banyak pihak, terutama keluarga dan pendukung FPI. Peristiwa ini melibatkan baku tembak antara anggota laskar FPI yang tengah mengawal rombongan Rizieq Shihab dan aparat kepolisian. Enam anggota laskar tewas di tempat, dan penyelidikan yang menyusul memicu perdebatan panjang. Pada akhirnya, dua terdakwa, yakni Briptu Fikri Ramadhan dan Ipda M Yusmin Ohorella, divonis lepas oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan alasan pembenaran dan pemaaf. Putusan ini diperkuat oleh Mahkamah Agung pada 2022, menimbulkan kekecewaan mendalam bagi keluarga korban.
Dalam Reuni 212, Rizieq secara tegas menyatakan kekecewaannya terhadap pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo Subianto. Menurutnya, "bau anyir KM 50" masih terasa dalam kabinet saat ini karena adanya individu-individu yang diduga terlibat dalam kasus tersebut, namun kini menduduki posisi penting di pemerintahan.
"Saya sedih dan prihatin. Kabinet baru ini secara umum bagus, tetapi saya tak bisa menutupi keprihatinan saya karena masih ada bau anyir tragedi KM 50 di dalamnya," ujar Rizieq. "Beberapa orang yang diduga kuat terlibat langsung maupun tidak langsung justru duduk di kabinet."
Dukungan dan Kritik kepada Kabinet Prabowo
Meski demikian, Rizieq menyatakan dukungannya terhadap pemerintahan Presiden Prabowo secara keseluruhan. Ia berharap kabinet ini mampu bekerja secara efektif untuk membawa perubahan yang baik bagi bangsa. Namun, ia mengingatkan bahwa kasus KM 50 harus menjadi perhatian serius agar tidak menjadi noda dalam sejarah pemerintahan saat ini.
"Kita harus mendukung kabinet ini secara umum agar mereka bisa bekerja dengan baik. Tetapi kasus ini tidak boleh dilupakan. Kita harus terus mengawal agar keadilan dapat ditegakkan," tegasnya.
Pesan Moral untuk Jamaah
Dalam penutup pidatonya, Rizieq mengajak ribuan jamaah yang hadir untuk tetap mengawal kasus ini hingga tuntas. Ia menekankan pentingnya solidaritas dan kekuatan umat dalam memperjuangkan kebenaran.
"Ini bukan hanya soal enam nyawa yang melayang. Ini adalah soal keadilan dan kepercayaan kita pada hukum di negeri ini. Mari kita terus bersuara, berdoa, dan berjuang bersama," serunya dengan penuh semangat.
Kilasan Sejarah Kasus KM 50
Sebagai pengingat, kasus KM 50 telah melalui proses hukum yang panjang. Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memvonis lepas Briptu Fikri Ramadhan dan Ipda M Yusmin Ohorella, meski keduanya dinyatakan terbukti melakukan penembakan terhadap empat anggota laskar FPI. Namun, mereka dibebaskan karena tindakannya dianggap sebagai pembelaan diri yang sah.
Putusan ini kemudian diperkuat oleh Mahkamah Agung pada 2022, yang menolak kasasi dari jaksa penuntut umum. Hingga kini, keputusan tersebut masih menjadi bahan perdebatan di ruang publik, terutama di kalangan pendukung FPI yang merasa keadilan belum sepenuhnya ditegakkan.
Harapan Akan Penuntasan
Acara haul di Megamendung yang digagas Rizieq menjadi salah satu cara untuk menjaga ingatan kolektif terhadap tragedi ini. Bagi pendukungnya, ini bukan sekadar peringatan, tetapi juga simbol perlawanan terhadap ketidakadilan.
Apakah kasus ini akan kembali dibuka atau menemui babak baru di masa depan, masih menjadi pertanyaan besar. Yang pasti, suara-suara seperti yang disampaikan Rizieq Shihab memastikan bahwa tragedi ini tidak akan mudah dilupakan.
(Mond)
#Reuni212 #RizieqShihab #Kasus50KM