Tragedi Maut Jeju Air: 176 Tewas, Dua Selamat dalam Kecelakaan Tragis di Bandara Internasional Muan
D'On, Seoul - Sebuah kecelakaan penerbangan yang memilukan terjadi di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, ketika pesawat Boeing 737-800 milik Jeju Air tergelincir dan menabrak dinding beton, sebelum meledak dan terbakar hebat. Insiden ini menelan korban jiwa sebanyak 176 orang, menjadikannya tragedi penerbangan terburuk dalam sejarah Korea Selatan sejak 1997.
Dari total 181 orang di dalam pesawat, hanya dua awak kabin yang berhasil selamat. Tiga orang lainnya masih dinyatakan hilang dan pencarian terus berlanjut, meskipun harapan untuk menemukan mereka hidup semakin menipis.
Awal Penerbangan yang Tampak Normal
Pesawat nahas tersebut berangkat dari Bangkok, Thailand, pada pukul 01.30 dini hari waktu setempat. Penerbangan dijadwalkan tiba di Muan sekitar pukul 08.30 pagi. Dengan 175 penumpang dan enam awak di dalamnya, pesawat itu membawa mayoritas warga Korea Selatan, serta dua penumpang asal Thailand.
Penumpang terdiri dari berbagai kalangan usia, mulai dari anak-anak berusia tiga tahun hingga lansia berusia 78 tahun. Sebagian besar adalah warga berusia 40 hingga 60 tahun, yang sedang dalam perjalanan liburan akhir tahun.
Namun, keceriaan perjalanan berubah menjadi malapetaka ketika pesawat itu mengalami kendala serius saat proses pendaratan.
Detik-Detik Menegangkan Sebelum Tragedi
Menurut laporan, insiden bermula saat pesawat tergelincir di landasan pacu sekitar pukul 09.00 pagi. Dugaan awal menunjukkan bahwa kerusakan pada roda pendaratan akibat serangan burung menjadi penyebab utama. Pilot, yang mencoba mengendalikan pesawat dengan susah payah, kehilangan kendali sepenuhnya.
“Pesawat menghantam dinding beton dengan kecepatan tinggi, menyebabkan sebagian besar badan pesawat hancur seketika. Ledakan besar terjadi beberapa detik setelah benturan, membuat api dengan cepat melahap badan pesawat,” ungkap seorang pejabat pemadam kebakaran setempat.
Operasi Penyelamatan yang Sulit
Dua awak yang selamat berhasil dievakuasi tak lama setelah kecelakaan. Mereka ditemukan dalam kondisi luka serius dan kini menjalani perawatan intensif di rumah sakit di Seoul setelah sempat dirawat di Mokpo. Namun, bagi sebagian besar penumpang lainnya, peluang untuk selamat nyaris tidak ada.
"Setelah pesawat menabrak dinding, banyak penumpang terlempar keluar dari pesawat. Kondisinya begitu parah hingga sulit mengenali korban. Pesawat itu hampir hancur total," tambah pejabat tersebut.
Tim penyelamat menghadapi tantangan besar dalam mengidentifikasi jenazah, yang sebagian besar mengalami luka bakar parah. Pencarian masih berlangsung untuk menemukan tiga korban yang belum ditemukan.
Tragedi yang Menggemparkan Korea Selatan
Kecelakaan ini mengguncang seluruh negeri. Tragedi ini mengingatkan kembali pada kecelakaan Korean Air di Guam pada tahun 1997, yang menewaskan 225 orang. Para ahli penerbangan kini tengah menyelidiki penyebab pasti insiden ini, termasuk faktor teknis dan kemungkinan kesalahan prosedur.
Presiden Korea Selatan menyampaikan belasungkawa mendalam kepada keluarga korban dan memerintahkan penyelidikan menyeluruh untuk mencegah insiden serupa di masa depan.
Kesedihan yang Mendalam
Di luar terminal kedatangan Bandara Internasional Muan, keluarga penumpang berkumpul, menanti kabar dengan air mata dan doa. Harapan untuk mendengar kabar baik dari anggota keluarga mereka perlahan pupus seiring dengan konfirmasi jumlah korban yang terus bertambah.
Sementara itu, Jeju Air menghadapi kritik tajam atas standar keselamatan penerbangannya. Publik menuntut tanggung jawab penuh atas tragedi ini, termasuk memberikan kejelasan tentang kondisi pesawat sebelum penerbangan.
Kecelakaan ini meninggalkan luka mendalam di hati bangsa Korea Selatan, mengingatkan semua pihak akan pentingnya keselamatan dalam dunia penerbangan. Kini, harapan tertuju pada upaya pencarian korban yang hilang dan investigasi yang dapat mengungkap kebenaran di balik tragedi ini.
(*)
#Peristiwa #PesawatJatuh #JejuAir #KoreaSelatan #Internasional