Tragedi Presiden Korea Selatan: Kudeta, Penjara, dan Akhir Tragis
D'On, Korea Selatan - Kisah politik Korea Selatan tak pernah lepas dari drama dan tragedi. Negara yang kini dikenal sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar di Asia ini ternyata memiliki sejarah panjang pergolakan politik yang melibatkan para pemimpinnya. Sejarah itu kembali mengemuka ketika Presiden Yoon Suk Yeol, yang baru berkuasa dua tahun terakhir, menghadapi ancaman pemakzulan setelah menerapkan darurat militer yang kontroversial.
Majelis Nasional, parlemen Korea Selatan, menolak mentah-mentah kebijakan darurat militer yang diberlakukan oleh Yoon pekan lalu. Keputusan itu memicu kegemparan politik. Sabtu lalu, upaya pemungutan suara untuk menggulingkan Yoon gagal karena Partai Kekuatan Rakyat (PPP), partai pendukung presiden, memboikot sidang, membuat kuorum tidak tercapai. Hari ini, parlemen kembali menggelar pemungutan suara dengan harapan mengumpulkan delapan suara tambahan dari anggota PPP untuk meloloskan pemakzulan.
Jika Presiden Yoon benar-benar dimakzulkan, ia akan menjadi bagian dari sejarah suram para pemimpin Korea Selatan yang sering menghadapi akhir karier politik tragis—mulai dari dimakzulkan, dipenjara, hingga bunuh diri. Berikut kisah mendalam beberapa presiden Korea Selatan yang menghadapi nasib tragis selama atau setelah masa kepemimpinan mereka.
1. Park Geun Hye: Dari Presiden Wanita Pertama Hingga Narapidana
Park Geun Hye mencatatkan sejarah sebagai presiden wanita pertama Korea Selatan. Putri dari mantan diktator Park Chung Hee ini berkuasa pada 2013 dengan janji-janji pemerintahan bersih. Namun, pada 2016, skandal besar menghancurkan citranya. Ia dituduh meminta dan menerima suap hingga puluhan juta dolar dari berbagai konglomerat, termasuk Samsung. Selain itu, ia terlibat dalam penyalahgunaan kekuasaan dengan memasukkan para seniman yang mengkritiknya ke dalam 'daftar hitam' dan membocorkan dokumen rahasia negara.
Skandal ini membuat Park dimakzulkan oleh parlemen pada Desember 2016, keputusan yang diperkuat oleh Mahkamah Konstitusi pada Maret 2017. Ia dijatuhi hukuman 20 tahun penjara dan denda besar pada 2021. Namun, akhir tahun itu, ia mendapat pengampunan dari Presiden Moon Jae In, penggantinya. Ironisnya, Yoon Suk Yeol, yang kini menjadi presiden, adalah jaksa yang memainkan peran kunci dalam kasus yang menggulingkan Park.
2. Lee Myung Bak: Tersandung Korupsi
Lee Myung Bak, yang memimpin Korea Selatan dari 2008 hingga 2013, adalah mantan eksekutif yang dikenal akan pendekatannya yang pro-bisnis. Namun, reputasinya hancur ketika pada 2018 ia dinyatakan bersalah menerima suap, termasuk dari Samsung. Ia juga dituduh menyalahgunakan kekuasaan untuk melindungi konglomerat besar.
Lee dihukum 15 tahun penjara. Namun, seperti halnya Park Geun Hye, ia juga mendapat pengampunan pada 2022 dari Presiden Yoon Suk Yeol. Langkah ini memicu kontroversi di tengah masyarakat yang mempertanyakan integritas sistem peradilan Korea Selatan.
3. Roh Moo Hyun: Tragisnya Akhir Presiden Reformis
Roh Moo Hyun memimpin Korea Selatan dari 2003 hingga 2008 dengan agenda reformasi besar-besaran, terutama dalam memperbaiki hubungan dengan Korea Utara. Namun, setelah turun dari jabatannya, ia terseret dalam skandal suap yang melibatkan keluarganya. Pada 2009, dalam tekanan besar akibat penyelidikan tersebut, Roh memilih mengakhiri hidupnya dengan melompat dari tebing. Kepergiannya meninggalkan luka mendalam di hati para pendukungnya, yang memandangnya sebagai simbol reformasi demokratis.
4. Chun Doo Hwan: Dari Jenderal ke Narapidana
Chun Doo Hwan, seorang mantan jenderal, mengambil alih kekuasaan melalui kudeta militer pada 1979. Ia dikenal dengan sebutan "Penjagal Gwangju" karena perannya dalam menindas pemberontakan rakyat di Gwangju pada 1980, yang menyebabkan ratusan hingga ribuan korban tewas.
Setelah lengser pada 1987, Chun akhirnya dihukum mati pada 1996 atas tuduhan kudeta, korupsi, dan pengkhianatan. Hukuman itu kemudian diringankan menjadi penjara seumur hidup, dan ia akhirnya diampuni pada 1998. Meski demikian, namanya tetap tercoreng dalam sejarah sebagai simbol rezim otoriter yang brutal.
5. Park Chung Hee: Diktator yang Dibunuh oleh Tangan Sendiri
Park Chung Hee, ayah dari Park Geun Hye, memimpin Korea Selatan selama 18 tahun setelah mengambil alih kekuasaan melalui kudeta pada 1961. Pemerintahannya sering disebut sebagai "kediktatoran pembangunan" karena fokusnya pada industrialisasi. Namun, pemerintahannya juga dipenuhi dengan pelanggaran HAM.
Pada Oktober 1979, Park tewas ditembak oleh kepala intelijennya sendiri, Kim Jae Gyu, dalam sebuah makan malam pribadi. Hingga kini, motif pembunuhan itu masih menjadi perdebatan.
6. Syngman Rhee: Pemimpin Pertama yang Tersingkir
Syngman Rhee adalah presiden pertama Korea Selatan yang berkuasa sejak 1948. Namun, kepemimpinannya berakhir tragis pada 1960 ketika ia dipaksa mengundurkan diri oleh pemberontakan mahasiswa. Rhee terpaksa mengasingkan diri ke Hawaii, tempat ia meninggal pada 1965. Ia dikenang sebagai pemimpin yang memperjuangkan kemerdekaan Korea sekaligus otoriter yang mempertahankan kekuasaan dengan cara-cara curang.
Pelajaran dari Sejarah
Sejarah kelam para presiden Korea Selatan menunjukkan dinamika politik yang penuh risiko di Negeri Ginseng. Dari skandal korupsi, kudeta, hingga bunuh diri, setiap presiden tampaknya tak bisa lepas dari ujian berat yang tak hanya mengakhiri karier politik mereka, tetapi juga meninggalkan jejak mendalam di perjalanan bangsa ini. Kini, Presiden Yoon Suk Yeol berdiri di tengah badai yang mengancam posisinya, menghadapi nasib yang mungkin saja mengikuti jejak pendahulunya. Akankah ia mampu bertahan, atau akankah ia menjadi halaman baru dalam daftar panjang tragedi politik Korea Selatan? Waktu yang akan menjawab.
(AFP)
#Internasional #KoreaSelatan