Tragedi Sitinjau Lauik: Dalam Sehari, Tiga Nyawa Melayang Akibat Rem Blong yang Menjadi Momok di Jalur Maut
Jalur Maut Sitinjau Lauik
D'On, Padang, Sumbar – Sitinjau Lauik, jalur ekstrem yang membelah perbukitan di Kelurahan Indarung, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, kembali memakan korban. Jalur yang dikenal sebagai salah satu "neraka" bagi pengemudi truk ini menelan tiga nyawa hanya dalam waktu sehari, Senin (16/12/2024).
Kecelakaan demi kecelakaan yang terjadi bak rentetan domino ini menegaskan satu fakta: Sitinjau Lauik bukan sekadar jalur berbahaya, melainkan ladang maut jika kesiapan kendaraan diabaikan. Apa yang sebenarnya terjadi di balik rentetan tragedi ini? Berikut laporan mendalamnya.
Kecelakaan Pertama: Truk Bermuatan Cangkang Sawit Masuk Jurang
Waktu kejadian: Dini hari, Senin (16/12/2024)
Lokasi: Tikungan Panorama I, Sitinjau Lauik
Langit masih gelap ketika deru mesin truk Bultasman (55) memecah kesunyian jalur Sitinjau Lauik. Pria asal Surantiah, Kabupaten Pesisir Selatan, mengemudi sendirian, membawa muatan cangkang sawit dari arah Solok menuju Padang. Namun saat melintas di tikungan tajam Panorama I yang terkenal licin dan curam, truk kehilangan kendali.
"Rem blong," kata Kapolsek Lubuk Kilangan, Kompol Somsedya, menjelaskan penyebab kecelakaan. Truk itu melaju tak terkendali, keluar jalur, sebelum akhirnya terjun bebas ke dalam jurang sedalam 10 meter. Hentakan keras di dasar jurang mengakhiri hidup Bultasman seketika.
“Lokasi ini sering menjadi titik rawan. Tikungan Panorama I sangat tajam, ditambah jalannya menurun dan sempit. Jika rem kendaraan bermasalah, risikonya sangat fatal,” ujar Kompol Somsedya.
Tim evakuasi yang tiba di lokasi harus bekerja ekstra untuk menarik truk dari dasar jurang. Pemandangan hancurnya kabin truk menjadi saksi betapa maut begitu dekat di tikungan tersebut.
Kecelakaan Kedua: Dua Truk Bertabrakan, Rem Blong Kembali Jadi Biang Keladi
Waktu kejadian: Pukul 14.00 WIB
Lokasi: Panorama II, Sitinjau Lauik
Belum hilang ketegangan dari kecelakaan dini hari, jalur maut ini kembali memakan korban. Kali ini, dua truk terlibat tabrakan di Panorama II, titik rawan lainnya di Sitinjau Lauik.
Truk pertama melaju dari Solok menuju Padang, sementara truk kedua berjalan di depannya dengan kecepatan stabil. Namun malang tak dapat dihindari, sopir truk di belakang tiba-tiba kehilangan kendali akibat rem yang tidak berfungsi.
“Rem blong lagi-lagi menjadi penyebab. Truk yang mengalami masalah rem langsung menghantam truk di depannya,” ujar Kompol Somsedya.
Benturan keras itu menghancurkan bagian depan truk. Meski tidak menelan korban jiwa, sopir truk penabrak mengalami luka-luka serius. Ia dievakuasi ke rumah sakit terdekat.
Badan jalan yang sempit dan padat membuat proses evakuasi memakan waktu berjam-jam, sementara kemacetan panjang tak terelakkan. Peristiwa ini semakin menegaskan: Sitinjau Lauik bukan jalur biasa.
Kecelakaan Ketiga: Truk Hantam Sepeda Motor, Dua Nyawa Melayang
Waktu kejadian: Sore hari, Panorama II
Sore itu, ketegangan memuncak. Panorama II kembali menjadi saksi bisu tragedi maut. Sebuah truk, yang belum diketahui secara pasti penyebabnya, menabrak sepeda motor yang tengah melaju dengan dua penumpang.
Sepeda motor itu dikendarai seorang pria dan wanita yang sedang berboncengan. Benturan keras membuat keduanya terhempas ke tengah jalan. Dalam hitungan detik, nyawa mereka melayang di lokasi kejadian.
“Korban meninggal di tempat. Kronologi kecelakaan masih kami selidiki. Namun, rekaman video yang beredar menunjukkan betapa fatalnya insiden ini,” kata Kompol Somsedya dengan wajah serius.
Video yang viral di media sosial memperlihatkan suasana mencekam pasca-kecelakaan. Dua tubuh terbujur kaku di tengah jalan menjadi pemandangan memilukan yang menyadarkan banyak pihak akan betapa bahayanya jalur ini.
Sitinjau Lauik: Jalur yang Tak Kenal Ampun
Jalur Sitinjau Lauik bukan hanya dikenal sebagai akses penghubung penting antara Padang dan Solok. Dengan tanjakan curam, tikungan tajam, dan medan ekstrem, jalur ini menjadi ujian ketangguhan pengemudi dan kendaraan.
Menurut data kepolisian, dalam sepekan terakhir saja, enam kecelakaan terjadi di jalur ini. Mayoritas insiden disebabkan oleh rem blong atau kelalaian dalam memeriksa kondisi kendaraan sebelum melintas.
“Kami tak henti mengimbau para pengemudi, terutama truk dan kendaraan besar, untuk memeriksa kondisi rem dan mesin sebelum menempuh jalur ini. Jangan anggap enteng medan di Sitinjau Lauik,” tegas Kapolsek Somsedya.
Infrastruktur Harus Berbenah
Tingginya angka kecelakaan di Sitinjau Lauik bukan hanya kesalahan pengemudi semata. Infrastruktur jalan yang minim rambu peringatan, kurangnya tempat pemberhentian darurat, serta kondisi jalan yang licin saat hujan turut memperparah risiko kecelakaan.
Pengamat transportasi Sumatera Barat, Hendri Purnama, menilai pemerintah harus turun tangan lebih serius. “Perlu penambahan escape ramp (jalur penyelamat) untuk kendaraan yang kehilangan kendali, terutama di titik rawan seperti Panorama I dan II. Selain itu, pemeliharaan rutin harus lebih ditingkatkan,” jelas Hendri.
Di sisi lain, kesadaran pengemudi menjadi kunci utama. Jalur Sitinjau Lauik adalah medan yang tak boleh diremehkan. Satu kelalaian kecil bisa menjadi tiket menuju maut.
Belajar dari Sitinjau Lauik
Tiga nyawa melayang dalam sehari di Sitinjau Lauik bukan sekadar angka statistik. Tragedi ini adalah pengingat nyata bagi semua pihak—pengemudi, pemilik kendaraan, hingga pemerintah—bahwa keselamatan di jalan harus menjadi prioritas utama.
Jalur Sitinjau Lauik, meski ekstrem, bukanlah jalur yang tak bisa dilalui. Dengan kehati-hatian, kesiapan kendaraan, dan dukungan infrastruktur memadai, tragedi-tragedi seperti ini bisa dicegah.
Namun, hingga saat itu tiba, Sitinjau Lauik tetap menjadi momok. Sebuah jalur maut yang setiap tikungannya mengajarkan: berhati-hati bukan sekadar pilihan, melainkan keharusan yang menentukan hidup dan mati.
(Mond)
#Peristiwa #Kecelakaan #SitinjauLauik #SumateraBarat