Breaking News

Ancaman di Tepi Jurang: Nasib SDN 05 Lubuk Alung yang Tergerus Sungai

SDN 05 Lubuak Alung, Kabupaten Padang Pariaman, terancam ambruk akibat erosi sungai. [Dok. Antara]


D'On, Kabupaten Padang Pariaman -
Sebuah ironi nyata tengah berlangsung di SDN 05 Lubuk Alung, Sumatera Barat. Di tengah riuh canda anak-anak yang seharusnya berfokus pada pelajaran, ancaman bencana mengintai tak jauh dari tempat mereka belajar. Empat dari delapan ruang kelas sekolah ini terancam ambruk akibat terkikis aliran sungai yang semakin hari semakin menggerus tanah di tepi sekolah.

Kondisi ini bukan hanya merusak infrastruktur, tetapi juga membawa ancaman nyata bagi keselamatan siswa dan para tenaga pengajar. Situasi ini telah memaksa pihak sekolah untuk mengambil langkah-langkah darurat demi menjaga keberlangsungan proses belajar mengajar.

Ruang Kelas yang Tak Lagi Aman

"Dua dari empat ruangan yang terdampak adalah ruang belajar untuk kelas V dan VI. Karena kondisinya sangat berisiko, kami terpaksa memindahkan siswa kelas V ke perpustakaan," ungkap Kepala Sekolah SDN 05 Lubuk Alung, Afrida Kamil, Rabu (8/1/2025).

Pemindahan ini dilakukan setelah air sungai mulai mendekati ruang kelas V. Dengan jarak yang semakin tipis antara aliran sungai dan bangunan sekolah, keselamatan siswa menjadi prioritas utama.

Namun, tak semua ruangan dapat dipindahkan. Ruang kelas VI dan ruang guru, meskipun juga terancam, tetap digunakan karena dinilai relatif lebih aman. Namun, bayang-bayang bahaya terus membayangi setiap aktivitas di sekolah tersebut.

Dari Kamar Kecil Hingga Jurang Menganga

Ironisnya, sebelum kelas-kelas ini terdampak, toilet sekolah menjadi korban pertama keganasan sungai. "Toilet sekolah kami telah ambruk dan terbawa arus sungai," kata Afrida dengan nada prihatin.

Ia menjelaskan bahwa posisi sekolah berada di tepi jurang dengan ketinggian sekitar tujuh meter. Ketika derasnya air terus menggerus tebing, tanah di sekitar sekolah kian tergerus hingga menciptakan ancaman nyata bagi keseluruhan bangunan.

"Guru-guru harus berjaga setiap waktu untuk memastikan tidak ada siswa yang bermain di area rawan. Kami tidak bisa mengambil risiko lebih jauh," tambah Afrida.

Sungai yang Kian Melebar

Dahulu, lebar sungai yang melintas di samping sekolah ini hanya sekitar satu meter. Namun, seiring waktu, aliran air yang terus menerus menggerus tebing membuat sungai tersebut melebar dengan cepat. Kini, sungai itu menjadi ancaman nyata bagi keberadaan sekolah, yang perlahan-lahan kehilangan pijakannya.

"Kami benar-benar tidak memiliki kemampuan untuk menangani ini secara mandiri. Keterbatasan dana menjadi kendala utama bagi kami untuk memperkuat tebing atau mengambil tindakan preventif lainnya," kata Afrida dengan nada putus asa.

Harapan dari Tepi Jurang

Menyadari keterbatasan mereka, pihak sekolah telah berupaya menyampaikan proposal kepada instansi terkait. Harapannya sederhana namun mendesak: agar pemerintah dan pihak berwenang segera memberikan solusi konkret untuk menyelamatkan sekolah.

"Kami sangat berharap bantuan segera datang. Jika tidak, tidak hanya infrastruktur yang hilang, tetapi juga semangat siswa kami yang selama ini bergantung pada keberadaan sekolah ini," ujar Afrida penuh harap.

SDN 05 Lubuk Alung kini menjadi simbol bagaimana bencana alam dan kurangnya perhatian infrastruktur dapat berdampak pada pendidikan generasi penerus bangsa. Waktu terus berjalan, dan setiap detik yang berlalu menjadi pengingat bahwa bantuan harus segera tiba sebelum semua terlambat.

Tanggung jawab siapa ini? Apakah SDN 05 Lubuk Alung akan menjadi saksi bisu lenyapnya harapan ratusan anak? Jawaban atas pertanyaan itu ada di tangan kita bersama.

(Mond)

#Pendidikan #Peristiwa #BangunanSekolahAmbruk