Briptu Nyengir dan Sirine di Tengah Macet: Ketika Canda Berujung Sanksi
Nasib Oknum Polisi yang Mainkan Sirine untuk Bersenang-senang
D'On, Jakarta - Di tengah hiruk-pikuk lalu lintas Jakarta yang kerap macet tak mengenal waktu, sebuah insiden yang melibatkan seorang oknum polisi berpangkat Brigadir Polisi Dua (Briptu) mendadak menjadi sorotan publik. Aksinya memainkan sirine kendaraan dinas untuk alasan yang jauh dari urgensi dinas viral di media sosial, memancing amarah dan kritik tajam dari masyarakat.
Video berdurasi singkat yang pertama kali diunggah oleh akun Instagram @wargagadingserpong.gs memperlihatkan sang polisi muda dengan santainya menekan tombol sirine berulang kali. Namun, bukan untuk membuka jalan dalam situasi darurat sebagaimana mestinya, melainkan untuk bersenang-senang. Sambil tertawa kecil dan nyengir, ia tampak menikmati aksinya, seolah tak peduli dengan aturan atau tanggung jawab profesinya. Narasi dalam unggahan tersebut cukup menohok:
"Serius kita di-tot-tot-in cuma buat bikin beliau nyengir?"
Respon Cepat Aparat: Tegas dan Tanpa Kompromi
Viralnya video tersebut tak hanya memancing amarah netizen, tetapi juga menggugah reaksi cepat dari pihak kepolisian. Sekretaris Pribadi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Kombes Ahrie Sonta, melalui akun X pribadinya, menyatakan bahwa tindakan tegas telah diambil terhadap Briptu tersebut. Polisi muda itu kini menjalani pemeriksaan dan diamankan di sel tahanan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
"Buat pelajaran untuk semua ya. Masyarakat sekarang peka dan kritis, citizen journalism ada di mana-mana. Selalu berupaya berbuat baik untuk masyarakat," tulis Kombes Ahrie.
Langkah tegas ini sekaligus menjadi pengingat bagi seluruh aparat bahwa kesalahan kecil sekalipun dapat memicu dampak besar, terlebih di era digital yang memungkinkan segala tindakan terekam dan tersebar dalam hitungan detik.
Netizen Geram: Dari Kritik Hingga Sindiran
Unggahan Kombes Ahrie mendapat berbagai tanggapan dari masyarakat. Mayoritas netizen mengecam aksi oknum tersebut sebagai bentuk penyalahgunaan wewenang. Kritik datang dari berbagai arah, bahkan diwarnai dengan sindiran-sindiran pedas yang menunjukkan betapa tingginya harapan publik terhadap integritas aparat.
"Kamu boleh punya fisik menarik, harta melimpah, karir cemerlang, namun kalau kamu punya attitude jelek maka semua akan jadi sia-sia," tulis seorang netizen.
Netizen lain menambahkan dengan nada satir: "Lanjut di Patsus ya bos! Pagi-pagi makan duren, sambil keliling sama artis Korsel. Dikiranya kelakuannya keren, eh malah pusing masuk sel."
Sindiran ini menunjukkan kekecewaan publik terhadap perilaku yang dianggap mencoreng nama institusi kepolisian.
Sirine dan Aturan yang Dilanggar
Peraturan tentang penggunaan sirine sebenarnya telah diatur dengan tegas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Sirine kendaraan dinas hanya diperbolehkan untuk situasi tertentu, seperti ambulans, kendaraan pemadam kebakaran, dan kendaraan dinas polisi dalam keadaan darurat.
Penggunaan sirine untuk alasan di luar keperluan resmi, seperti aksi yang dilakukan oleh Briptu tersebut, jelas melanggar hukum. Tindakan ini tak hanya memperlihatkan kelalaian individu, tetapi juga menjadi contoh buruk bagi masyarakat yang seharusnya mendapatkan pelayanan dan perlindungan dari aparat.
Pelajaran dari Kasus Briptu: Integritas di Tengah Sorotan Publik
Kasus ini menjadi pengingat bagi semua pihak, terutama aparat penegak hukum, bahwa posisi mereka bukanlah hak istimewa untuk digunakan semena-mena. Di era citizen journalism, setiap tindakan dapat menjadi perhatian publik. Perilaku kecil yang dianggap remeh bisa berujung besar jika dianggap tidak sesuai dengan etika atau hukum.
Briptu yang tertawa dengan nyengir sambil memainkan sirine kini harus menghadapi konsekuensi dari perbuatannya. Sebuah candaan yang berakhir menjadi pelajaran penting, tak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi institusi yang diwakilinya. Integritas dan tanggung jawab adalah dua hal yang tak bisa ditawar dalam menjalankan tugas sebagai pelindung masyarakat.
Jakarta macet mungkin bukan hal baru, tetapi perilaku seperti ini justru menjadi bahan bakar untuk menyalakan kritik publik. Polisi adalah simbol penegakan hukum, bukan sekadar pemegang sirine. Di tengah desakan netizen untuk menegakkan sanksi tegas, semoga kasus ini menjadi cermin untuk semua pihak, bahwa kepercayaan masyarakat adalah sesuatu yang harus dijaga dengan segenap tanggung jawab.
(Mond/VV)
#OknumPolisiArogan #Viral #Polri