Dari Los Angeles ke Gaza: Narasi Kebakaran dan Kehancuran yang Mengundang Perdebatan Global
Kebakaran hebat di Los Angeles, Amerika Serikat. (NY Post/DOK)
D'On, Los Angeles, Amerika Serikat – Sebuah kobaran api raksasa yang melalap Los Angeles telah memicu gelombang perdebatan di media sosial, bahkan membawa refleksi menyakitkan tentang kehancuran Gaza, Palestina. Kebakaran yang terjadi sejak Selasa (7 Januari 2025) itu tidak hanya menelan korban jiwa dan kerugian materi yang luar biasa, tetapi juga menjadi simbol dari narasi yang lebih besar: hubungan antara kebijakan luar negeri Amerika Serikat, dukungannya terhadap Israel, dan penderitaan global yang semakin kompleks.
Hingga Sabtu (11 Januari 2025), kebakaran tersebut telah menewaskan 11 orang, memaksa lebih dari 180.000 orang mengungsi, dan menghancurkan lebih dari 37.000 hektare lahan. Diperkirakan, kerugian ekonomi akibat bencana ini mencapai angka fantastis, yakni sekitar Rp 2.121 triliun. Sementara ribuan petugas pemadam kebakaran dikerahkan, upaya memadamkan api masih menemui jalan terjal. Di tengah kesedihan ini, muncul narasi kontroversial yang mengaitkan tragedi di California dengan konflik di Timur Tengah, khususnya Gaza.
Narasi Karma: Suara Aktivis dan Kritik Global
Kelompok-kelompok aktivis di Amerika Serikat, termasuk komunitas Yahudi anti-Zionis, mulai menyuarakan pandangan tajam terhadap kebijakan luar negeri AS yang dinilai memberikan kontribusi signifikan terhadap kehancuran Gaza. Salah satu kelompok aktivis sayap kiri, Code Pink, dengan berani menyebut kebakaran hutan di Los Angeles sebagai "api karma." Dalam unggahan di Instagram, mereka menulis, "Ketika pajak AS digunakan untuk membakar orang hidup-hidup di Gaza, kita tidak bisa terkejut ketika api itu datang ke rumah kita."
Pernyataan ini didukung oleh Jewish Voice for Peace, kelompok Yahudi anti-Zionis yang berbasis di New York. Mereka mengkritik pemerintah AS karena mengalokasikan pajak warganya untuk mendanai apa yang mereka sebut sebagai "genosida Israel di Gaza." Dalam unggahan serupa, mereka menyatakan, "Alih-alih mengalokasikan sumber daya untuk membuat negara kita layak huni, pemerintah kita justru menghabiskan miliaran untuk menghancurkan kehidupan di Gaza."
Tak ketinggalan, suara keras datang dari Fatima Mohammed, pemimpin kelompok Within Our Lifetime, yang memposting gambar kebakaran Los Angeles dengan tajuk, "Api di Gaza tidak akan berhenti di sana." Ia menambahkan bahwa dampak pengeboman Gaza bukan hanya tragedi kemanusiaan, tetapi juga memiliki konsekuensi lingkungan global. "Menjatuhkan ratusan ribu bom di Gaza, menjadikannya lautan api, memiliki konsekuensi. Ada konsekuensi iklim yang akan memengaruhi kita semua," tegasnya.
Gaza: Antara Kehancuran dan Angka yang Mengguncang
Sementara kebakaran di Los Angeles menjadi sorotan dunia, Gaza terus menjadi simbol penderitaan manusia yang melampaui imajinasi. Serangan brutal Israel sejak 7 Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 46.000 orang, menurut laporan resmi. Namun, studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet oleh akademisi dari London School of Hygiene and Tropical Medicine dan Universitas Yale mengungkapkan bahwa jumlah korban sebenarnya bisa 40 persen lebih tinggi dari data yang dirilis.
Dengan populasi sekitar 2,5 juta jiwa, Gaza kini hanya bayang-bayang dari kota yang pernah berdiri tegak. Infrastruktur publik, termasuk rumah sakit, sekolah, rumah ibadah, dan perkantoran, telah hancur lebur akibat pengeboman tanpa henti. Israel tidak hanya membombardir Gaza, tetapi juga membatasi pergerakan warganya, memblokade bantuan kemanusiaan, dan memperparah penderitaan penduduk yang terperangkap dalam konflik tanpa akhir.
Banding Netizen: Los Angeles vs Gaza
Di media sosial, perbandingan antara kebakaran di Los Angeles dan kehancuran Gaza menjadi perdebatan yang memanas. Banyak netizen menilai bahwa penderitaan warga Los Angeles akibat kebakaran hutan, meski tragis, tidak sebanding dengan apa yang dialami masyarakat Gaza. "Di Gaza, mereka tidak hanya menghadapi api, tetapi juga pengeboman, blokade, dan ancaman genosida. Ini lebih dari sekadar bencana alam, ini adalah tragedi kemanusiaan yang disengaja," tulis seorang pengguna media sosial.
Ada pula yang menyoroti aspek spiritual dan moral dari tragedi ini, menyebut bahwa apa yang terjadi di Los Angeles adalah peringatan bagi dunia tentang konsekuensi dari kebijakan yang tidak adil. "Api di California bukan hanya bencana, tetapi juga panggilan untuk bertindak. Kita harus berhenti mendanai kehancuran dan mulai membangun dunia yang lebih adil," ungkap seorang aktivis lingkungan.
Pesan yang Menggema: Sebuah Dunia yang Terbakar
Baik Los Angeles maupun Gaza adalah simbol dari dunia yang terluka—satu karena kekuatan alam, yang lain karena tangan manusia. Di balik kobaran api dan puing-puing yang tersisa, ada pesan mendalam tentang keadilan, kemanusiaan, dan tanggung jawab bersama. Kebakaran Los Angeles mungkin akan berlalu, tetapi luka Gaza terus membekas, mengingatkan kita akan urgensi untuk mencari perdamaian dan memperbaiki kesalahan masa lalu.
Tragedi ini bukan hanya tentang apa yang terbakar, tetapi juga tentang apa yang harus kita bangun: solidaritas, keadilan, dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.
(The Times of Israel)
#KebakaranLosAngeles #Peristiwa #Internasional #AmerikaSerikat