Breaking News

Diduga Karena Mahar Anggota TNI di NTT Tewas Gantung Diri

Ilustrasi Bunuh Diri

D'On, NTT -
Kabar duka datang dari Rote Ndao, sebuah pulau kecil di Nusa Tenggara Timur (NTT), ketika seorang anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) ditemukan tewas tergantung pada sebuah pohon di wilayah tersebut. Tragedi ini menjadi sorotan setelah video penemuan jasadnya beredar luas di media sosial, memantik rasa haru dan tanda tanya dari masyarakat.

Korban Adalah Anggota Babinsa yang Dikenal Baik

Korban, yang diketahui berinisial AT, bertugas sebagai Bintara Pembina Desa (Babinsa) di Kelurahan Olafulihaa, Kecamatan Pantai Baru. Kapuspen TNI, Mayjen Hariyanto, membenarkan kejadian tersebut. Ia mengungkapkan bahwa AT ditemukan dalam kondisi tak bernyawa pada Minggu pagi, 12 Januari 2025.

"Benar, anggota TNI inisial AT dari Kodim 1627/Rote Ndao ditemukan gantung diri di wilayah tugasnya. Saat ini, kami masih mendalami motif di balik tindakan tragis tersebut," ujar Hariyanto dalam pernyataannya pada Selasa, 14 Januari 2025.

Jasad AT segera dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ba’a untuk dilakukan visum. Hasil sementara menunjukkan tidak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Namun, pertanyaan besar tentang apa yang mendorong seorang prajurit yang dikenal berdedikasi ini memilih mengakhiri hidupnya tetap menyisakan misteri.

Cinta yang Tak Sampai: Mahar Rp250 Juta Jadi Beban Berat

Dugaan sementara mengarah pada masalah asmara sebagai penyebab utama. Berdasarkan keterangan dari rekan-rekannya, AT sempat mencurahkan isi hatinya sehari sebelum kejadian. Ia mengaku tengah menghadapi tekanan besar karena tidak mampu memenuhi permintaan mahar sebesar Rp250 juta dari pihak keluarga kekasihnya.

Dalam unggahan terakhir di media sosialnya, AT menulis kalimat-kalimat yang penuh dengan kekecewaan dan kesedihan. Ia mengisyaratkan bahwa hubungan asmaranya berada di ujung tanduk karena ketidakmampuannya menyediakan mahar yang diminta. Beberapa teman dekatnya mengungkapkan bahwa AT merasa gagal sebagai laki-laki karena tidak dapat memenuhi tuntutan tersebut, meskipun ia telah berusaha keras.

“Dia sempat cerita, merasa tertekan karena mahar itu. Dia bilang tidak tahu harus bagaimana lagi, karena dia sudah kehabisan cara untuk memenuhi permintaan tersebut,” ujar salah satu rekan AT yang tidak ingin disebutkan namanya.

Panggilan Tugas dan Beban Pribadi

Sebagai seorang Babinsa, AT dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai pribadi yang ramah dan bertanggung jawab. Ia sering membantu warga desa dalam berbagai aktivitas, mulai dari kegiatan sosial hingga pendampingan dalam proyek pembangunan. Namun, di balik seragam kebanggaannya, AT menyimpan beban pribadi yang begitu berat, yang akhirnya tak mampu ia tanggung.

Tragedi ini membuka mata banyak pihak tentang tekanan yang sering kali dihadapi anggota TNI, tidak hanya dari tugas negara, tetapi juga dari kehidupan pribadinya. Mahar, yang dalam tradisi dianggap sebagai simbol penghormatan dan cinta, kini menjadi sorotan karena dianggap menjadi pemicu tekanan mental yang berat bagi AT.

Pelajaran dari Tragedi AT

Kisah AT adalah potret pilu tentang bagaimana masalah pribadi dapat memengaruhi seseorang, tak peduli seberapa kuat ia terlihat di mata orang lain. Tragedi ini menjadi pengingat bahwa di balik seragam dan tugas mulia, seorang prajurit juga manusia biasa yang bisa mengalami kesedihan, kekecewaan, dan keterpurukan.

Saat ini, pihak TNI bersama keluarga AT masih mendalami motif dan latar belakang yang lebih mendalam atas kejadian ini. Publik pun berharap agar peristiwa serupa tidak terulang dan menjadi pembelajaran, terutama tentang pentingnya dukungan emosional bagi siapa pun yang tengah menghadapi tekanan hidup.

(Mond)

#Peristiwa #UangMahar #TNI #BunuhDiri #Militer