Drama di Balik Meja: Fakta dan Klarifikasi Terkait Staf Perempuan yang Bersembunyi di Ruang Camat Asemrowo
Dari kiri: Kepala Diskominfo Surabaya M. Fikser, Camat Asemrowo Mohammad Khusnul Amin, Alfian, dan Devi, di kantor Kecamatan Asemrowo, Rabu (8/1/2025).
D'On, Surabaya – Sebuah insiden di kantor Kecamatan Asemrowo, Kota Surabaya, mendadak menjadi perbincangan hangat di media sosial. Sorotan publik tertuju pada seorang staf perempuan yang ditemukan bersembunyi di bawah meja kerja Camat Asemrowo, Mohammad Khusnul Amin. Peristiwa ini pun memancing berbagai spekulasi hingga menimbulkan kesalahpahaman di kalangan masyarakat.
Kejadian tersebut bermula ketika sekelompok orang mendatangi kantor Kecamatan Asemrowo pada Senin siang (6/1). Mereka bermaksud menemui Camat untuk menyampaikan protes terkait penertiban bangunan liar (bangli) di wilayah tersebut. Namun, karena tidak kunjung ditemui, mereka langsung menggerebek ruang kerja sang Camat. Di sinilah mereka menemukan staf perempuan yang panik dan bersembunyi di bawah meja.
Apa sebenarnya yang terjadi? Berikut penjelasan rinci dari pihak terkait.
Kronologi Penertiban Bangli yang Berujung Ricuh
Camat Asemrowo, Mohammad Khusnul Amin, dalam konferensi pers pada Rabu (8/1), menjelaskan bahwa insiden ini bermula dari kegiatan penertiban bangunan liar di wilayahnya. Langkah tersebut diambil atas permintaan warga yang merasa terganggu oleh keberadaan bangunan-bangunan ilegal.
“Di bawah jembatan Dukuh Rukun Barat, ada sekitar 20 bangli yang mengganggu akses lalu lintas menuju RW 5, 6, 7, dan 8. Setelah kami memberikan peringatan sebanyak tiga kali, akhirnya bangunan tersebut kami tertibkan,” ungkap Amin.
Selain itu, penertiban juga dilakukan di bawah jembatan Tol Asemrowo serta pada beberapa bangunan di area Rumah Potong Hewan (RPH) ayam. Menurut Amin, semua proses berjalan lancar dengan sosialisasi dan peringatan yang telah diberikan sebelumnya.
Namun, permasalahan muncul ketika tim kecamatan mulai menertibkan bangunan liar di wilayah barat Tol Tambak Mayor. Salah satu pemilik bangli memprotes karena merasa hanya bangunannya saja yang ditertibkan. Ketidakpuasan ini memicu aksi protes yang lebih besar.
Gerombolan Ormas Datang, Situasi Memanas
Pemilik bangunan tersebut, bersama sekelompok orang yang diduga berasal dari organisasi masyarakat (ormas), mendatangi kantor Kecamatan Asemrowo. Mereka meminta klarifikasi langsung dari Camat Amin dan bahkan sempat menghubunginya melalui telepon.
Namun, saat itu Amin sedang mengikuti rapat daring (Zoom meeting) bersama stafnya, sehingga tidak dapat langsung menemui mereka. “Pagi itu saya sedang rapat untuk membuat inovasi program. Ada Mbak Devi dan Mas Alfian di ruangan saya untuk koordinasi. Saat mereka datang dan berteriak-teriak, saya memilih menyelesaikan rapat terlebih dahulu,” jelas Amin.
Ketegangan meningkat ketika kelompok tersebut memaksa masuk ke ruang kerja Amin. Mereka menuduh ada seorang perempuan di dalam ruangan dan mulai merekam situasi menggunakan ponsel.
Devi: “Saya Hanya Ketakutan, Bukan Melakukan Hal yang Aneh”
Di tengah situasi mencekam itu, Devi, staf perempuan yang berada di ruangan Amin, panik dan bersembunyi di bawah meja. Dalam konferensi pers, Devi membantah keras segala tuduhan miring yang beredar.
“Saat itu, saya bersama Mas Alfian sedang koordinasi terkait Zoom meeting dengan Pak Wali Kota. Tiba-tiba, ada suara teriakan dan gedoran di pintu dan jendela ruangan Pak Camat. Saya ketakutan,” ungkap Devi dengan suara bergetar.
Sebagai seorang perempuan, Devi mengaku trauma dengan kejadian tersebut. “Saya takut mereka membawa senjata tajam atau melakukan sesuatu yang berbahaya. Saya spontan bersembunyi di bawah meja. Ini murni karena panik, bukan karena saya melakukan sesuatu yang tidak pantas,” tegasnya.
Devi juga menambahkan bahwa pakaian dan tindakannya saat itu tidak mencurigakan. Ia merasa difitnah oleh rekaman video yang beredar di media sosial. “Kami sedang bekerja, tidak ada hal aneh-aneh di ruangan Pak Camat. Semua staf bagian sekretariat juga tahu saya dipanggil ke ruangan pukul 10 pagi,” tambahnya.
Langkah Hukum: Camat Akan Lapor Polisi
Amin tidak tinggal diam atas peristiwa ini. Ia berencana melaporkan kelompok yang mendatangi kantornya ke pihak berwajib. “Kami mempertimbangkan untuk melapor ke Polda Jatim karena tindakan mereka melanggar UU ITE dan telah merugikan saya secara pribadi serta keluarga saya,” tegas Amin.
Menurutnya, tindakan kelompok tersebut tidak hanya melanggar etika, tetapi juga mengintimidasi staf kecamatan yang tengah menjalankan tugas. “Cara-cara mereka tidak sopan, bahkan bisa dikatakan kurang beradab. Ini tidak bisa dibiarkan,” ujarnya.
Epilog: Antara Kesalahpahaman dan Ketegasan
Insiden di Kecamatan Asemrowo ini menjadi pelajaran penting tentang pentingnya komunikasi yang baik di tengah konflik. Meski berawal dari permasalahan penertiban bangunan liar, situasi menjadi tidak terkendali akibat emosi yang memuncak dan tuduhan yang tidak berdasar.
Bagi Camat Asemrowo dan stafnya, peristiwa ini menjadi ujian untuk menjaga integritas dan transparansi. Sementara itu, langkah hukum yang akan ditempuh diharapkan dapat memberikan keadilan serta mencegah kejadian serupa di masa depan.
Kejadian ini meninggalkan pertanyaan mendalam: di tengah dunia yang semakin transparan, bagaimana kita menjaga etika dan saling menghormati dalam menyelesaikan masalah? Jawabannya mungkin akan terus menjadi bahan refleksi bagi semua pihak.
(Mond)
#Viral #Peristiwa