Breaking News

Drama Pemerasan Rp 20 Miliar oleh Oknum Polisi: Bos Prodia dan Kasus Pembunuhan Tragis di Jakarta Selatan

Ilustrasi 

D'On, Jakarta
Kasus mengejutkan mencuat ke permukaan, melibatkan seorang oknum perwira polisi berpangkat AKBP yang diduga memeras bos jaringan klinik laboratorium terkenal, Prodia. Tidak tanggung-tanggung, jumlah uang yang diminta mencapai Rp 20 miliar dengan iming-iming menghentikan penyidikan atas kasus hukum yang menjerat anak bos tersebut. Drama ini bermula dari kasus pembunuhan keji yang menimpa dua remaja di Jakarta Selatan.

Awal Mula Kasus: Pembunuhan Tragis Remaja

Dikutip dari Nusakata pada Sabtu (25/1/2025), akar permasalahan ini dimulai dari kasus pembunuhan dua remaja berinisial N (16) dan X (17) pada April 2024. Kedua korban tewas setelah diduga dipaksa mengonsumsi narkoba dan mengalami pelecehan seksual. Kasus ini segera menjadi sorotan, tidak hanya karena kekejamannya tetapi juga karena pelakunya diduga memiliki koneksi dengan tokoh penting.

Laporan mengenai kasus ini teregister dengan nomor LP/B/1181/IV/2024/SPKT/Polres Metro Jaksel dan LP/B/1179/IV/2024/SPKT/Polres Metro Jaksel. Dalam penyidikan, dua nama mencuat sebagai tersangka utama: Arif Nugroho dan Muhammad Bayu Hartanto, yang belakangan diketahui merupakan anak bos Prodia.

Pemerasan oleh Oknum Perwira

Ketika kasus pembunuhan ini ditangani oleh Polres Metro Jakarta Selatan, muncul dugaan serius bahwa seorang perwira berpangkat AKBP memanfaatkan posisinya untuk meminta sejumlah uang fantastis. Dengan dalih dapat menghentikan penyidikan dan menjamin kebebasan tersangka, perwira tersebut disebut meminta uang Rp 20 miliar kepada keluarga tersangka.

Iming-iming ini tidak berhenti di situ. Oknum polisi itu juga diduga mengintimidasi keluarga korban agar mencabut laporan. Sebagai kompensasi, keluarga korban dijanjikan uang Rp 50 juta yang diserahkan melalui seseorang berinisial J, serta tambahan Rp 300 juta melalui seseorang berinisial R pada Mei 2024.

Keluarga Tersangka Merasa Ditipu

Namun, drama berubah arah pada 17 Mei 2024. Saat itu, Arif dan Bayu—tersangka dalam kasus pembunuhan—mengajukan komplain resmi kepada polisi. Mereka mempertanyakan mengapa penyidikan kasus tetap berlanjut, padahal keluarganya sudah menyerahkan uang Rp 20 miliar seperti yang diminta oleh oknum perwira tersebut.

Tak hanya uang, aset-aset mewah milik bos Prodia, seperti mobil Ferrari dan motor Harley Davidson, juga disita oleh pihak berwenang. Langkah ini semakin memicu kecurigaan bahwa ada tindakan melampaui kewenangan dalam proses penyidikan.

Langkah Hukum Melawan Oknum Polisi

Merasa dikhianati dan dipermainkan, keluarga tersangka memutuskan untuk melawan. Pada 6 Januari 2025, mereka menggugat oknum perwira tersebut secara perdata. Dalam gugatan ini, mereka menuntut pengembalian uang Rp 20 miliar serta aset-aset yang dianggap disita secara tidak sah.

Kasus ini kini menjadi perhatian publik. Bukan hanya karena jumlah uang yang fantastis, tetapi juga karena melibatkan seorang aparat penegak hukum yang seharusnya melindungi keadilan.

Kecaman dari Aktivis dan Masyarakat

Dugaan pemerasan ini menuai kecaman keras dari berbagai pihak, termasuk aktivis perlindungan anak. Salah satu aktivis yang enggan disebutkan namanya menyoroti dampak besar kasus ini terhadap citra institusi kepolisian.

“Ini bukan sekadar masalah pemerasan. Ini soal penghancuran kepercayaan publik terhadap Polri. Bagaimana masyarakat bisa percaya pada hukum jika penegaknya justru menjadi bagian dari masalah?” ujarnya dengan nada geram.

Klarifikasi Polri yang Dinanti

Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari Polri terkait dugaan keterlibatan oknum perwira menengah dalam kasus pemerasan ini. Publik menunggu respons institusi kepolisian untuk menegakkan transparansi dan keadilan di tengah polemik yang semakin memanas.

Mata Publik Tertuju pada Kasus Ini

Kasus ini menjadi ujian besar bagi integritas aparat penegak hukum di Indonesia. Di satu sisi, ada kejahatan mengerikan yang menimpa dua remaja tak bersalah. Di sisi lain, dugaan penyalahgunaan kekuasaan oleh oknum polisi menciptakan luka baru dalam sistem peradilan.

Masyarakat kini berharap kasus ini ditangani secara transparan dan tegas, agar kepercayaan terhadap institusi hukum dapat dipulihkan. Satu hal yang jelas, kasus ini menjadi pengingat betapa pentingnya menjaga integritas dan profesionalisme di tubuh penegak hukum.

(B1)

#OknumPolisiPerasBosProdia #Pemerasan #Polri