Fenomena "Cewek Standar TikTok": Ekspektasi Kecantikan dan Dampaknya pada Masyarakat
ilustrasi tikTok (istimewa
Dirgantaraonline - Di era media sosial, standar kecantikan tidak lagi hanya ditentukan oleh industri hiburan atau dunia mode. Platform seperti TikTok telah menjadi pusat tren yang membentuk persepsi tentang bagaimana seseorang harus tampil dan berperilaku agar dianggap menarik atau ideal. Fenomena "cewek standar TikTok" mencerminkan tekanan sosial yang muncul akibat ekspektasi visual dan gaya hidup tertentu yang sering kali tidak realistis.
Namun, di balik tren ini, ada dampak psikologis dan sosial yang perlu disoroti. Banyak individu, terutama remaja, merasa perlu menyesuaikan diri dengan standar yang ditetapkan oleh algoritma dan tren di TikTok, yang sering kali diperkuat oleh filter, pengeditan, dan representasi kecantikan yang homogen. Artikel ini akan membahas bagaimana fenomena ini berkembang, dampaknya terhadap kesehatan mental dan hubungan sosial, serta langkah-langkah untuk menghadapi pengaruh negatifnya.
Apa Itu "Cewek Standar TikTok"?
Istilah "cewek standar TikTok" merujuk pada perempuan yang dianggap memenuhi standar estetika populer di TikTok, sering kali ditandai dengan:
Fitur Wajah yang "Ideal"
Kulit mulus dan bercahaya tanpa noda
Bentuk wajah simetris dengan rahang tegas
Hidung kecil dan ramping
Bibir penuh yang sering diperkuat dengan lip liner dan lip gloss
Gaya Berpakaian dan Tata Rias
Makeup flawless dengan contouring yang menonjolkan fitur wajah
Fashion yang sesuai dengan tren TikTok, seperti gaya soft girl, clean girl, atau Y2K
Rambut yang ditata rapi dengan warna dan gaya tertentu
Sikap dan Perilaku yang Dianggap Menarik
Kepribadian yang "aesthetic" dengan keseharian yang terlihat sempurna
Gerakan tubuh dan ekspresi wajah yang dikurasi untuk menarik perhatian
Kesempurnaan dalam konten, dari latar belakang hingga pencahayaan yang sempurna
Tren ini tidak hanya terbentuk secara alami tetapi juga diperkuat oleh algoritma TikTok yang mendorong video dengan estetika tertentu untuk menjadi viral.
Dampak Psikologis: Tekanan untuk Menjadi "Sempurna"
1. Krisis Kepercayaan Diri
TikTok adalah platform berbasis visual yang sangat menekankan aspek estetika. Paparan terus-menerus terhadap citra kecantikan ideal membuat banyak individu merasa tidak cukup baik atau tidak memenuhi standar.
Meningkatnya Insecure dan Perbandingan Sosial
Penonton sering kali membandingkan diri mereka dengan konten kreator yang tampak sempurna tanpa menyadari bahwa banyak video telah melalui proses editing atau filter.
Fenomena "Dysmorphia Digital"
Banyak remaja mengalami body dysmorphic disorder (BDD) akibat sering melihat versi "sempurna" diri mereka sendiri melalui filter dan merasa tidak nyaman dengan penampilan asli mereka di luar dunia digital.
2. Kesehatan Mental yang Terganggu
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa paparan terhadap standar kecantikan yang tidak realistis di media sosial dapat memicu masalah mental seperti:
Depresi dan kecemasan akibat tekanan sosial untuk tampil ideal
Gangguan makan, seperti anoreksia atau bulimia, karena keinginan untuk memiliki tubuh yang sesuai dengan standar TikTok
Ketergantungan pada validasi eksternal, di mana seseorang merasa harga dirinya bergantung pada jumlah likes, views, dan komentar di media sosial
Dampak Sosial: Perubahan Dinamika dalam Hubungan
1. Ekspektasi yang Tidak Realistis dalam Hubungan
Standar yang dibentuk di TikTok tidak hanya memengaruhi cara orang memandang diri sendiri tetapi juga bagaimana mereka melihat pasangan potensial.
Pria Mulai Mencari Pasangan Berdasarkan Tren
Banyak pria yang tanpa sadar mengadopsi standar kecantikan TikTok sebagai acuan dalam mencari pasangan. Akibatnya, mereka mungkin memiliki ekspektasi yang tidak realistis terhadap perempuan di dunia nyata.
Perempuan Merasa Harus Selalu Tampil Sempurna
Banyak perempuan merasa harus selalu tampil menarik di media sosial, bahkan dalam hubungan, karena takut kehilangan daya tariknya di mata pasangan.
2. Normalisasi Gaya Hidup yang Tidak Realistis
TikTok juga mempromosikan gaya hidup yang tampak sempurna—mulai dari kebiasaan skincare yang mahal hingga rutinitas olahraga ekstrem. Banyak yang merasa tertekan untuk mengikuti gaya hidup ini, meskipun itu tidak sesuai dengan kondisi keuangan atau kenyamanan pribadi mereka.
Bagaimana Mengatasi Pengaruh Negatifnya?
1. Meningkatkan Literasi Digital
Kesadaran bahwa banyak konten di TikTok telah diedit atau dikurasi adalah langkah pertama untuk membangun perspektif yang lebih sehat.
Pahami bagaimana algoritma bekerja sehingga kita tidak terjebak dalam loop konten yang memperkuat standar kecantikan tertentu.
Sadarilah bahwa filter dan editing bisa menipu—banyak wajah "sempurna" di TikTok tidak terlihat seperti itu di dunia nyata.
2. Fokus pada Pengembangan Diri daripada Validasi Online
Daripada berusaha memenuhi standar kecantikan TikTok, lebih baik fokus pada hal-hal yang benar-benar membawa kebahagiaan dan kepuasan diri.
Perkuat kepercayaan diri dari dalam dengan menghargai keunikan diri sendiri.
Kembangkan keterampilan dan minat pribadi yang tidak bergantung pada validasi media sosial.
3. Batasi Konsumsi Media Sosial
Meskipun TikTok bisa menghibur, terlalu banyak waktu di platform ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental.
Buat batasan waktu penggunaan media sosial untuk mengurangi paparan terhadap standar kecantikan yang tidak realistis.
Ikuti kreator yang mempromosikan body positivity dan self-love untuk mendapatkan perspektif yang lebih sehat.
4. Bangun Komunitas yang Mendukung
Lingkungan yang mendukung dapat membantu seseorang tetap percaya diri meskipun tidak memenuhi standar kecantikan media sosial.
Cari teman dan komunitas yang menghargai kepribadian daripada penampilan.
Diskusikan tekanan media sosial secara terbuka agar tidak merasa sendirian dalam menghadapi fenomena ini.
Menghargai Diri di Tengah Standar Digital
Fenomena "cewek standar TikTok" adalah refleksi dari bagaimana media sosial telah membentuk standar kecantikan yang semakin sempit dan sulit dicapai. Sementara tren ini terus berkembang, penting bagi setiap individu untuk menyadari bahwa keindahan tidak hanya terbatas pada standar yang diciptakan oleh algoritma.
Dengan meningkatkan literasi digital, fokus pada pengembangan diri, membatasi konsumsi media sosial, dan membangun komunitas yang mendukung, kita dapat menghindari tekanan untuk memenuhi standar yang tidak realistis dan lebih menghargai keunikan diri sendiri.
Pada akhirnya, kecantikan sejati tidak ditentukan oleh filter atau tren TikTok, melainkan oleh bagaimana kita menerima dan mencintai diri sendiri apa adanya.
(***)
#AplikasiTikTok #Gayahidup #Lifestyle