Breaking News

Fenomena Sharenting dan Bahaya Penyakit ‘Ain: Ancaman Tersembunyi di Era Digital

Ilustrasi 

Dirgantaraonline
- Di era digital yang serba terhubung, membagikan momen kehidupan di media sosial telah menjadi kebiasaan banyak orang. Salah satu tren yang berkembang adalah sharenting, yaitu kebiasaan orang tua membagikan informasi, foto, atau video anak-anak mereka secara berlebihan di dunia maya.

Namun, tanpa disadari, tindakan ini bisa membawa dampak buruk, salah satunya adalah bahaya penyakit ‘Ain. Dalam ajaran Islam, ‘Ain adalah efek negatif dari pandangan iri atau kagum yang bisa mendatangkan bahaya bagi seseorang. Fenomena ini mengundang pertanyaan mendalam: sejauh mana sharenting berkontribusi terhadap risiko penyakit ‘Ain?

Artikel ini akan membahas secara rinci tentang konsep sharenting, bahayanya, dan bagaimana kaitannya dengan penyakit ‘Ain yang kerap dianggap sepele, tetapi bisa berdampak serius.

Apa Itu Sharenting?

Istilah sharenting berasal dari gabungan kata share (berbagi) dan parenting (pengasuhan). Artinya, ini adalah praktik di mana orang tua secara rutin membagikan foto, video, atau cerita tentang anak-anak mereka di media sosial.

Sejak anak lahir, bahkan sebelum mereka bisa memahami dunia digital, banyak orang tua yang sudah membuatkan akun media sosial bagi mereka. Foto bayi baru lahir, momen pertama kali berjalan, ulang tahun, hingga kegiatan sehari-hari sering diunggah ke platform seperti Instagram, Facebook, dan TikTok.

Tujuannya mungkin baik—untuk mendokumentasikan pertumbuhan anak, berbagi kebahagiaan dengan keluarga dan teman, atau bahkan mencari pengakuan sosial. Namun, kebiasaan ini juga memiliki konsekuensi yang serius, baik dalam aspek keamanan, privasi, hingga spiritualitas.

Bahaya Sharenting yang Sering Diabaikan

1. Risiko Keamanan dan Privasi

Banyak orang tua tidak menyadari bahwa membagikan informasi anak secara online bisa membuka celah bagi kejahatan digital.

  • Pencurian Identitas: Informasi seperti nama lengkap, tanggal lahir, dan lokasi sekolah dapat dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan.
  • Eksploitasi Anak: Foto dan video anak dapat disalahgunakan oleh predator online atau digunakan dalam konteks yang tidak pantas.
  • Jejak Digital Seumur Hidup: Apa yang dibagikan di internet sulit dihapus sepenuhnya. Anak-anak yang tumbuh besar mungkin merasa tidak nyaman dengan jejak digital yang dibuat oleh orang tua mereka tanpa izin.

2. Dampak Psikologis bagi Anak

Ketika orang tua terlalu sering membagikan kehidupan anak secara online, mereka berisiko mengabaikan hak anak atas privasi dan kendali atas citra diri mereka.

  • Anak bisa tumbuh dengan tekanan untuk selalu tampil sempurna di depan publik.
  • Mereka mungkin merasa bahwa kehidupan mereka adalah konsumsi publik sejak dini.
  • Ketika dewasa, mereka bisa mengalami perasaan malu atau tidak nyaman dengan jejak digital yang sudah terbentuk sejak kecil.

3. Memancing Iri Hati dan Penyakit ‘Ain

Dalam Islam, ada konsep yang dikenal sebagai penyakit ‘Ain, yaitu bahaya yang muncul akibat pandangan iri atau rasa kagum yang berlebihan.

  • Penyakit ‘Ain bisa terjadi ketika seseorang merasa iri atau terlalu kagum pada sesuatu tanpa menyertakan doa atau dzikir kepada Allah.
  • Jika ada orang yang melihat foto atau video anak kita dengan perasaan iri, energi negatif itu bisa berdampak buruk.
  • Rasulullah SAW bersabda: “‘Ain itu nyata. Seandainya ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, maka itu adalah ‘Ain.” (HR. Muslim)

Bagaimana Sharenting Memperbesar Risiko Penyakit ‘Ain?

Penyakit ‘Ain sering kali datang tanpa disadari. Ketika orang tua membagikan momen kebahagiaan anak mereka—misalnya pencapaian akademik, prestasi olahraga, atau bahkan sekadar foto lucu—tidak semua orang yang melihat memiliki hati yang bersih.

Beberapa orang mungkin merasa iri, atau bahkan tanpa sengaja mengagumi dengan cara yang bisa membawa dampak buruk. Apalagi di media sosial, kita tidak bisa memastikan siapa saja yang melihat dan bagaimana perasaan mereka saat melihat unggahan kita.

Bagaimana Mencegah Bahaya Sharenting dan Penyakit ‘Ain?

1. Selektif dalam Membagikan Informasi

Tidak semua momen harus dibagikan ke media sosial. Pastikan untuk memilah mana yang aman dan mana yang berpotensi mengundang bahaya.

  • Hindari membagikan informasi sensitif seperti nama lengkap, sekolah, atau kebiasaan sehari-hari anak.
  • Kurangi membagikan foto anak dalam keadaan yang terlalu pribadi, seperti saat mandi atau tidur.

2. Gunakan Fitur Privasi dengan Bijak

Pastikan akun media sosial dalam mode privat dan hanya membagikan konten kepada orang-orang terpercaya.

  • Jangan izinkan orang asing mengikuti akun yang berisi informasi pribadi keluarga.
  • Hindari mengaktifkan fitur lokasi yang dapat menunjukkan keberadaan anak.

3. Jaga Niat dan Doakan Anak

Sebagai orang tua, kita harus selalu mengingat untuk mengiringi kebahagiaan dengan doa dan perlindungan dari Allah.

  • Sebelum membagikan sesuatu, biasakan membaca doa perlindungan seperti:
    “A’udzu bi kalimatillahi at-tammati min kulli syaithanin wa hammah wa min kulli ‘ainin lammah” (Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari setiap setan dan binatang berbisa serta dari pandangan mata yang jahat).
  • Jika melihat sesuatu yang menarik atau indah, biasakan mengucapkan Masya Allah untuk menghindari dampak buruk dari ‘Ain.

4. Edukasi Diri tentang Bahaya Sharenting

Sebagai orang tua, penting untuk terus belajar tentang dampak media sosial terhadap anak dan bagaimana menggunakannya secara bijak.

  • Ikuti seminar atau baca buku tentang keamanan digital dan parenting di era media sosial.
  • Ajarkan anak tentang konsep privasi sejak dini agar mereka juga lebih berhati-hati saat menggunakan media sosial di masa depan.

Fenomena sharenting mungkin terlihat sebagai hal yang lumrah di era digital, tetapi di balik itu terdapat risiko besar, baik dari segi keamanan, psikologis anak, maupun bahaya spiritual seperti penyakit ‘Ain.

Sebagai orang tua, kita harus lebih bijak dalam membagikan kehidupan anak-anak kita di dunia maya. Tidak semua momen harus diunggah, dan tidak semua orang harus tahu tentang perkembangan anak kita. Selain melindungi mereka dari risiko kejahatan digital, kita juga harus menjaga mereka dari bahaya yang tak terlihat seperti penyakit ‘Ain.

Dengan bersikap lebih selektif, menjaga niat, dan selalu mengiringi kebahagiaan dengan doa, kita bisa tetap menikmati era digital tanpa mengorbankan keamanan dan kesejahteraan anak-anak kita.

Ingatlah, tidak semua kebahagiaan harus diumumkan ke dunia. Kadang, kebahagiaan yang dijaga dalam diam adalah yang paling aman.

(Mond)

#Sharenting #PenyakitAin #Islami #Religi