Israel-Hamas Sepakati Gencatan Senjata: Awal Baru untuk Gaza dan Wilayah Konflik?
Temple Mount, yang dikenal umat Islam sebagai Tempat Suci Mulia, atau kompleks Masjid Al-Aqsa, dilihat dari Bukit Zaitun di Yerusalem Sabtu, 21 Oktober 2023. (AP Photo/Jon Gambrell)
D'On, Gaza – Setelah 15 bulan konflik sengit yang menewaskan puluhan ribu orang dan menghancurkan wilayah Gaza, Israel dan Hamas akhirnya mencapai kesepakatan gencatan senjata yang bersejarah. Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, mengumumkan kabar ini dalam konferensi pers di Doha, seraya mengungkapkan harapan untuk perdamaian yang lebih berkelanjutan di Timur Tengah.
Kesepakatan ini melibatkan pertukaran sandera antara kedua belah pihak dan membuka jalan bagi bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan warga Gaza. Sheikh Mohammed menyebut bahwa proses negosiasi yang berlangsung selama berbulan-bulan difasilitasi oleh mediator dari Mesir dan Qatar, menunjukkan peran penting diplomasi regional dalam meredakan konflik yang terus membara.
Latar Belakang Konflik: Sebuah Tragedi yang Tak Terhitung
Selama lebih dari setahun terakhir, Gaza menjadi saksi kehancuran yang masif. Menurut data dari kementerian kesehatan di Gaza, serangan militer Israel telah menyebabkan lebih dari 46 ribu korban jiwa, termasuk ribuan anak-anak. Kerusakan besar pada infrastruktur vital, seperti rumah sakit, sekolah, dan perumahan, telah membuat ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal.
Namun, harapan baru kini muncul. Gencatan senjata ini dijadwalkan dimulai pada 19 Januari, sehari sebelum pelantikan Presiden terpilih AS, Donald Trump, yang dipandang sebagai momen kritis dalam geopolitik global.
Tahapan Kesepakatan Gencatan Senjata
Kesepakatan ini dirancang dalam tiga tahap utama, yang masing-masing memiliki implikasi signifikan bagi kedua belah pihak.
Tahap Pertama
- Pembebasan Sandera: Hamas setuju untuk membebaskan 33 sandera Israel, termasuk wanita, anak-anak, dan pria lanjut usia.
- Pembebasan Tahanan Palestina: Israel akan membebaskan sekitar 2.000 tahanan Palestina, termasuk 250 tahanan yang sebelumnya divonis hukuman seumur hidup.
- Perawatan Medis: Israel akan mengizinkan warga Gaza yang terluka untuk bepergian guna menerima perawatan medis.
- Pembukaan Penyeberangan Rafah: Tujuh hari setelah tahap pertama dimulai, Israel akan membuka penyeberangan penting ini yang menghubungkan Gaza dengan Mesir.
- Penarikan Pasukan Israel: Militer Israel akan mundur hingga 700 meter dari wilayah Gaza, dengan langkah awal ini dipandang sebagai gestur ke arah deeskalasi.
Tahap Kedua
Jika tahap pertama berjalan lancar, Hamas berkomitmen membebaskan seluruh sandera yang masih hidup, sebagian besar di antaranya adalah tentara pria. Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan lebih banyak tahanan Palestina dan memulai penarikan penuh pasukannya dari Gaza.
Tahap Ketiga
Pada tahap akhir, jenazah tawanan yang tersisa akan diserahkan oleh Hamas. Sebagai gantinya, rencana rekonstruksi tiga hingga lima tahun untuk Gaza akan dimulai di bawah pengawasan internasional. Namun, hingga kini belum ada kesepakatan tentang siapa yang akan mengelola Gaza pasca-gencatan senjata. Amerika Serikat telah mendesak agar Otoritas Palestina versi reformasi mengambil alih kendali.
Reaksi Dunia dan Harapan Baru
Presiden AS yang sedang menjabat, Joe Biden, menyambut baik kesepakatan ini, dengan menekankan pentingnya menghentikan kekerasan dan membuka jalur bantuan kemanusiaan bagi warga Gaza. "Ini adalah langkah yang sangat diperlukan untuk menyatukan kembali keluarga dan mengembalikan stabilitas di kawasan," ujar Biden dalam pernyataannya.
Di Gaza, kabar ini disambut dengan suka cita. Ribuan warga merayakannya dengan berkumpul di jalan-jalan, melambaikan bendera, dan meneriakkan "Allahu Akbar". Ghada, seorang ibu dari lima anak yang telah kehilangan rumahnya, tak kuasa menahan tangis. "Ini adalah air mata kebahagiaan. Saya hanya ingin keluarga saya selamat dan hidup damai," ungkapnya.
Tantangan dan Masa Depan
Meski kesepakatan ini menjadi titik terang, tantangan besar masih membayangi. Rencana rekonstruksi besar-besaran membutuhkan dukungan internasional yang solid, sementara perbedaan pandangan mengenai siapa yang akan memimpin Gaza pasca-gencatan senjata masih menjadi teka-teki.
Apakah ini awal baru bagi Gaza dan kawasan? Atau hanya jeda sementara sebelum konflik kembali memanas? Dunia kini menanti dengan penuh harapan, tetapi juga kehati-hatian.
(Reuters)
#Internasional #GenjatanSenjata #Hamas #Israel #Palestina #Gaza