Breaking News

Israel Tewaskan 122 Warga Palestina Pasca Pengumuman Gencatan Senjata

Bangunan-bangunan yang hancur di Beit Hanoun di Jalur Gaza, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, seperti yang terlihat dari Israel selatan, Selasa (7/1/2025). Foto: Kai Pfaffenbach/REUTERS

D'On, Gaza -
Sejak disepakatinya gencatan senjata antara Hamas dan Israel di Gaza, tragedi kemanusiaan terus berlangsung. Badan Pertahanan Sipil Palestina melaporkan bahwa setidaknya 122 warga sipil telah tewas dalam serangan Israel, termasuk 33 anak-anak dan 33 wanita. Jumlah korban luka pun tak kalah mencengangkan, dengan lebih dari 270 orang mengalami cedera akibat serangan tersebut.

Menurut Mahmoud Basal, juru bicara badan itu, jumlah korban tewas terbesar berasal dari Kota Gaza, yaitu 92 orang, diikuti oleh 19 korban di Khan Younis, 10 orang di wilayah Gaza tengah, dan dua lainnya di Rafah yang terletak di selatan. Data ini menggambarkan penderitaan yang merata di seluruh wilayah, menyoroti betapa besarnya dampak serangan ini terhadap warga sipil.

Serangan di Gaza dan Eskalasi di Hebron

Di tengah tragedi di Gaza, wilayah Tepi Barat juga menghadapi ketegangan yang meningkat. Kantor berita resmi Palestina, Wafa, melaporkan bahwa pasukan Israel melancarkan serangan besar-besaran ke beberapa daerah di Kota Hebron, termasuk Jabal al-Rahma, wilayah Ashabi, dan Nimra. Serangan ini tidak hanya merusak properti, tetapi juga memicu gelombang penahanan warga sipil.

Di Idhna, sebuah kota di bagian barat Hebron, rumah-rumah warga digeledah tanpa ampun. Pasukan Israel menggunakan tempat tinggal warga sebagai pusat investigasi lapangan, menginterogasi penghuni sebelum akhirnya membebaskan mereka. Metode ini menimbulkan trauma mendalam bagi masyarakat yang telah lama hidup dalam bayang-bayang konflik.

Harapan dari Gencatan Senjata

Di tengah intensitas kekerasan ini, secercah harapan muncul dengan diumumkannya rencana gencatan senjata yang dijadwalkan dimulai pada Minggu pagi (19/1). Mediator Qatar menyatakan bahwa gencatan senjata ini akan menjadi langkah awal untuk menghentikan konflik yang terus memakan korban jiwa.

Sebagai bagian dari perjanjian tersebut, Israel dan Hamas sepakat untuk melakukan pertukaran tahanan sebagai fase pertama dari implementasi gencatan senjata. Namun, pertanyaan besar masih membayangi: apakah gencatan senjata ini benar-benar akan membawa perdamaian atau hanya menjadi jeda singkat sebelum kekerasan kembali meletus?

Dampak Kemanusiaan yang Membekas

Konflik berkepanjangan di Gaza dan wilayah Palestina lainnya tidak hanya menghancurkan infrastruktur, tetapi juga kehidupan dan masa depan generasi muda. Anak-anak yang menjadi korban bukan hanya kehilangan nyawa, tetapi juga masa depan mereka. Trauma psikologis, kehilangan anggota keluarga, serta kehancuran tempat tinggal menjadi kenyataan sehari-hari yang menghantui warga Gaza.

Masyarakat internasional, termasuk lembaga-lembaga kemanusiaan, terus menyerukan penghentian kekerasan dan penghormatan terhadap hukum internasional. Namun, apakah seruan ini cukup untuk mengakhiri penderitaan panjang yang dirasakan rakyat Palestina?

Refleksi: Konflik yang Tak Kunjung Usai

Tragedi ini mengingatkan kita bahwa konflik berkepanjangan tidak pernah menghasilkan pemenang sejati. Di balik angka korban, ada cerita duka, kehilangan, dan harapan yang sirna. Di saat dunia menyaksikan, pertanyaan yang muncul adalah: berapa banyak lagi nyawa yang harus hilang sebelum keadilan dan perdamaian benar-benar terwujud?

Dengan gencatan senjata yang akan dimulai, dunia menunggu dengan napas tertahan, berharap bahwa upaya ini bukan sekadar janji kosong, tetapi langkah nyata menuju penghentian kekerasan.

(Al Jazeera)

#Internasional #Israel #Palestina #Gaza #GencatanSenjata