Kisah Tragis di Palmerah: Anak ASN Kemhan Tabrak Beruntun, Satu Nyawa Melayang Kini jadi Tersangka
Kecelakaan lalu lintas di Palmerah, Jakarta Barat. Foto: Dok. Istimewa
D'On, Jakarta – Tragedi di Jalan Palmerah Barat II, Jakarta Barat, pada Senin dini hari (20/1), meninggalkan luka mendalam, tidak hanya bagi korban tetapi juga masyarakat luas yang menyaksikan kejadian ini. Seorang pemuda berinisial MSK, anak dari seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Pertahanan (Kemhan), ditetapkan sebagai tersangka setelah terlibat dalam insiden tabrak beruntun yang merenggut satu nyawa dan melukai beberapa orang lainnya.
Kronologi Malam Nahas
Dalam kegelapan dini hari itu, MSK melajukan kendaraan minibus dengan pelat nomor 6504-00 dari arah utara ke selatan di Jalan Palmerah Barat II. Saat melintasi area Pasar Bintang Mas, insiden pertama terjadi. Korban berinisial TR, seorang pria yang berdiri di pinggir jalan setelah menurunkan barang, tiba-tiba dihantam kendaraan MSK yang melaju dengan kecepatan tinggi.
Alih-alih berhenti, kendaraan MSK terus melaju dengan kecepatan tak terkendali. Di persimpangan Jalan Palmerah Barat Raya, ia menabrak sepeda motor berpelat nomor B-5840-TCB yang dikendarai oleh pria berinisial TN. TN, yang sedang berkendara searah di depannya, terlempar akibat benturan keras, menderita luka-luka serius.
Namun, kekacauan belum berakhir. Mobil yang dikemudikan MSK terus melaju hingga akhirnya oleng di dekat sebuah apotek di kawasan Rawa Belong. Di sana, ia menabrak sebuah minibus berpelat nomor B-1631-DOD dari arah berlawanan yang dikemudikan oleh pria berinisial S, dengan seorang wanita berinisial MES sebagai penumpang. Tabrakan ini memperparah rangkaian kecelakaan yang telah terjadi, menyebabkan luka-luka pada S dan MES, serta kerusakan parah pada kendaraan mereka.
Korban Jiwa dan Derita yang Tertinggal
TR, korban pertama dalam insiden ini, akhirnya menghembuskan napas terakhir pada Selasa (21/1) setelah menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Jenazahnya telah dipulangkan ke kampung halamannya di Karangampel, Indramayu, Jawa Barat, membawa duka mendalam bagi keluarga dan kerabatnya. Pihak kepolisian belum memberikan detail lengkap mengenai kondisi TR sebelum meninggal, tetapi disebutkan bahwa luka yang dialaminya sangat parah.
Sementara itu, TN, S, dan MES yang turut menjadi korban dalam insiden tersebut masih menjalani perawatan di rumah sakit akibat luka-luka yang mereka derita.
MSK Jadi Tersangka, Tapi Belum Ditahan
Kapolres Metro Jakarta Barat, AKP Joko Siswanto, mengonfirmasi bahwa MSK kini telah ditetapkan sebagai tersangka. “Intinya sudah jadi tersangka, karena kan sudah ada korban,” ujar Joko kepada media, Senin (27/1). Namun, penahanan terhadap MSK belum bisa dilakukan karena ia masih dirawat di rumah sakit akibat luka yang dialaminya setelah dikeroyok massa di lokasi kejadian.
“Untuk saat ini belum ditahan karena masih dalam perawatan,” tambah Joko. Meski demikian, polisi belum membeberkan pasal-pasal yang akan dikenakan terhadap MSK, dengan alasan masih dalam tahap penyidikan.
Reaksi Publik dan Seruan Keadilan
Kasus ini memantik perhatian publik, terutama karena status MSK sebagai anak seorang ASN di instansi besar seperti Kementerian Pertahanan. Banyak pihak menyerukan agar proses hukum berjalan transparan dan adil tanpa ada campur tangan dari pihak-pihak tertentu.
Kecelakaan beruntun ini bukan hanya soal pelanggaran lalu lintas, tetapi juga soal nyawa yang hilang dan trauma yang ditinggalkan. Masyarakat berharap agar kejadian ini menjadi pelajaran berharga dan mendorong semua pihak untuk lebih berhati-hati di jalan raya.
Kini, kasus ini masih menjadi sorotan. Para korban dan keluarganya, termasuk almarhum TR, menantikan keadilan yang akan memberikan mereka rasa lega di tengah duka yang mendalam. Polisi diharapkan mampu menyelesaikan penyidikan dengan tuntas dan memberikan keadilan bagi semua pihak yang terlibat.
Semoga tragedi ini menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya kehati-hatian dan tanggung jawab dalam berkendara, karena di balik setir, nyawa banyak orang berada di tangan kita.