Kronologi Bocah 6 Tahun Alami Kencing Bercabang Lima Usai Sunatan Massal di Palembang
Rusmini, ibu dari bocah 6 tahun yang diduga jadi korban malapraktik di Palembang saat lapor polisi. (ist)
D'On, Palembang – Peristiwa mengejutkan menimpa seorang bocah berinisial AL (6 tahun) di Palembang, Sumatera Selatan. AL mengalami komplikasi serius setelah mengikuti kegiatan sunatan massal. Bocah malang ini harus menahan rasa sakit setiap kali buang air kecil, di mana air kencingnya bahkan sempat bercabang lima. Peristiwa ini memicu perhatian publik setelah sang ibu melaporkan dugaan malapraktik kepada pihak berwenang.
Kisah ini bermula pada pertengahan 2024 ketika AL mengikuti program sunatan massal gratis yang digelar oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Palembang. Namun, lima bulan kemudian, kondisi kesehatan AL memburuk. Berikut kronologi lengkap kejadian yang mengundang duka sekaligus kemarahan ini:
Juli 2024: Awal Mula Sunatan Massal
AL, seperti bocah lainnya, mengikuti kegiatan sunatan massal yang diselenggarakan oleh Dinkes Palembang. Acara yang berlangsung di Kantor Kecamatan Jakabaring ini bertujuan membantu keluarga kurang mampu agar anak-anak mereka bisa disunat tanpa biaya. Pada awalnya, kegiatan ini terlihat berjalan lancar tanpa kendala berarti. AL juga sempat pulang ke rumah dengan kondisi yang tampak normal.
Namun, siapa sangka, apa yang tampak seperti program sosial penuh manfaat ini justru menjadi awal dari cobaan berat yang harus dialami AL dan keluarganya.
Desember 2024: Keluhan Dimulai
Lima bulan setelah mengikuti sunatan massal, AL mulai menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan. Ia mengeluhkan rasa nyeri setiap kali buang air kecil. Rusmiati (40), ibu AL, merasa panik saat mengetahui bahwa air kencing anaknya bercabang hingga lima aliran. Ia menemukan lima lubang kecil di saluran kencing AL, yang tidak wajar terjadi pasca sunatan.
Mengetahui kondisi ini, Rusmiati segera melaporkan kasus ini ke Dinkes Palembang. Dinas Kesehatan merespons keluhan tersebut dengan memberikan pengobatan medis sementara. Namun, keluhan AL tidak kunjung membaik sepenuhnya.
6 Januari 2025: Laporan Resmi ke Polisi
Karena tidak adanya tindakan signifikan dari pihak penyelenggara sunatan massal, Rusmiati akhirnya melangkah lebih jauh. Ia mendatangi Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polrestabes Palembang untuk melaporkan dugaan malapraktik. Bersama AL, Rusmiati menuntut pertanggungjawaban pihak-pihak yang terlibat.
Dalam laporannya, Rusmiati mengungkapkan bahwa komplikasi serius yang dialami anaknya belum mendapatkan penanganan tuntas. “Anak saya kesakitan setiap kali buang air kecil. Air kencingnya bercabang lima karena ada lima lubang kecil di saluran kencingnya,” ujar Rusmiati kepada petugas.
Ia menjelaskan bahwa pihak penyelenggara awalnya berjanji memberikan pengobatan lanjutan, termasuk operasi. Namun, janji itu hingga kini belum terealisasi. Meski ada perawatan sementara yang diberikan, hasilnya belum memuaskan. “Awalnya ada lima lubang, sekarang tinggal dua. Tapi itu pun belum selesai. Mereka hanya memberi pengobatan sementara tanpa operasi,” tambahnya.
Tuntutan Keadilan
Kasus ini memunculkan pertanyaan besar terkait prosedur medis yang dilakukan dalam kegiatan sunatan massal tersebut. Dugaan adanya malapraktik mencoreng upaya baik dari program pemerintah yang sejatinya bertujuan membantu masyarakat.
Rusmiati kini berharap pihak kepolisian dan lembaga terkait dapat memberikan keadilan. Ia menuntut pertanggungjawaban penuh atas kondisi anaknya yang menderita secara fisik dan mental. “Kami hanya ingin anak kami sembuh dan mendapatkan haknya. Jangan sampai kejadian ini menimpa anak-anak lain,” tutupnya penuh harap.
Respons Publik dan Tindak Lanjut
Kasus AL telah mengundang perhatian luas. Banyak pihak meminta transparansi dari Dinkes Palembang terkait prosedur dan kompetensi tim medis yang bertugas dalam program sunatan massal tersebut. Apakah prosedur steril dan aman telah dijalankan sesuai standar? Siapa yang akan bertanggung jawab atas kejadian ini?
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak Dinkes Palembang. Sementara itu, proses hukum sedang berjalan untuk mengungkap fakta-fakta yang sebenarnya. Kejadian ini menjadi pengingat penting akan pentingnya standar tinggi dalam pelayanan kesehatan, terutama yang melibatkan anak-anak.
Catatan Redaksi
Kisah AL adalah cerminan bahwa pelayanan kesehatan bukan hanya tentang membantu masyarakat secara gratis, tetapi juga harus memastikan kualitas, keamanan, dan tanggung jawab. Masyarakat kini menunggu kejelasan dari pihak-pihak terkait agar kasus ini dapat segera dituntaskan dan menjadi pembelajaran bersama.
(Mond)
#Peristiwa #MalPraktek #SunatMassal