Breaking News

Menguak Tujuh Dalang di Balik Pagar Laut Tangerang: Siapa Saja Mereka?

Pagar Laut Tangerang 

D'On, Jakarta -
Sebuah kontroversi mencuat dari perairan Tangerang, Banten. Pembangunan pagar laut berbahan bambu yang mendadak muncul di wilayah tersebut telah menjadi sorotan tajam. Tak hanya misterius, pembangunan ini juga memicu berbagai spekulasi, hingga akhirnya Lembaga Bantuan Hukum dan Advokasi Publik (LBHAP) Pimpinan Pusat Muhammadiyah turun tangan. Mereka telah melaporkan temuan ini ke Bareskrim Polri, lengkap dengan tujuh nama yang mereka sebut sebagai “dalang” di balik proyek ini. Siapa saja mereka, dan bagaimana peran masing-masing?

Ketua Riset dan Advokasi Publik LBHAP PP Muhammadiyah, Gufroni, menjelaskan bahwa ketujuh pihak ini diduga memiliki keterlibatan yang signifikan dalam proyek pembangunan pagar laut tersebut. Informasi ini didapat dari berbagai sumber, termasuk video-video viral di media sosial yang memberikan gambaran cukup jelas terkait pihak-pihak di balik proyek kontroversial ini.

1. Agung Sedayu Group: Sang Aktor Utama

Menurut Gufroni, Agung Sedayu Group menjadi pihak yang paling bertanggung jawab atas pembangunan pagar laut tersebut. Perusahaan besar di bidang properti ini disebut-sebut mendanai proyek bambu misterius ini.

“Beberapa video menunjukkan pekerja-pekerja di lapangan secara gamblang menyebut bahwa ini adalah proyek Agung Sedayu Group. Mereka terlihat memasang bambu-bambu itu di berbagai titik di wilayah Kronjo,” ungkap Gufroni.

Pengakuan para pekerja ini, lanjutnya, menjadi bukti kuat yang sulit dibantah. “Ini bukan lagi pagar misterius. Pemiliknya sudah jelas, dan semua petunjuk mengarah pada Agung Sedayu Group,” tegasnya.

2. Ali Hanafi Wijaya: Tangan Kanan Sang Miliarder

Sosok Ali Hanafi Wijaya disebut-sebut sebagai orang kepercayaan Sugianto Kusuma, alias Aguan, perintis Agung Sedayu Group. Gufroni menjelaskan bahwa peran Ali Hanafi lebih dari sekadar menjalankan proyek bambu ini.

“Ali Hanafi dikenal sebagai tangan kanan Aguan yang menangani berbagai persoalan, termasuk pembebasan lahan hingga dugaan perampasan tanah di Kabupaten Tangerang. Ia diduga kuat yang membiayai pembangunan pagar bambu ini,” papar Gufroni.

3. Encun alias Gojali: Sang Fasilitator

Nama lain yang mencuat adalah Encun, yang juga dikenal sebagai Gojali. Menurut Gufroni, Encun berperan sebagai fasilitator utama yang mengoordinasikan berbagai kebutuhan di lapangan.

“Encun ini yang mempersiapkan segala sesuatu, dari mencari pekerja hingga memastikan ketersediaan bambu-bambu,” jelasnya.

4. Mandor Memet: Koordinator Lapangan

Mandor Memet menjadi figur penting di lapangan. Ia disebut sebagai sosok yang langsung berhubungan dengan para pekerja, memastikan pemasangan bambu berlangsung sesuai rencana.

“Banyak warga setempat yang tahu siapa Mandor Memet. Ia adalah orang yang sangat aktif di lokasi proyek,” kata Gufroni.

5. Kepala Desa Kohot: Arsin

Tak hanya melibatkan pihak swasta, proyek ini juga menyeret nama Kepala Desa Kohot, Arsin. Sebuah video viral memperlihatkan Arsin tengah memberikan arahan terkait pemasangan bambu di tepi pantai.

“Dalam video itu, Arsin terlihat menyuruh orang untuk mengatur bambu-bambu. Meski ia berdalih ini dilakukan untuk mencegah abrasi, polisi perlu mengusut lebih jauh kebenaran klaim tersebut,” kata Gufroni.

6. Sandi Martapraja: Wajah di Balik Jaringan Rakyat Pantura

Nama lain yang muncul adalah Sandi Martapraja, anggota kelompok bernama Jaringan Rakyat Pantura (JRP). Sandi mengklaim proyek ini dilakukan secara swadaya, meski Gufroni meragukan hal tersebut.

“Kami menemukan bukti yang mengarah pada keterlibatan Sandi sebagai bagian dari jaringan yang mengoordinasikan proyek ini,” ujarnya.

7. Tarsin: Sosok yang Mengaku Nelayan

Tarsin, yang mengaku sebagai nelayan, juga masuk dalam daftar nama yang dilaporkan ke Mabes Polri. Ia diduga memiliki peran dalam membangun narasi bahwa pagar bambu ini dilakukan atas inisiatif masyarakat pesisir.

“Nama Tarsin sering muncul dalam diskusi terkait proyek ini. Kami menduga ada motif tertentu di balik klaimnya sebagai nelayan yang mendukung proyek ini,” tambah Gufroni.

LBHAP Mendesak Penyelidikan Tuntas

Dengan tujuh nama ini, LBHAP PP Muhammadiyah berharap aparat kepolisian segera melakukan penyelidikan mendalam. Gufroni menegaskan bahwa proyek pagar bambu ini bukan sekadar upaya mencegah abrasi, melainkan memiliki dimensi yang jauh lebih kompleks.

“Kami mendesak agar kepolisian segera memanggil dan memeriksa nama-nama tersebut. Jangan sampai proyek ini menjadi preseden buruk bagi tata kelola wilayah pesisir di Indonesia,” tutupnya.

Kasus pagar bambu di perairan Tangerang ini menjadi pengingat bahwa setiap proyek yang melibatkan sumber daya publik harus dilakukan secara transparan dan bertanggung jawab. Semua mata kini tertuju pada aparat hukum untuk mengungkap kebenaran di balik kontroversi ini.

(Mond/okz)

#PagarLaut #Viral