Breaking News

Panglima TNI: Operasi di Papua Gunakan Soft Power, Medan Sulit Ditembus

Prajurit TNI usai kontak tembak di Sugapa, Papua Foto: Dok. Istimewa

D'On, Jakarta
– Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto menyoroti kompleksitas operasi yang dihadapi prajurit TNI di Papua. Wilayah dengan medan berat, hutan lebat, serta akses terbatas ini menuntut strategi operasi yang lebih dari sekadar pendekatan militer. Dalam Rapat Pimpinan (Rapim) TNI 2025 di Mabes TNI, Cilangkap, Jumat (31/1), Agus menegaskan bahwa operasi di Papua bukan hanya soal keamanan, tetapi juga soal kemanusiaan.

“Di Papua, kami menerapkan strategi operasi soft power. Ini merupakan operasi teritorial yang berfokus pada bantuan kepada masyarakat di daerah terpencil,” ujar Agus dalam forum strategis yang dihadiri oleh petinggi TNI.

Medan Papua: Sulit Dijangkau, Menantang untuk Dikuasai

Papua bukan sekadar wilayah yang jauh dari pusat pemerintahan, tetapi juga merupakan salah satu daerah dengan kondisi geografis paling menantang di Indonesia. Gunung-gunung tinggi, lembah-lembah curam, dan hutan tropis yang lebat menjadi tantangan utama bagi setiap operasi militer dan sosial.

Sebagai mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Agus mengaku telah melihat sendiri betapa sulitnya medan di Papua.

“Saya melihat langsung, dan memang medan di sana sangat sulit,” ungkapnya.

Jalan setapak yang curam dan kerap licin akibat hujan lebat, sungai-sungai deras tanpa jembatan yang menghambat pergerakan logistik, serta jarak antar permukiman yang sangat jauh membuat operasi di Papua jauh lebih kompleks dibanding wilayah lain. Tidak hanya tantangan alam, tetapi juga keterbatasan infrastruktur yang menghambat distribusi kebutuhan dasar bagi warga setempat.

Misi Ganda: Keamanan dan Kemanusiaan

Selain menjaga stabilitas keamanan, prajurit TNI di Papua juga mengemban tugas besar lainnya: memastikan kesejahteraan masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai program berbasis kemanusiaan telah dijalankan, termasuk pemberian makanan bergizi gratis bagi anak-anak sekolah di daerah terpencil.

“Kami memberikan makanan bergizi bagi anak-anak sekolah. Padahal, di sana mencari sayuran dan telur saja sangat sulit. Tapi Alhamdulillah, program ini bisa berjalan dengan baik,” tutur Agus.

Bantuan ini sangat berarti bagi masyarakat setempat yang kesulitan mendapatkan sumber makanan bergizi akibat keterbatasan akses logistik. Tidak hanya itu, program sosial lainnya, seperti layanan kesehatan gratis, perbaikan fasilitas pendidikan, serta pembangunan infrastruktur dasar, menjadi bagian dari pendekatan soft power yang diterapkan TNI.

Soft Power: Jalan Panjang Menuju Papua yang Stabil

Pendekatan soft power dalam operasi di Papua mencerminkan perubahan strategi yang lebih mengutamakan pendekatan persuasif dan humanis ketimbang kekuatan militer semata. Dengan menjadikan kesejahteraan masyarakat sebagai prioritas, TNI berharap dapat membangun hubungan yang lebih erat dengan warga setempat, sekaligus menciptakan kondisi yang lebih stabil di Papua.

Namun, upaya ini tentu bukan tanpa tantangan. Faktor geografis yang ekstrem, keterbatasan infrastruktur, serta kondisi sosial-politik yang dinamis masih menjadi rintangan yang harus diatasi.

Meskipun demikian, langkah-langkah ini menjadi bukti bahwa pendekatan keamanan di Papua tidak lagi hanya tentang senjata dan patroli, tetapi juga tentang hati dan empati. Seiring waktu, strategi ini diharapkan dapat memberikan dampak yang lebih besar dalam membangun Papua yang aman, damai, dan sejahtera.

(Mond)

#PanglimaTNI #Militer #AgusSubiyanto #Papua