Pelaku Pembakaran Al-Qur'an Ditembak Mati di Swedia
Salwan Momika di luar kedutaan Irak di Stockholm, Swedia, Kamis, 20 Juli 2023. Dia berencana membakar Kitab Al-Qur’an dan bendera Irak. (AP)
D'On, Stockholm, Swedia – Dunia dikejutkan dengan kabar kematian Salwan Momika, pria yang dikenal luas karena aksinya membakar Al-Qur'an dalam serangkaian demonstrasi kontroversial di Swedia. Momika, 38 tahun, ditemukan tewas setelah ditembak di apartemennya di Södertälje, sebuah kota yang terletak di selatan Stockholm, pada Rabu malam (30/1/2025) waktu setempat. Kejadian ini terjadi hanya sehari sebelum pengadilan Swedia dijadwalkan memberikan putusan terhadapnya atas tuduhan "penghasutan terhadap kelompok etnis atau nasional".
Peristiwa ini segera menarik perhatian masyarakat internasional, memicu perdebatan baru mengenai kebebasan berekspresi, toleransi, dan konsekuensi dari tindakan provokatif yang menyentuh aspek keagamaan dan sosial yang sensitif.
Momika dan Jejak Kontroversialnya
Salwan Momika bukanlah nama asing dalam perbincangan politik dan sosial di Swedia, bahkan di tingkat global. Ia mulai dikenal luas sejak 2023 ketika membakar Al-Qur’an di depan Masjid Raya Stockholm pada perayaan Idul Adha. Aksinya kembali diulang pada tahun 2024 di berbagai lokasi berbeda, termasuk di depan Kedutaan Besar beberapa negara Muslim.
Tindakannya mendapat reaksi keras dari komunitas Muslim di Swedia maupun di berbagai belahan dunia. Unjuk rasa besar-besaran terjadi di berbagai kota Muslim, menuntut Swedia untuk mengambil sikap tegas. Negara-negara seperti Turki, Pakistan, Iran, dan Arab Saudi mengecam tindakan Momika, bahkan mengajukan protes diplomatik kepada pemerintah Swedia.
Namun, dalam sistem hukum Swedia, kebebasan berekspresi dilindungi secara ketat, termasuk tindakan membakar kitab suci, selama tidak melanggar hukum terkait ujaran kebencian atau ancaman langsung. Meskipun begitu, pemerintah Swedia menghadapi dilema besar, berada di antara tuntutan dunia internasional dan prinsip kebebasan berekspresi yang menjadi pilar demokrasi mereka.
Dari Pengungsi ke Tokoh Kontroversial
Momika berasal dari Irak dan mengungsi ke Swedia pada tahun 2018. Pada awalnya, ia diberikan izin tinggal sementara selama tiga tahun hingga 2021. Selama berada di Swedia, ia tidak hanya dikenal sebagai seorang pengkritik Islam, tetapi juga aktif dalam berbagai aksi provokatif yang menyulut kontroversi.
Dari seorang pengungsi yang mencari perlindungan, Momika kemudian menjelma menjadi sosok yang menjadi pusat perhatian media dan politik. Beberapa pihak mendukungnya sebagai simbol kebebasan berekspresi, sementara yang lain menganggapnya sebagai sosok yang hanya mencari sensasi dengan menciptakan ketegangan sosial.
Misteri Pembunuhan dan Penyidikan yang Berjalan
Kematian Momika kini menjadi pusat investigasi besar bagi kepolisian Swedia. Sejumlah tersangka telah ditangkap, tetapi identitas mereka belum diungkap ke publik. Otoritas keamanan Swedia kini juga terlibat dalam penyelidikan, mengingat potensi dampak keamanan yang bisa muncul akibat pembunuhan ini.
Belum ada keterangan resmi mengenai apakah pembunuhan ini terkait langsung dengan aksinya yang kontroversial atau ada motif lain di baliknya. Namun, banyak spekulasi muncul, termasuk kemungkinan serangan balas dendam atau bahkan konspirasi politik yang lebih luas.
Batas Tipis Antara Kebebasan dan Provokasi
Kematian Salwan Momika bukan sekadar kasus kriminal biasa. Peristiwa ini menyoroti isu yang lebih dalam: sampai sejauh mana kebebasan berekspresi dapat diterapkan tanpa menimbulkan dampak sosial yang destruktif?
Di satu sisi, kebebasan berbicara dan berekspresi adalah hak fundamental di negara-negara demokrasi seperti Swedia. Namun, di sisi lain, tindakan yang secara sengaja menyinggung kepercayaan kelompok tertentu dapat memicu konflik sosial dan bahkan kekerasan.
Kasus ini bukan yang pertama dan mungkin bukan yang terakhir dalam sejarah persinggungan antara kebebasan berekspresi dan batasan moral di masyarakat multikultural. Dunia kini menunggu bagaimana Swedia akan menangani dampak dari pembunuhan ini, baik dari segi hukum maupun stabilitas sosial di dalam negeri mereka.
Akankah Kasus Ini Mengubah Sikap Swedia?
Meskipun Swedia telah lama menegaskan sikapnya terhadap kebebasan berekspresi, insiden ini bisa menjadi titik balik. Tekanan dari komunitas internasional dan kondisi keamanan domestik mungkin akan mendorong pemerintah Swedia untuk mengevaluasi kembali kebijakan mereka terhadap tindakan yang berpotensi memicu ketegangan sosial.
Saat ini, publik Swedia masih menanti perkembangan investigasi lebih lanjut. Siapa sebenarnya yang bertanggung jawab atas pembunuhan ini? Apakah ada jaringan yang lebih luas di baliknya?
Yang jelas, kematian Salwan Momika bukan hanya akhir dari perjalanan hidupnya, tetapi juga membuka babak baru dalam perdebatan global tentang kebebasan, batasan, dan konsekuensi dari tindakan provokatif di era modern ini.
(Mond)
#Internasional #Swedia #SalwanMomika