Breaking News

Shin Tae-yong dan Tradisi Pahit PSSI: Pemecatan di Tengah Kejayaan Timnas Indonesia

Shin Tae Yong 

D'On, Jakarta –
Publik sepak bola Indonesia kembali dikejutkan dengan keputusan kontroversial PSSI yang memecat pelatih Shin Tae-yong. Keputusan ini disesalkan oleh banyak pihak, mengingat kontribusi besar pelatih asal Korea Selatan itu dalam membawa Timnas Indonesia ke level baru di pentas internasional.

Selama lima tahun terakhir, Shin Tae-yong menjadi arsitek utama kemajuan Timnas Indonesia, dengan pencapaian yang sebelumnya terasa seperti mimpi. Di bawah kepemimpinannya, skuad Garuda lolos ke babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, sebuah capaian langka dalam sejarah sepak bola nasional. Tim ini juga memastikan tiket ke Piala Asia 2027, mengokohkan posisinya sebagai salah satu kekuatan sepak bola Asia Tenggara yang sedang berkembang.

Namun, di tengah optimisme besar itu, Shin justru harus meninggalkan kursinya sebagai pelatih. Keputusan PSSI ini menjadi pukulan telak bagi para pendukung Timnas, yang kini bertanya-tanya tentang masa depan sepak bola Indonesia.

Perjalanan Gemilang di Bawah Shin Tae-yong

Shin Tae-yong tiba di Indonesia pada akhir 2019 dengan membawa reputasi mentereng. Ia adalah pelatih yang sukses mengantarkan Korea Selatan ke putaran final Piala Dunia 2018, sekaligus mencatat kemenangan ikonik atas Jerman, sang juara bertahan. Di Indonesia, ia langsung melakukan revolusi, bukan hanya dari segi strategi permainan, tetapi juga pola pikir dan fisik para pemain.

Salah satu fokus utama Shin adalah membangun fondasi yang kokoh, termasuk dengan menekankan pentingnya kebugaran, pola makan sehat, dan profesionalisme di dalam maupun luar lapangan. Dalam lima tahun, hasil kerja kerasnya terlihat nyata.

Timnas Indonesia mencatatkan sejarah dengan lolos ke Piala Asia 2023 setelah penantian panjang, dan bahkan berhasil mencapai babak 16 besar. Prestasi ini menjadi bukti nyata kebangkitan sepak bola Indonesia di panggung internasional.

Tak hanya di level senior, Shin juga membawa Timnas U-23 menorehkan sejarah dengan lolos untuk pertama kalinya ke Piala Asia U-23 2024 dan melaju hingga semifinal. Selain itu, skuad muda ini juga berhasil menjadi runner-up Piala AFF U-23 2023.

Peningkatan signifikan terlihat dari peringkat FIFA Timnas Indonesia, yang melonjak dari posisi 173 ke 127 dunia selama masa kepemimpinan Shin. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia bukan lagi sekadar penggembira di sepak bola Asia, tetapi mulai menjadi ancaman nyata bagi tim-tim kuat lainnya.

Tagar #STYStay Menggema

Kabar pemecatan Shin Tae-yong mulai merebak pada Minggu (5/1/2025). Media sosial langsung dibanjiri kritik dari para penggemar Garuda. Tagar #STYStay menjadi trending di berbagai platform, menunjukkan harapan publik agar PSSI mempertahankan pelatih yang telah memberikan perubahan besar ini.

Namun, harapan itu pupus ketika Ketua Umum PSSI Erick Thohir menggelar konferensi pers di Jakarta pada Senin (6/1/2025). Dalam konferensi tersebut, Erick mengumumkan secara resmi bahwa Shin Tae-yong tidak lagi menjadi bagian dari Timnas Indonesia.

“Kami membutuhkan seorang pemimpin yang mampu menerapkan strategi secara lebih efektif, memiliki komunikasi yang lebih baik dengan para pemain, dan mampu mengimplementasikan program yang lebih sesuai dengan target kami menuju Piala Dunia 2026,” ujar Erick.

Keputusan ini, meski disebut sebagai langkah strategis, langsung menuai kritik pedas. Banyak yang menilai bahwa PSSI kembali mengulangi tradisi lama: memecat pelatih di saat Timnas sedang berada di jalur positif.

Tradisi Pahit PSSI: Pemecatan di Tengah Kejayaan

Pemecatan Shin Tae-yong mengingatkan publik pada kisah serupa yang pernah dialami oleh pelatih-pelatih sebelumnya. Alfred Riedl, misalnya, yang sukses membawa Timnas Indonesia ke final Piala AFF 2010 dan 2016, juga bernasib sama. Meski permainan Timnas saat itu dianggap mengalami peningkatan signifikan, PSSI memutuskan kontraknya secara mengejutkan.

Nasib serupa dialami Luis Milla, mantan pemain Barcelona dan Real Madrid yang dipercaya menangani Timnas pada 2017. Di bawah asuhannya, Timnas Indonesia bermain dengan gaya tiki-taka ala Spanyol. Namun, kegagalan mencapai target di SEA Games 2017 dan Asian Games 2018 membuat Milla didepak, meski ia berhasil meningkatkan kemampuan individu pemain dan membawa Indonesia naik peringkat FIFA.

Ketidakpastian Masa Depan

Pemecatan Shin Tae-yong memunculkan kekhawatiran baru di kalangan pendukung Garuda. Dengan babak kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia yang semakin dekat, pelatih baru nantinya harus memulai semuanya dari nol: mengenal karakter pemain, beradaptasi dengan kultur sepak bola Indonesia, hingga merancang strategi yang sesuai.

Suporter wajar khawatir, sebab proses adaptasi tersebut tentu membutuhkan waktu. Sementara itu, target besar menuju Piala Dunia 2026 seakan-akan semakin jauh dari genggaman.

Sepak Bola Indonesia di Persimpangan

Pemecatan Shin Tae-yong menempatkan sepak bola Indonesia di persimpangan penting. Di satu sisi, ada ambisi besar untuk menembus panggung Piala Dunia. Namun di sisi lain, keputusan ini mengancam momentum yang telah terbangun selama lima tahun terakhir.

Kini, semua mata tertuju pada PSSI. Apakah keputusan ini benar-benar akan membawa Timnas Indonesia ke level yang lebih tinggi, atau justru menjadi awal dari kemunduran yang menyakitkan? Hanya waktu yang akan menjawab.

(Mond)

#ShinTaeYong #Sepakbola #Olahraga #PSSI #ShinTaeYongDipecat #TimnasIndonesia